tirto.id - Air adalah kebutuhan utama dan menjadi kebutuhan mendasar bagi manusia. Koshland Sciences Museum menyebutkan bahwa setiap orang membutuhkan kurang lebih 20 hingga 50 liter air bersih untuk minum, memasak, dan sebagainya.
Namun pada kenyataannya, tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan air bersih. Sekitar 1,8 juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit diare dan kolera, akibat penggunaan air yang tidak layak pakai.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menuliskan dalam lamannya, bahwa terdapat dua miliar penduduk di seluruh dunia yang masih menggunakan sumber air minum yang terkontaminasi oleh tinja. Ini lah yang menyebabkan masih banyak ditemukan penyakit bersumber pada tidak layak pakainya air yang digunakan sehari-hari.
Sehingga menjaga kebersihan air menjadi hal penting bagi kelangsungan hidup. Untuk menjaga kualitas air, Kementrian Kesehatan memberikan tips sebagai berikut:
· Pisahkan jarak antara sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah minimal 10 meter.
· Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemar.
· Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya agar tidak rusak.
· Lantai sumur sebaiknya kedap air (diplester) dan tidak retak, bibir sumur dan dinding sumur harus diplester dan sumur ditutup.
· Ember penampung air dilengkapi dengan penutup dan gayung bertangkai, serta dijaga kebersihannya.
· Air harus dijaga kebersihannya dengan tidak ada genangan air di sekitar sumber air, dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air, tidak ada kotoran, tidak ada lumut, pada lantai/dinding sumur.
Pentingnya air bersih
Air jelas sangat penting untuk hidrasi dan produksi makanan. Namun selain itu, sanitasi juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan terkait kesediaan air bersih. Kurangnya layanan sanitasi yang layak tidak hanya membiakkan penyakit, tetapi juga dapat merugikan kehidupan masyarakat.
Sayangnya, air bersih masih tidak dapat diakses oleh banyak orang. Berikut adalah lima alasan mengapa setiap orang membutuhkan akses ke air minum bersih dan sanitasi yang dikelola dengan baik dilansir dari laman Aid and International Development Forum:
Pertama, air adalah sumber nutrisi nomor satu.
Tubuh manusia terbuat dari 60 persen air, dan ini merupakan indikasi yang cukup jelas tentang pentingnya air. Manusia perlu terhidrasi secara memadai agar sistem fisiologisnya berfungsi.
Selain itu, air membantu menjaga kesehatan organ dan memungkinkan darah untuk mempertahankan konsistensi yang dibutuhkannya untuk mengalir dengan bebas dan mengangkut oksigen dan nutrisi ke setiap sel tubuh.
Kedua, membantu pencegahan penyakit.
Telah diketahui bahwa dengan mengonsumsi air yang tidak bersih dan tidak aman dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Kondisi medis yang fatal seperti kolera, tipus, dan hepatitis A semua terjadi karena konsumsi dan atau adanya air yang terkontaminasi. Air bersih sangat penting tidak hanya untuk tetap aman dari penyakit tetapi juga untuk menjaga kesehatan.
Ketiga, membantu dalam menyingkirkan racun.
Air yang bersih, segar, dan aman juga membantu tubuh mengeluarkan semua jenis racun. Racun yang terbuat dari reaksi tubuh, diperoleh dari sumber luar hingga yang terjadi karena konsumsi air yang terkontaminasi dapat disingkirkan dengan konsumsi air bersih.
Keempat, air membantu untuk pertanian dan produksi pangan.
Ketika berbicara tentang produksi makanan, air bersih adalah unsur penting. Jika tanaman dan biji-bijian diberikan air yang terkontaminasi, bakteri dan penyakit akan menyebar ke mereka yang mengonsumsi produk segar. Karena itu, air yang digunakan untuk pertanian juga harus berasal dari sumber daya yang aman dan bersih.
Terakhir, peningkatan fasilitas sanitasi.
Air bersih tidak hanya dibutuhkan untuk minum tetapi untuk keperluan sanitasi. Jika pakaian dicuci, atau tubuh dicuci dengan air yang terkontaminasi, akan menyebabkan timbulnya penyakit.
Hal yang sama berlaku untuk memasak, membersihkan, dan tugas-tugas serupa lainnya yang merupakan bagian integral dari kehidupan kita. Air bersih diperlukan untuk kesehatan yang baik.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari