Menuju konten utama

Ketahui Perbedaan Air Sumur Bor, Mata Air Pegunungan, & Air PDAM

Ketahui perbedaan air sumur bor, mata air pegunungan, dan air PDAM, beserta kelebihan dan kekurangannya, serta tips memilih sumber air sesuai kebutuhan.

Ketahui Perbedaan Air Sumur Bor, Mata Air Pegunungan, & Air PDAM
Ilustrasi Sumber Mata Air. Foto/iStock

tirto.id - Air adalah sumber kehidupan yang tak tergantikan, salah satunya digunakan untuk diminum atau dikonsumsi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menggunakan air dari berbagai sumber yang berbeda, mulai dari mata air pegunungan, sumur bor, hingga PDAM. Lalu, apa bedanya?

Banyak orang bertanya-tanya tentang perbedaan sumber air ini setelah Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melakukan sidak ke pabrik AQUA. Sidak ini menimbulkan kesalahpahaman bahwa perusahaan tersebut tidak menggunakan sumber mata air pegunungan, tapi air sumur bor biasa.

Terkait masalah ini, pihak AQUA sudah memberikan penjelasan bahwa sumber air yang mereka gunakan berasal dari akuifer dalam di kawasan pegunungan, dan semuanya melalui proses kajian ilmiah yang ketat.

Meski demikian, pertanyaan tentang perbedaan air sumur bor, mata air pegunungan, hingga air PDAM masih muncul di benak masyarakat. Di Indonesia, menggunakan air sumur bor dan PDAM untuk kebutuhan sehari-hari sudah menjadi hal yang lumrah, baik yang tinggal di desa maupun kota.

Walaupun sama-sama layak digunakan, air dari sumur bor, mata air pegunungan, dan PDAM tentunya memiliki perbedaan, baik dari segi kualitas hingga kemudahan aksesnya. Jadi, sumber air mana yang paling bagus dan kayak untuk digunakan? Simak penjelasannya di bawah ini.

Air Sumur Bor: Umum di Rumah Tangga, tapi Perlu Perawatan Ekstra

Ilustrasi Sumur Air Bersih

Ilustrasi Sumur Air Bersih. foto/istockphoto

Air sumur bor menjadi salah satu sumber air yang umum digunakan oleh masyarakat Indonesia. Air sumur ini biasanya diperoleh dengan cara mengebor tanah hingga mencapai lapisan air bawah tanah yang cukup dalam.

Banyak orang memilih sumur bor karena dianggap lebih praktis dan dapat diandalkan, terutama di daerah yang belum terjangkau layanan PDAM. Namun, kualitas air sumur bor bisa berbeda-beda di setiap wilayah sehingga tidak semuanya layak untuk digunakan secara langsung.

Ciri dan Asal Air Sumur Bor

Sumur bor adalah sumber air yang diperoleh dengan cara mengebor tanah menggunakan peralatan khusus hingga mencapai lapisan air bawah tanah. Jika sudah mencapai sumber air bawah tanah, nantinya akan dipasang pompa dan peralatan lain agar air naik ke permukaan.

Sumur bor bisa didapatkan dengan dua cara, yaitu secara manual dan menggunakan mesin. Namun, di zaman sekarang, mayoritas masyarakat Indonesia sudah memilih menggunakan mesin bor khusus untuk pembuatan sumur.

Dalam proses pembuatan sumur bor, umumnya digunakan dua teknik, yaitu rotary drilling dan percussion drilling. Metode rotary drilling bekerja dengan cara memutar mata bor secara terus-menerus untuk menembus lapisan tanah hingga kedalaman tertentu.

Sementara itu, percussion drilling dilakukan dengan prinsip hentakan, jadi alat bor akan dihantamkan ke permukaan tanah secara berulang-ulang. Selama proses pengeboran, material tanah akan dikeluarkan ke permukaan agar sehingga tercipta lubang sumur.

Pengeboran ini dilakukan hingga mencapai lapisan tanah yang mengandung air, yang biasanya ditandai dengan keluarnya air dari dinding lubang. Kedalaman sumur bor bisa bervariasi, tergantung kondisi tanah dan sumber air, mulai dari sekitar belasan hingga lebih dari seratus meter.

Jika sudah mencapai sumber air, dipasang pipa casing untuk mencegah dinding lubang/sumur runtuh. Setelah itu, barulah dipasang mesin pompa listrik untuk mengangkat air ke permukaan.

Secara kasat mata, ciri fisik air sumur bor tidak berbeda dengan sumber air lainnya dan cenderung jernih. Namun, ciri fisik ini sangat bergantung pada wilayah sumur itu sendiri.

Di beberapa daerah, air sumur bor bisa saja terlihat keruh, berbau, atau memiliki rasa tak sedap karena terkontaminasi oleh kotoran maupun zat kimia lain yang ada di dalam tanah.

Kelebihan dan Kekurangan Air Sumur Bor

Air sumur bor termasuk sangat umum digunakan karena memiliki sederet kelebihan, tapi tak bisa dipungkiri jika sumber air yang satu ini juga memiliki kekurangan.

A. Kelebihan Air Sumur Bor

  • Ketersediaan Air yang Melimpah dan Lebih Stabil
Air sumur bor, terutama yang dibuat pada kedalaman yang memadai (akuifer dalam), cenderung memiliki debit air yang lebih besar dan stabil sepanjang tahun, bahkan selama musim kemarau panjang.

  • Kualitas Air Cenderung Lebih Baik dan Higienis
Air yang diambil dari kedalaman, setelah melewati berbagai lapisan tanah dan batuan (proses filtrasi alami), biasanya lebih jernih dan bersih. Air ini juga memiliki tingkat kontaminasi atau kandungan mikroorganisme yang lebih rendah dibandingkan air permukaan atau sumur gali dangkal.

  • Hemat Biaya
Meskipun biaya awal pembuatan sumur bor relatif tinggi, biaya operasional dan perawatannya cenderung lebih rendah dibandingkan berlangganan air dari PDAM atau membeli air kemasan untuk kebutuhan harian.

  • Dapat Digunakan untuk Berbagai Keperluan
Air dari sumur bor bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari konsumsi rumah tangga, pertanian, hingga industri kecil. Dengan jumlah air yang cukup besar, stok air lebih stabil sehingga penggunaannya bisa lebih fleksibel dan berkelanjutan.

B. Kekurangan Air Sumur Bor

  • Biaya Pembuatan Awal yang Cukup Mahal
Pembuatan sumur bor membutuhkan peralatan khusus dan tenaga profesional sehingga biayanya relatif tinggi. Semakin dalam sumur yang dibor, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.

  • Risiko Kandungan Mineral atau Logam Berat Berlebih
Air tanah dalam sering kali mengandung konsentrasi mineral atau zat terlarut yang tinggi, seperti zat besi (Fe) atau mangan (Mn). Kandungan tersebut dapat menimbulkan bau, warna kekuningan, atau menimbulkan kerak pada peralatan rumah tangga.

  • Kemungkinan Terjadi Penurunan Tanah
Pengambilan air tanah dalam secara berlebihan dapat menyebabkan penurunan permukaan tanah. Dampak ini umumnya terjadi di daerah padat penduduk atau kawasan industri yang banyak menggunakan sumur bor.

  • Risiko Kontaminasi jika Pengeboran Terlalu Dangkal
Apabila sumur bor dibuat terlalu dangkal di daerah padat penduduk, atau konstruksi pipa casing tidak kedap, ada risiko air terkontaminasi oleh limbah rumah tangga (septic tank) maupun limbah industri di permukaan. Hal ini membuat air sumur menjadi tidak layak konsumsi.

KAMPUNG AIR TADAH HUJAN

Warga Kamal Muara mengalirkan air sumur bor pada bak. tirto.id/Arimacs Wilander

Tips Menjaga Kualitas Air Sumur Bor

Air sumur bor memang memiliki beberapa kekurangan, salah satunya terkait kualitas. Namun, hal ini bisa diatasi dengan beberapa tips berikut:

  • Lakukan Uji Kualitas Air Secara Berkala
Uji laboratorium penting dilakukan setidaknya setahun sekali untuk memastikan air sumur bor bebas dari kandungan logam berat, bakteri, atau bahan kimia berbahaya. Dengan begitu, kualitas air tetap aman untuk dikonsumsi dan digunakan sehari-hari.

  • Pastikan Lokasi Sumur Jauh dari Sumber Pencemar
Saat membuat sumur bor, pastikan jaraknya cukup jauh dari septic tank, tempat pembuangan limbah, atau kandang hewan. Jarak idealnya minimal 10–15 meter agar air tanah tidak terkontaminasi oleh limbah organik maupun kimia.

  • Gunakan Penutup Sumur yang Rapat
Tutup sumur dengan rapat untuk mencegah masuknya kotoran, debu, serangga, atau air hujan yang bisa membawa bakteri. Penutup yang baik juga membantu menjaga tekanan udara di dalam sumur agar sistem pompa tetap berfungsi optimal.

  • Rawat dan Bersihkan Pompa Secara Teratur
Pompa air yang jarang dibersihkan bisa menjadi tempat berkembangnya lumut atau karat yang menurunkan kualitas air. Bersihkan dan periksa komponen pompa secara berkala agar air yang dihasilkan tetap jernih dan tidak berbau.

  • Gunakan Sistem Filtrasi
Pemasangan filter air bisa membantu menjaga kualitas air sumur bor tetap bersih, jernih, dan layak untuk dikonsumsi. Pilih filter sesuai kebutuhan dan ganti secara rutin agar fungsinya tetap maksimal.

  • Kontrol Penggunaan Air Tanah
Hindari mengambil air secara berlebihan untuk mencegah penurunan permukaan tanah dan menjaga kestabilan sumber air. Gunakan air secukupnya agar sumur tetap produktif dalam jangka panjang.

  • Perhatikan Perubahan Warna, Rasa, dan Bau Air
Jika air sumur bor mulai berubah warna, terasa aneh, atau berbau logam maupun belerang, segera lakukan pemeriksaan. Perubahan tersebut bisa menjadi tanda adanya kontaminasi atau kerusakan pada sistem sumur.

Air Mata Air Pegunungan: Alami dan Menyegarkan

Air Terjun Watu Lumpang

Ilustrasi Air Pegunungan. foto/https://pariwisata.mojokertokab.go.id/

Air dari mata air pegunungan dikenal sebagai salah satu sumber air paling murni dan menyegarkan. Dibandingkan dengan air sumur bor, air dari mata air pegunungan dianggap memiliki kualitas yang jauh lebih baik.

Sumber dan Proses Alami Air Pegunungan

Mengutip laporan karya Muhammad Sadiqul Iman yang berjudul Mata Air dan Pembentukannya, mata air didefinisikan sebagai titik keluarnya air tanah ke permukaan bumi secara alami.

Mata air terbentuk ketika permukaan muka air tanah (akuifer) bertemu dengan permukaan tanah, sehingga air mengalir keluar tanpa bantuan alat. Sumber utama air yang membentuk mata air berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi.

Air tersebut kemudian bergerak ke bawah dan tertahan di atas lapisan batuan kedap air (impermeabel), sehingga terkumpul menjadi air tanah.

Ketika tekanan air di lapisan bawah meningkat dan menemukan celah atau rekahan pada batuan, air akan terdorong keluar ke permukaan dan membentuk mata air. Proses ini mirip dengan sistem sumur artesis ketika air keluar akibat adanya tekanan alami dari bawah tanah.

Selain berasal dari air hujan, beberapa mata air juga bisa terbentuk dari lelehan salju atau sumber air tanah dalam. Berdasarkan karakteristiknya, mata air bisa bersifat musiman (ephemeral) atau muncul hanya saat musim hujan, bisa juga atau permanen (perennial) yang mengalir sepanjang tahun.

Selain itu, jenis mata air juga beragam tergantung kondisi geologinya. Misalnya, mata air rembesan yang keluar dari lereng, mata air umbul yang muncul dari daratan, serta jenis khusus seperti mata air depresi, kontak, rekahan, dan pelarutan.

Setiap jenis mata air memiliki mekanisme keluarnya air yang berbeda, hal ini tergantung pada struktur tanah dan batuan di sekitarnya.

Kandungan Mineral Alami yang Menguntungkan

Air yang berasal dari mata air umumnya memiliki kualitas yang baik karena telah melalui proses penyaringan alami oleh lapisan tanah dan bebatuan. Inilah sebabnya mata air pegunungan sering digunakan sebagai sumber air minum, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah pegunungan.

Air dari mata air pegunungan umumnya bebas dari kontaminasi zat-zat kimia berbahaya. Air jenis ini juga diketahui memiliki beberapa kandungan mineral yang menguntungkan. Contohnya kalsium, kalium, magnesium, zat besi, hingga seng.

Dikutip dari skripsi berjudul Analisis Kualitas Air (Mn, Cu, Zn, F⁻, dan Cl⁻) pada Mata Air Pegunungan Desa Sadar, Kabupaten Bone karya M. Ilham, air murni ini juga bisa mengandung mineral lain seperti mangan, tembaga, fluorida, hingga klorin.

Semua mineral ini bisa menguntungkan bagi kesehatan manusia, seperti memperkuat tulang dan gigi, mendukung kesehatan jantung, berperan dalam pembentukan sel darah, kekebalan tubuh, dan masih banyak lagi.

Ilustrasi Air Mineral

Ilustrasi Mata Air. foto/Istockphoto

Keterbatasan dan Tantangan Distribusi

Mata air pegunungan menjadi sumber air yang layak, aman, dan menyehatkan untuk dikonsumsi. Sayangnya, dalam praktiknya terdapat berbagai keterbatasan dan tantangan teknis maupun lingkungan yang harus dihadapi agar distribusinya merata.

  • Kondisi Geografis dan Topografi yang Sulit
Mata air pegunungan umumnya terletak di daerah tinggi dan terpencil, sementara wilayah pemukiman berada di dataran rendah. Perbedaan ketinggian ini membuat proses distribusi air membutuhkan sistem pipa maupun pompa yang memadai.

Selain itu, medan berbukit menyulitkan pemasangan dan perawatan jaringan pipa yang rawan bocor, longsor, atau tersumbat oleh endapan.

  • Fluktuasi Debit Air Akibat Perubahan Musim
Debit air dari mata air sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan kondisi lingkungan sekitar. Pada musim kemarau, debit air sering menurun drastis karena berkurangnya air tanah yang tersimpan.

Sementara itu, pada musim hujan, debit air bisa meningkat hingga menyebabkan kelebihan aliran dan merusak saluran distribusi. Ketidakstabilan debit ini menjadi tantangan utama dalam menjaga pasokan air yang konsisten.

  • Kerusakan Ekosistem Hulu
Penebangan hutan, perambahan lahan, dan erosi di kawasan pegunungan dapat mengurangi daya serap tanah terhadap air hujan. Akibatnya, cadangan air tanah berkurang dan sumber mata air bisa mengering.

Upaya konservasi hutan dan daerah tangkapan air mutlak diperlukan agar mata air tetap berfungsi dengan baik sepanjang tahun.

  • Risiko Kontaminasi dalam Distribusi
Meskipun air pegunungan tergolong jernih dan alami, proses penyaluran melalui pipa panjang dapat menimbulkan risiko kontaminasi. Korosi pada pipa, kebocoran, atau masuknya partikel dari luar bisa menurunkan kualitas air.

Oleh karena itu, sistem distribusi harus diawasi dengan baik melalui pemeliharaan rutin dan pemeriksaan kualitas air secara berkala.

  • Kendala Pembiayaan dan Pengelolaan
Pembangunan jaringan distribusi dari daerah pegunungan memerlukan biaya besar, baik untuk infrastruktur maupun perawatan jangka panjang.

Selain itu, pengelolaan sumber air sering kali melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah hingga masyarakat lokal sehingga koordinasi dan transparansi menjadi faktor penting agar tidak terjadi konflik kepemilikan atau pemanfaatan air.

Air PDAM: Praktis dan Terstandarisasi

Ilustrasi PDAM

Air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) merupakan salah satu sumber air yang banyak digunakan masyarakat karena sifatnya yang praktis dan telah melalui proses pengolahan terstandarisasi.

Berbeda dengan air sumur bor yang bergantung pada kondisi tanah, air PDAM diolah melalui sistem filtrasi dan desinfeksi yang diawasi oleh instansi terkait untuk memastikan kualitasnya layak konsumsi.

Layanan ini juga memberikan kemudahan bagi masyarakat karena distribusinya dilakukan langsung ke rumah melalui jaringan pipa. Dengan sistem yang modern dan praktis, air PDAM sering kali menjadi pilihan bagi masyarakat perkotaan.

Proses Pengolahan Air PDAM

Air PDAM tidak langsung disalurkan ke masyarakat tanpa melalui tahap pengolahan yang ketat. Proses pengolahan ini dilakukan agar air layak digunakan dan aman untuk dikonsumsi. Secara garis besar, air PDAM melalui tahapan penyaringan dan penjernihan sebelum disalurkan ke masyarakat.

Dilansir dari makalah Proses Pengolahan Air di PDAM Surakarta karya Agustin Poncowati dan kawan-kawan, berikut gambaran umum proses pengolahan air PDAM:

  • Intake (Penangkapan Air Baku)
Tahap pertama adalah pengambilan air dari sumber seperti sungai, waduk, atau sumur dalam. Pada tahap ini dilakukan penyaringan kasar (screening) untuk menahan partikel besar seperti daun, plastik, kayu, dan kotoran lainnya agar tidak ikut masuk ke proses pengolahan berikutnya.

  • Aerasi
Setelah melalui penyaringan, air dialirkan ke unit aerasi untuk menambah kadar oksigen. Tujuan proses ini adalah menghilangkan gas-gas terlarut sekaligus mengurangi bau dan rasa tidak sedap.

  • Prasedimentasi
Pada tahap ini, partikel besar dan lumpur diendapkan secara gravitasi dalam bak besar tanpa menggunakan bahan kimia. Proses prasedimentasi bertujuan untuk mengurangi beban partikel kasar sebelum air memasuki pengolahan kimia seperti koagulasi dan flokulasi.

  • Koagulasi dan Flokulasi
Memasuki tahap penjernihan, dilakukan proses koagulasi dan flokulasi. Tahapan ini menggunakan bahan kimia seperti aluminium sulfat (tawas) atau garam besi untuk mengikat partikel halus yang tidak bisa diendapkan secara alami.

Proses koagulasi dilakukan dengan pengadukan cepat agar bahan kimia tercampur merata, sedangkan flokulasi dilakukan dengan pengadukan lambat agar terbentuk gumpalan (flok) yang lebih besar dan mudah mengendap.

  • Sedimentasi
Tahap penjernihan berikutnya adalah sedimentasi. Air yang telah melalui proses flokulasi akan dialirkan ke bak sedimentasi. Di sini, partikel-partikel flok yang terbentuk akan mengendap di dasar bak.

Sementara itu, air bersih berada di bagian atas dan siap untuk proses berikutnya. Endapan lumpur yang terkumpul secara berkala dibersihkan dari dasar bak.

  • Filtrasi (Penyaringan Halus)
Air jernih dari proses sedimentasi kemudian melewati media penyaring berupa pasir halus dan kerikil untuk menghilangkan partikel kecil, bakteri, serta sisa zat besi dan mangan. Ada dua jenis sistem yang digunakan, yaitu saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat, tergantung pada karakteristik air baku.

  • Reservoir dan Distribusi
Setelah air benar-benar bersih dan memenuhi standar kualitas, air ditampung di reservoir (bak penampungan akhir) sebelum disalurkan ke masyarakat melalui jaringan pipa distribusi PDAM. Tahap ini memastikan air tetap bersih, stabil, dan siap digunakan untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri.

Kelebihan dan Kekurangan Air PDAM

Seperti sumber air lain seperti sumur bor dan mata air pegunungan, air PDAM juga memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri, berikut beberapa di antaranya:

A. Kelebihan Air PDAM

  • Praktis dan Mudah Didapatkan
Air PDAM sangat praktis karena langsung dialirkan ke rumah melalui jaringan pipa. Pengguna tidak perlu menggali sumur atau memasang pompa untuk mendapatkan air.

Cukup dengan membayar tagihan bulanan, masyarakat bisa menikmati pasokan air bersih secara terus-menerus tanpa harus repot mengelolanya sendiri.

  • Kualitas Air Terjamin dan Terstandarisasi
Air PDAM telah melalui proses pengolahan yang ketat, meliputi penyaringan hingga penjernihan. Proses ini diawasi oleh pihak berwenang untuk memastikan air yang disalurkan memenuhi standar kesehatan dan layak konsumsi. Dengan demikian, risiko terpapar bakteri, logam berat, atau bahan kimia berbahaya menjadi sangat kecil.

  • Pelayanan Dikelola secara Profesional
PDAM merupakan lembaga resmi milik daerah yang memiliki sistem manajemen, perawatan, serta pemantauan kualitas air yang teratur. Hal ini membuat layanan air PDAM lebih andal dan dapat diandalkan untuk kebutuhan rumah tangga, industri, maupun fasilitas umum.

B. Kekurangan Air PDAM

  • Tekanan dan Kuantitas Air yang Tidak Konsisten
Aliran air PDAM terkadang tidak stabil, terutama pada jam-jam sibuk, di daerah dataran tinggi, atau di lokasi yang jauh dari instalasi pengolahan air (IPA). Tekanan air bisa sangat kecil, bahkan sering kali air mati atau tidak mengalir sama sekali dalam jangka waktu tertentu.

  • Risiko Air Berbau dan Kualitas Menurun
Air PDAM seharusnya terjamin kualitasnya. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa air PDAM pun bisa memiliki kualitas yang tidak sempurna. Air terkadang memiliki bau (seperti bau klorin yang menyengat) sebagai akibat proses kimiawi dalam pengolahannya.

Meskipun kualitas air di instalasi pengolahan sangat baik, kondisi pipa distribusi yang tua atau bocor juga dapat menyebabkan kontaminasi di perjalanan. Akibatnya, air yang sampai ke rumah terkadang berbau, berwarna kekuningan, atau mengandung sedimen halus.

  • Ketergantungan dan Biaya Bulanan
Penggunaan air PDAM berarti pelanggan memiliki ketergantungan penuh pada jadwal dan kebijakan penyedia layanan. Selain itu, pelanggan harus membayar tagihan bulanan yang dapat menjadi beban rutin dalam pengeluaran rumah tangga.

  • Jangkauan Layanan Belum Merata
Meskipun PDAM merupakan layanan publik, jangkauan jaringan pipa PDAM di Indonesia belum sepenuhnya merata. Banyak wilayah, terutama di daerah pelosok, perumahan baru, atau wilayah dengan kepadatan penduduk rendah, yang belum terakses oleh instalasi PDAM.

Ilustrasi Air

Ilustrasi Air. foto/istockphoto

Tips Memastikan Air PDAM Aman Dikonsumsi

Air PDAM diolah dengan sangat ketat, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi penurunan kualitas akibat berbagai faktor. Berikut beberapa tips untuk memastikan air PDAM layak dan aman dikonsumsi:

  • Perhatikan Warna, Bau, dan Rasa Air
Sebelum digunakan, periksa kondisi fisik air terlebih dahulu. Air PDAM yang aman biasanya jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. Jika air terlihat keruh, berwarna kekuningan, atau berbau kaporit yang menyengat, sebaiknya jangan langsung dikonsumsi dan lakukan langkah penyaringan tambahan.

  • Gunakan Filter atau Saringan Air
Pasang filter air di rumah, terutama pada saluran masuk utama atau keran dapur. Filter dengan karbon aktif efektif menyerap sisa klorin, logam berat, dan kotoran mikro yang mungkin terbawa dari pipa distribusi. Gantilah filter secara berkala agar hasil penyaringan tetap optimal.

  • Rebus Air Sebelum Diminum
Cara paling sederhana dan aman adalah dengan merebus air hingga mendidih selama 5–10 menit. Proses ini membantu membunuh bakteri, virus, dan mikroorganisme yang mungkin masih tersisa, sehingga air benar-benar steril untuk dikonsumsi.

  • Gunakan Wadah Bersih dan Tertutup
Simpan air dalam wadah yang bersih, tertutup rapat, dan tidak terbuat dari bahan beracun seperti plastik daur ulang. Hindari menyentuh bagian dalam wadah dengan tangan agar air tetap higienis dan tidak terkontaminasi setelah direbus.

  • Lakukan Pemeriksaan Air Secara Berkala
Jika air PDAM sering berubah warna, berbau, atau menimbulkan endapan, lakukan uji laboratorium sederhana untuk mengetahui kadar pH, klorin, dan logam berat. PDAM biasanya juga menyediakan layanan pengujian kualitas air bagi pelanggan yang ingin memastikan keamanan air di rumahnya.

  • Laporkan Jika Ada Perubahan Kualitas Air
Apabila air yang keluar dari keran tampak keruh, berbau, atau menimbulkan iritasi kulit, segera laporkan ke pihak PDAM. Hal tersebut bisa disebabkan oleh perbaikan jaringan pipa, kebocoran, atau endapan yang terbawa dari sistem distribusi.

Dengan melapor, PDAM dapat segera melakukan pemeriksaan dan perbaikan agar pasokan air kembali normal dan aman.

Mana yang Terbaik untuk Keseharianmu?

Header Advertorial Aqua

Ilustrasi Air Minum. FOTO/iStockphoto

Setiap sumber air memiliki keunggulan dan karakteristiknya masing-masing, baik itu air sumur bor, air mata air pegunungan, maupun air PDAM. Ketiganya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lalu, sumber air mana yang paling baik dan layak digunakan?

Sesuaikan dengan Kebutuhan dan Kondisi Lingkungan

Dalam memilih sumber air untuk kebutuhan sehari-hari, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah kondisi lingkungan tempat tinggal. Bagi masyarakat perkotaan, air PDAM biasanya menjadi pilihan utama karena lebih praktis dan sudah melalui proses pengolahan serta distribusi yang teratur.

Sementara itu, di daerah pedesaan atau perbukitan yang belum terjangkau jaringan PDAM, sumur bor atau mata air pegunungan sering kali menjadi alternatif terbaik karena lebih mudah diakses dan tidak tergantung pada sistem pipa pemerintah.

Selain lokasi, biaya juga menjadi faktor penentu penting. Air PDAM memang menawarkan kemudahan, tapi pengguna harus membayar tagihan bulanan sesuai jumlah pemakaian.

Sebaliknya, sumur bor memerlukan biaya besar di awal untuk pengeboran dan pemasangan pompa, tapi lebih hemat dalam jangka panjang.

Sementara mata air pegunungan umumnya tidak membutuhkan biaya besar untuk mendapatkan air, tapi diperlukan upaya dan kerja sama masyarakat dalam menjaga kelestarian sumber air agar tetap mengalir sepanjang tahun.

Ketersediaan dan keberlanjutan sumber air juga perlu dipertimbangkan. Mata air pegunungan terkenal stabil dan kaya mineral, tapi debitnya bisa menurun saat musim kemarau.

Air sumur bor dapat mengering jika pengambilan air tanah berlebihan, sedangkan PDAM kadang mengalami gangguan distribusi.

Oleh karena itu, pilihan terbaik sangat bergantung pada keseimbangan antara ketersediaan air, biaya perawatan, dan keberlanjutan lingkungan di wilayah tempat tinggal masing-masing.

Pentingnya Uji Kualitas Air Secara Berkala

Apa pun sumber air yang digunakan, hal terpenting adalah memastikan bahwa air tersebut aman dan layak dikonsumsi. Air yang tampak jernih belum tentu bebas dari kandungan logam berat, bakteri, atau bahan kimia berbahaya.

Maka, pastikan untuk selalu menguji kualitas air secara berkala. Hal ini perlu dilakukan untuk memeriksa parameter penting seperti pH, kandungan logam (Fe, Mn, Zn), klorin, serta mikroorganisme penyebab penyakit.

Bagi pengguna air PDAM, pengawasan biasanya dilakukan oleh pihak pengelola, tapi tetap disarankan untuk memantau kondisi air di rumah.

Sementara pengguna sumur bor atau mata air alami dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana setidaknya satu kali setahun, untuk memastikan tidak terjadi kontaminasi dari limbah rumah tangga, pertanian, atau bahan kimia tanah.

Air yang bersih dan sehat adalah fondasi bagi kehidupan yang berkualitas. Maka dari itu, apa pun sumber air yang digunakan, baik PDAM, sumur bor, maupun mata air pegunungan, pastikan untuk selalu menguji dan memantau kebersihannya secara rutin.

Demikian penjelasan terkait perbedaan air sumur bor, mata air pegunungan, dan PDAM. Setiap sumber air memiliki keunggulan dan tantangannya masing-masing, tergantung pada kondisi lingkungan, kebutuhan, serta kemampuan pengelolaannya.

Namun, apa pun sumber air yang digunakan, menjaga kualitasnya tetap bersih dan aman adalah hal yang paling penting. Dengan pengelolaan yang bijak dan pemeriksaan rutin, kita dapat memastikan bahwa air yang digunakan setiap hari benar-benar aman dan menyehatkan.

Tertarik dengan informasi lain seputar air? Temukan artikel menarik tentang siklus air, proses pembentukan air tanah, hingga tips bermanfaat untuk menghemat air di tautan berikut ini:

Kumpulan Artikel tentang Air

Baca juga artikel terkait AIR atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani