Menuju konten utama

Mengapa Menjaga Lisan Sangat Penting?

Menjaga lisan merupakan salah satu perbuatan atau akhlak yang penting dalam Islam. Banyak masalah dan pertikaian timbul akibat tidak menjaga lisan.

Mengapa Menjaga Lisan Sangat Penting?
Ilustrasi Suami Istri Bertengkar. foto/isttockphoto

tirto.id - Menjaga lisan sangat penting untuk dilakukan kaum muslim. Dengan menjaga lisannya, seseorang akan terhindar dari berbagai masalah seperti pertengkaran dan kebencian.

Di televisi atau media sosial, kasus pembunuhan tidak sedikit terjadi karena masalah ketersinggungan. Itu termasuk salah satu akibat tidak menjaga lisan.

Dalam Islam, seseorang yang tidak dapat memelihara lisan tergolong orang yang merugi, dan bakal diadili di akhirat. Sebaliknya, kaum muslim yang berhasil menjaga lisannya diganjar pahala dan surga.

Oleh karena itu, para pemuka agama seperti kyai dan ustaz sering berpesan dalam ceramah atau khotbahnya tentang memelihara lisan.

Apa yang Dimaksud dengan Memelihara Lisan?

Lisan merupakan salah satu dari pancaindra manusia yang berfungsi untuk berbicara. Lisan merupakan karunia Allah Swt. Manusia dapat mengungkapkan isi hatinya melalui perkataan dari lisan.

Sebagaimana baik buruknya hati manusia, perkataan yang diucapkan lisan juga berpotensi tidak baik, atau bahkan menyakitkan orang lain. Oleh sebab itu, Islam menganjurkan agar umatnya senantiasa memelihara dan menjaga lisan.

Pengertian memelihara lisan dalam Islam adalah menjaga supaya tidak mengatakan sesuatu yang kurang baik, meskipun dalam keadaan marah, apalagi yang sampai menyakiti perasaan orang maupun makhluk lain. Beberapa dalil menjaga lisan terdapat dalam Al-Qur'an dan hadis. Ayat tentang menjaga lisan salah satunya termuat dalam Surah An-Nur ayat 24 sebagai berikut:

"Pada hari [ketika] lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan," (QS. An-Nur [24]: 24).

Sementara itu, hadits menjaga lisan dan artinya terdapat dalam riwayat Imam Tirmidzi, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda sebagai berikut:

“Jika manusia berada di waktu pagi, maka semua anggota badannya menyalahkan lisan. Mereka berkata, 'Wahai lisan, bertakwalah kepada Allah dalam urusan kami karena sesungguhnya kami tergantung pada dirimu, Jika kamu bersikap lurus, maka kami pun akan lurus. Namun jika engkau menyimpang, maka kami pun akan menyimpang,'" (HR. Tirmidzi, shahih).

Apa yang Dimaksud dengan Fitnah, Ghibah, dan Buhtan?

Dalam Islam, lisan yang tidak terjaga akan memunculkan tiga perilaku tidak terpuji seperti fitnah, ghibah, dan buhtan. Berikut ini penjelasan mengenai ketiga sifat buruk yang menjadi akibat tidak menjaga lisan:

1. Fitnah

Fitnah adalah perkataan bohong yang dilontarkan dari seseorang kepada orang lain guna menjelekkan pihak tertentu karena kedengkian atau kebencian. Islam melarang perbuatan fitnah karena merugikan.

Bagi orang yang dijelekkan, itu bisa berbahaya dan merugikan. Bagi orang yang memfitnah, itu bisa menimbulkan penyakit hati.

Dalam Surah Al-Baqarah ayat 191, dijelaskan bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Berikut redaksi lengkap firman Allah Swt. tentang fitnah:

"Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir. (QS. Al-Baqarah [2]: 191).

2. Ghibah

Ghibah adalah membicarakan kejelekan atau aib seseorang tanpa keberadaan pihak yang diperbincangkan. Contoh ghibah adalah membicarakan orang lain tentang kekurangan fisiknya, keturunan, akhlak, tingkah laku, serta urusan agama atau duniawinya.

Hukum ghibah dalam Al-Qur'an adalah haram, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surah Al-Hujurat ayat 11 sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim,” (QS. Al-Hujurat [49] : 11).

3. Buhtan

Buhtan adalah menyebarkan berita bohong tentang seseorang dengan tujuan untuk menjatuhkan citra atau harga dirinya. Islam melarang umatnya berbuat buhtan sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surah An-Nisa ayat 20 sebagai berikut:

"Tidak ada kebaikan pada banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali [pada pembicaraan rahasia] orang yang menyuruh bersedekah, [berbuat] kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Siapa yang berbuat demikian karena mencari rida Allah kelak Kami anugerahkan kepadanya pahala yang sangat besar," (QS. An-Nisa [4]: 114).

Kenapa Harus Memelihara Lisan?

Keutamaan menjaga lisan salah satunya adalah terhindar dari pertikaian, masalah, dan menjadikan seseorang lebih baik.

Di samping itu, keutamaan menjaga lisan dalam Islam adalah memperoleh pahala, mendapat pengampunan dosa, serta dimasukkan ke surga oleh Allah Swt.

Keutamaan menjaga lisan dalam Islam dapat dirangkum menjadi beberapa poin. Berikut ini 5 manfaat menjaga lisan:

1. Diampuni dosa sekaligus memperbaiki amal

Menjaga lisan akan membuat seseorang tidak sibuk mengomentari urusan orang lain, dan bisa fokus melihat ibadahnya sendiri. Dengan demikian, ia menjadi lebih baik serta diridai Allah Swt. Selain itu, menjaga lisan akan menghapus dosa-dosa kaum muslim.

Ayat tentang menjaga lisan, terutama yang berkaitan dengan manfaat dihapuskannya dosa, terdapat dalam Surah Al-Ahzab ayat 70-71.

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Dia [Allah] akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar," (QS. Al-Ahzab [33]: 70-71).

2. Mendapatkan jaminan masuk surga

Seorang muslim yang dapat menjaga lisannya akan mendapatkan jaminan masuk surga. Hadits menjaga lisan dan keutamaannya tentang jaminan surga terdapat dalam riwayat Imam Bukhari sebagai berikut:

“Barangsiapa yang menjamin untukku sesuatu yang berada di antara jenggotnya [mulut] dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga,” (HR. Bukhari)

3. Selamat di dunia dan akhirat

Orang yang menjaga lisan akan selamat baik di dunia maupun akhirat. Dalam sebuah hadis riwayat 'Abdullah bin Amru, Rasulullah saw. pernah bersabda sebagai berikut:

“Barangsiapa yang diam niscaya ia akan selamat,“ (HR. Tirmidzi, shahih)

4. Sikapnya seseorang menjadi lurus dan istikamah

Lisan yang terjaga akan membuat hidup seseorang menjadi lurus dalam bersikap, serta istikamah berbuat baik. Rasulullah saw. pernah bersabda dalam riwayat Imam Tirmidzi sebagai berikut:

“Jika manusia berada di waktu pagi, maka semua anggota badannya menyalahkan lisan. Mereka berkata, “Wahai lisan, bertakwalah kepada Allah dalam urusan kami karena sesungguhnya kami tergantung pada dirimu, Jika kamu bersikap lurus, maka kami pun akan lurus. Namun jika engkau menyimpang, maka kami pun akan menyimpang,“ (HR. Tirmidzi, sahih)

5. Derajatnya diangkat Allah Swt.

Seorang muslim yang mampu menjaga lisannya akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt. Hadits menjaga lisan, terutama berkaitan dengan keutamaan diangkatnya derajat oleh Allah Swt., terdapat dalam hadis riwayat Imam Bukhari.

“Sungguh seorang hamba mengucapkan sebuah kalimat yang Allah ridhoi, yang dia tidak memperhatikannya, namun dengan sebab itu Allah mengangkatnya beberapa derajat,“ (HR. Bukhari)

Petunjuk Menjaga Lisan menurut Syariat Islam

Tidak hanya melarang, syariat Islam juga memberikan pedoman kepada kaum muslim dalam usaha menjaga lisan. Berikut ini petunjuk menjaga lisan menurut syariat Islam:

  • Menghindari kebiasaan berkata bohong, tidak bermanfaat, dan berlebihan.
  • Menghindari perkataan yang batil, kotor, dan jorok.
  • Tidak berbicara dusta atau palsu, sebab menjadi tanda orang yang munafik.
  • Tidak menggunjing.
  • Tidak berkata kasar kepada orang lain.
  • Tidak mengadu domba serta mudah marah.
  • Memanggil orang tua dengan sopan.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN AGAMA ISLAM atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin