tirto.id - Mengecek kondisi kesehatan secara rutin penting dilakukan, termasuk bagi para perempuan. Akan tetapi, kebiasaan ini masih sering diabaikan oleh banyak orang.
Padahal, tanpa cek kesehatan secara rutin, siapa yang sadar diabetes sedang mengintai diam-diam di balik kegemaran mengudap makanan manis.
Stroke pun bisa mendekat sebelum si empu tubuh menyadarinya dan malah terus asyik menekuni hobi mengasah lidah dengan sate kambing, sambil merokok usai mulut dimanja gurih.
Pemeriksaan kesehatan rutin berguna untuk mendeteksi beragam jenis masalah kesehatan sejak dini. Dengan begitu, ada peluang untuk mencegah bibit penyakit berkembang dan tak terkendali.
Sekalipun tubuh sudah terlanjur terbelit masalah kesehatan, mengetahuinya sejak awal tentu lebih baik. Sebab, perawatan lebih dini akan memudahkan proses penyembuhan. Pengobatan semahal apa pun bisa saja tidak berguna ketika masalah sudah kelewat parah.
Di sisi lain, usia, riwayat medis dan keluarga, gaya hidup, kebiasaan dan lainnya menjadi faktor yang menentukan seberapa sering orang harus melakukan perawatan kesehatan.
Bagi kalangan perempuan, jenis pemeriksaan kesehatan rutin disarankan berlainan dan tergantung dengan usianya. Dikutip dari laman Medline Plus, pemeriksaan rutin bahkan dianjurkan kepada para perempuan yang berusia muda, yakni dalam rentang 18 hingga 39 tahun.
Berikut ini daftar jenis pemeriksaan kesehatan rutin yang perlu dilakukan oleh para perempuan di usia 18 hingga 39 tahun.
1. Pemeriksaan tekanan darah
-Periksa tekanan darah Anda setidaknya sekali dalam dua tahun. Jika angka atas (angka sistolik) antara 120 hingga 139, atau angka bawah (angka diastolik) antara 80 hingga 89 mm Hg, Anda harus memeriksanya setiap tahun.
-Jika angka teratas lebih besar dari 140 atau angka bawah lebih tinggi dari 90, jadwalkan agenda untuk berkonsultasi dengan dokter.
-Jika Anda memiliki diabetes, penyakit jantung, masalah ginjal, atau kondisi tertentu lainnya, Anda perlu mengecek tekanan darah lebih sering, setidaknya setahun sekali.
2. Cek kolestrol
-Usia awal perempuan yang disarankan untuk cek kolesterol adalah antara 20 hingga 45 tahun.
-Perempuan dengan kadar kolesterol normal tidak perlu menjalani tes ulang selama 5 tahun.
-Ulangi pengujian lebih cepat dari yang dibutuhkan jika perubahan terjadi dalam gaya hidup dan berat badan bertambah.
-Jika Anda memiliki diabetes, penyakit jantung, masalah ginjal, atau kondisi tertentu lainnya, Anda mungkin perlu pemeriksaan kesehatan lebih sering.
3. Cek gula darah
-Jika tekanan darah Anda 140/80 mm Hg atau lebih, petugas media umumnya akan mengecek kadar gula darah untuk memastikan ada diabetes atau tidak.
-Jika Anda memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih besar dari 25 dan memiliki faktor risiko lain untuk diabetes, Anda harus diskrining. Memiliki BMI lebih dari 25 berarti Anda kelebihan berat badan. Orang Amerika keturunan Asia harus diskrining jika BMI mereka lebih besar dari 23.
-Jika Anda memiliki faktor risiko lain untuk diabetes, seperti kerabat tingkat pertama dengan diabetes atau riwayat penyakit jantung, petugas media mungkin juga akan mengecek gula darah.
4. Pemeriksaan gigi
-Pergi ke dokter gigi sekali atau dua kali setiap tahun untuk pemeriksaan rutin dan pembersihan sangat disarankan.
5. Tes mata
Jika Anda memiliki masalah penglihatan, lakukan pemeriksaan mata setiap 2 tahun atau lebih sering jika direkomendasikan oleh dokter.
-Lakukan pemeriksaan mata setidaknya setiap tahun jika Anda menderita diabetes.
6. Imunisasi
-Setelah usia 19 tahun, Anda harus mendapatkan vaksin tetanus-diphtheria dan acellular pertussis (TdAP) jika Anda tidak menerimanya saat remaja. Anda harus memiliki booster tetanus-diphtheria setiap 10 tahun.
-Anda harus menerima dua dosis vaksin varicella jika Anda tidak pernah menderita cacar air atau vaksin varicella.
-Vaksin human papilloma virus (HPV) penting apabila Anda berusia antara 18 hingga 26. Terlebih, jika Anda belum mendapatkan vaksin HPV sebelumnya dan tidak mendapatkan imunisasi lengkap.
7. Pemeriksaan fisik
-Tekanan darah Anda harus diperiksa setidaknya setiap 1 hingga 2 tahun.
-Skrining untuk kanker serviks harus dimulai pada usia 21 tahun.
-Tinggi badan, berat badan, dan BMI Anda harus diperiksa setiap cek kesehatan rutin.
-Selama pemeriksaan fisik, Anda mungkin akan ditanyai tentang kemungkinan gejala depresi, diet dan olahraga, hingga kebiasaan konsumsi alkohol dan rokok.
8. Pemeriksaan payudara
-Perempuan dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan. Namun, para ahli medis menilai pemeriksaan payudara secara mandiri tidak efektif untuk mendeteksi kanker. Pemeriksaan payudara sebaiknya dilakukan oleh petugas medis.
-Perlu diingat bahwa skrining mammogram tidak dianjurkan untuk sebagian besar wanita di bawah usia 40 tahun. Jika Anda memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita kanker payudara pada usia muda, pertimbangkan pemeriksaan mammogram tahunan. Mereka harus mulai lebih awal dari usia di mana anggota keluarga termuda mereka didiagnosis memiliki kanker payudara.
-Jika Anda memiliki faktor risiko kanker payudara lainnya, petugas media bisa merekomendasikan mammogram, USG payudara atau pemindaian MRI.
-Berkonsultasilah dengan dokter jika Anda melihat perubahan pada payudara Anda.
9. Pemeriksaan pelvic dan pap smear
-Mulai usia 21, perempuan seharusnya menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear setiap 3 tahun untuk mendeteksi ada atau tidaknya kanker serviks.
-Jika Anda berusia di atas 30 tahun dan tes pap smear dan HPV Anda normal, Anda hanya perlu Pap smear setiap 5 tahun.
-Jika rahim dan serviks Anda telah diangkat (histerektomi total) dan Anda belum didiagnosis menderita kanker serviks, Anda mungkin tidak perlu melakukan Pap smear.
-Wanita yang aktif secara seksual harus diskrining untuk mengecek kemungkinan ada klamidia dan gonore. Wanita berusia 25 tahun ke atas harus diskrining jika berisiko tinggi.
10. Pemeriksaan kesehatan kulit
-Dokter dapat memeriksa tanda-tanda kanker kulit, terutama jika Anda berisiko tinggi.
-Orang yang berisiko tinggi ialah mereka yang pernah menderita kanker kulit, memiliki kerabat dekat dengan kanker kulit, atau punya sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Addi M Idhom