Menuju konten utama

Gibran Bicara soal Fraud eFishery hingga Sirkel Pendiri Startup

"Apapun yang nanti saya lakukan, saya akan memastikan bahwa keberlanjutan dampaknya bisa berlangsung selama mungkin, dibanding sekadar menjadi besar."

Gibran Bicara soal Fraud eFishery hingga Sirkel Pendiri Startup
Header Wansus Gibran Huzaifah. tirto.id/Tino

tirto.id - Dua jam bukanlah waktu yang panjang. Terlebih ketika kepala Anda dipenuhi pertanyaan, dan sosok di hadapan Anda adalah figur yang—usai terseret skandal manipulasi keuangan—belakangan seolah hilang dari peredaran. Gibran Huzaifah, eks CEO sekaligus pendiri eFishery, memberi kami momen langka itu. Ia bersedia duduk, menjawab, dan menjelaskan.

Pada awal Mei lalu, Gibran datang ke kantor Tirto.id sendirian, tanpa pengawalan. Tak ada aura dramatis ala tokoh publik yang baru saja diguncang badai. Ia melangkah ringan dari boncengan ojek online (ojol). Sang pengemudi barangkali tak tahu bahwa penumpangnya adalah mantan bos startup yang pernah bernilai lebih dari Rp20 triliun. Dengan kepemilikan 25 persen saham pada puncak valuasi, kekayaan pribadi Gibran kala itu sempat menyentuh angka fantastis: Rp5 triliun.

Penampilannya hari itu pun tak menyangkal citra "sederhana" yang kerap dilekatkan padanya: kemeja navy, celana slim fit senada, dan sepasang Onitsuka Tiger di bawah Rp2 juta. Sebuah ransel hijau army menggantung penuh di bahunya—membuat office boy sempat mengira ia karyawan baru.

Tapi kesederhanaan itu bukan sekadar impresi kasat mata. Sejumlah narasumber yang kami wawancarai dalam upaya menelusuri skandal eFishery membenarkannya. Seorang pembudidaya lele pernah duduk berjam-jam berdiskusi dengannya, cukup dengan kudapan seadanya, di gubug kecil beralaskan tanah dan beratap terpal. Narasumber lain menyebut kebersahajaan itu sebagai strategi. Seperti bagaimana ia mengandalkan ojol demi melibas jalur-jalur padat.

Usai memungkasi sekotak nasi padang untuk makan siang, Gibran mulai meladeni satu per satu pertanyaan kami. Ia bicara tentang audit forensik FTI Consulting, tentang reaksi publik, keputusan investor, nasib karyawan, hingga posisi mitra petambak dan pembudidaya ikan—kelompok yang menurutnya paling terdampak, namun justru paling jarang dibahas.

“Masing-masing di proses ini sibuk dengan dirinya sendiri, sibuk dengan kepentingannya sendiri, enggak ada yang mikirin kepentingan-kepentingan petani, pembudidaya,” keluhnya.

Bagaimanapun, apa yang ia lakukan dengan menggelembungkan kinerja eFishery demi meraup pendanaan tak bisa dibenarkan. Sebab dampaknya tak terisolasi pada pemilik modal dan ekosistem budidaya perikanan, tapi meluas hingga kepercayaan investor—khususnya modal ventura—yang selama ini menopang pertumbuhan startup di Indonesia. Dan Gibran, dengan nada penuh kesadaran, mengakui hal itu.

Berikut petikan wawancara kami dengannya:

Awal Mula Manipulasi Laporan Keuangan

Bagaimana pertama kali Anda punya ide untuk membuat laporan keuangan ganda?

Sebenarnya enggak laporan keuangan ganda yang kita lakukan. Jadi lebih ke akselerasi revenue yang kita coba lakukan. Dan ini dilakukan dengan cara peningkatan-peningkatan revenue melalui kerja sama melalui third party (pihak ketiga).

Sebagai contoh, misalnya, anggaplah ada perusahaan teknologi yang dia jualan pulsa. Jualan pulsa kalau ke konsumer satu-satu kan kecil biasanya. Mereka datangi misalnya agen pulsa yang besar. Terus bilang ke agennya lewati platform kita aja transaksinya. Nanti bapak dapat margin dapat promo lah dari situ. Akhirnya transaksinya ikut platform dan GMV-nya (Gross Merchandise Value) jadi besar. Nah itu yang eFishery lakukan di awal sebenarnya.

Terakhir wawancara Anda dengan Bloomberg, respons publik di media sosial lumayan panas, terutama saat Anda menyebut banyak pendiri startup melakukan hal serupa...

Dan itu juga yang sebenarnya waktu saya sampaikan di Bloomberg, konteksnya adalah waktu di awal saya dengar cerita beberapa founder yang spesifik kalau itu dia lakukan untuk meng-inflate GMV. Makanya itu yang akhirnya jadi justifikasi di awal, “Wah orang-orang ini yang saya ngobrol ngelakuin juga, ya sudah deh saya pikirin gimana caranya saya lakuin ini versi eFishery,” dengan kita kerja sama sama agen-agen ikan, agen-agen pakan, untuk mereka transaksi lewat eFishery, lewat sistem eFishery. Kita ambil transaksinya seolah itu jadi transaksinya kita. Itu yang enggak organik. Jadi sebenarnya konteksnya itu.

Saya enggak menuding kalau semua startup melakukan manipulasi laporan keuangan atau apa pun. Saya di konteks Bloomberg itu ceritanya memang saat itu, di awal saya ngobrol sama beberapa founder, mereka melakukan strategi untuk meningkatkan GMV mereka dengan cara-cara yang tidak organik. Itu yang eFishery lakukan.

Itu para founder di lingkaran Anda?

Iya, ada beberapa founder di Indonesia. Kalau apakah ini lumrah untuk dilakukan banyak company di Indonesia, saya enggak bisa bilang. Saya nggak punya cukup data. Tapi ada beberapa founder yang saya dengar ceritanya, mereka melakukan juga.

Berarti saat itu dilakukan eFishery lagi mengejar target fundraising?

Betul. Jadi waktu 2018 kita lagi (pendanaan) seri A. Kami ngobrol sama banyak sekali investor dan mereka semua menolak untuk investasi di eFishery. Sampai akhirnya cuma tersisa dua bulan runway-nya. Dan waktu runway-nya tersisa dua bulan, kita terus cari investment. Untungnya waktu itu ada bridge loan lah yang dikasih sama existing investor. Akhirnya runway kita nambah, cuma dengan syarat kalau investment ini enggak dapat ya itu jadi utang malah.

Jadi di waktu enam bulan itulah, dari kita dapat bridge loan dari investor, kita melakukan peningkatan revenue dengan cara yang tidak organik tadi. Itu yang kita lakukan di awal sebenarnya yang akhirnya bisa dapat dari Wavemaker.

Ngobrol sama beberapa founder yang tadi diceritakan. Oh iya, dia melakukan, ya tadi ada platform, ada B2B yang besar. Yang sebenarnya platform mereka itu kan B2C, misalnya. Ya sudah, dia kerja sama-sama B2B untuk bisa dapet transaksi yang besar melalui platform-nya. Jadi ada beberapa company lah yang saya nggak bisa sebutkan. Tapi ya, yang di pengalaman saya hanya beberapa company saja yang saya tahu. Saya nggak bilang kalau semuanya (melakukan) itu.

Makanya yang saya sampaikan di Bloomberg sebenarnya lebih ke saya pengin sharing kalau kadang-kadang saat kita melakukan sesuatu yang kita sendiri ragu apakah ini benar atau salah. Jadi moralitas kita enggak cuma benar atau salah, tapi menjustifikasi: "Ah yang lain juga ngelakuin, ya sudahlah gue lakuin." Jadi ada tiga: bener, salah, dan semua orang ngelakuin itu.

Jadi sebenarnya konteks yang saya mau sampaikan di Bloomberg, ya, untuk founder sebagai pembelajaran, kalau nanti dihadapkan dengan hal yang sama ya perlu di-relook lagi keputusannya.

Pertimbangannya apa selain dilakukan oleh founder lain? Apakah eFishery memang harus banget selamat dengan fundraising seri A itu atau Anda punya perhitungan kalau misalnya nge-boost GMV, mungkin di dua tahun lagi bisa sampai angka itu?

Betul. Yang pertama memang supaya eFishery bisa tetap ada. Karena di saat itu kita ssudah punya farmer yang memang dapat dampaknya dari eFishery. Waktu itu juga kita sudah punya employee yang bergantung. Jadi saya mau memastikan kalau eFishery ini bisa tetap berlanjut. Dan kalau eFishery ini tetap berlanjut ya ada kesempatan buat kita melakukan dampak yang lebih besar. Itu dasarnya.

Di samping itu, memang secara bisnis model eFishery kan bisnis model yang tradisional ya. Kita jual alat ya ada margin. Kita jual pakan ada margin. Kita jual ikan ada margin, begitu. Jadi bisnis model yang tradisional ini. Dan kita kan enggak butuh banyak ads dan lain sebagainya, enggak pasang iklan di TV, enggak pasang iklan di baliho, secara cost juga sangat efisien. Jadi memang saat itu bisa kita dapetin saya yakin kita bisa memastikan kalau ini bisa sustainable.

Berapa tahun perhitungan Anda angkanya akan sampai ke GMV yang dibesar-besarkan tadi?

Dua tahun juga ssudah sampai sih. Karena memang kita berpikir kalau kita sudah fundraise, ya dana ini ssudah cukup bisa buat self-sustain, kita enggak butuh funding lagi setelahnya.

Berarti sempat dalam dua tahun itu Anda enggak mau fundraising lagi, tapi tiba-tiba ada yang menawarkan?

Iya. Jadi sebenarnya, kan, prosesnya kadang-kadang membuat kita melihat ada opportunity yang unik. Secara kualitas, opportunity-nya ini rasanya sayang kalau dilepas begitu saja, walaupun bisnisnya—kalau saat itu kami putuskan untuk tetap sustain—masih bisa jalan.

Contohnya saat series B dan series C, serta setelahnya. Itu menjadi opportunity yang menarik karena memang ada investor yang tertarik untuk invest ke kami, apalagi waktu series C ada nama besar seperti Temasek dan SoftBank yang menunjukkan ketertarikan.

Apakah kami sebenarnya butuh? Sebenarnya tidak terlalu butuh. Tapi karena kami melihat ini sebagai once-in-a-lifetime opportunity, saya berpikir kalau kami punya resources yang lebih besar, akan ada banyak hal yang bisa kami lakukan untuk memberi impact. Misalnya membuat produk baru, menaikkan size perusahaan agar lebih banyak hal yang bisa kami lakukan untuk para petani.

Tapi ada dorongan enggak dari investor existing untuk harus fundraising setelah series A?

Ya, memang ada sih, salah satunya. Karena secara business model, untuk venture capital, mereka memang butuh perusahaan tumbuh dengan cepat. Dan cara untuk tumbuh cepat, valuation-nya dijustifikasi dengan fundraise, supaya pertumbuhannya bisa besar dalam waktu singkat, dan return-nya juga bisa lebih tinggi.

Jadi, kalau kami dipandang sebagai perusahaan yang punya potensi untuk memiliki valuation besar, maka dorongan untuk terus-menerus fundraising juga lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang secara business-nya tidak terlalu perform.

Tapi dalam rentang waktu dari series A ke series B, investor existing tahu tidak kalau GMV-nya eFishery itu mencurigakan? Mereka sempat ada yang tahu enggak di tahap lanjutan?

Ya, pasti saya belum bisa statement apakah mereka tahu atau enggak. Itu memang perlu ditanyakan langsung ke mereka. Tapi yang pasti, mereka mendukung proses fundraising-nya untuk kami.

Keputusan Investor

Tapi kenapa pada akhirnya model bisnis eFishery dianggap tidak sustainable dan akhirnya ditutup? Apakah skalabilitasnya kurang, atau sebenarnya butuh suntikan modal lagi?

Kalau dari kacamata saya, sebenarnya keputusan untuk menutup eFishery ini bukan karena melihat apakah fundamental eFishery itu ada atau tidak. Karena dari sudut pandang investor, mereka berinvestasi di valuasi tertentu. Misalnya, waktu itu mereka masuk di valuasi 1,4 miliar dolar AS, atau sekitar Rp20 triliun.

Nah, kalau valuasinya Rp20 triliun, lalu bisnis eFishery tetap berjalan—walaupun fundamental-nya bagus—tapi ternyata fundamental-nya itu hanya menjustifikasi valuasi Rp3 triliun, ya buat mereka itu jadi persoalan. Bukan soal bisnisnya ada atau tidak, tapi apakah fundamental-nya bisa menjustifikasi valuasi sebesar itu.

Investor kan masuk dengan ekspektasi bahwa valuasinya akan naik. Dari Rp20 triliun menjadi, katakanlah, Rp50 triliun. Nah, pertanyaannya: kalau bisnis ini diteruskan, fundamental-nya bisa naik sampai valuasi Rp50 triliun atau tidak?

Yang menarik, waktu saya step down, uang dan aset lancar kita sebenarnya masih cukup besar. Kita masih punya cash Rp1,2 triliun. Aset lancar dalam bentuk macam-macam: aset, piutang, dan sebagainya sekitar Rp1,4 triliun. Jadi total masih ada sekitar Rp3 triliun.

Tapi, misalnya valuasinya cuma tinggal Rp3 triliun, ditambah reputasinya di publik sudah rusak, ya tentu itu jadi pertimbangan berat. Jadi, ibaratnya, uangnya masih sisa sepertiga dari total investasi. Karena total investasi yang masuk itu sekitar Rp5 triliun. Sementara valuasinya turun—misalnya tinggal seperlima atau bahkan sepersepuluh—buat investor, ya mending ditarik saja uangnya.

Karena investor itu invest bukan hanya di bisnis yang fundamental-nya bagus, tapi di bisnis yang kalau exit, valuasinya bisa jauh lebih tinggi.

Jadi begitu sih yang saya bayangkan. Dan menurut saya itu keputusan yang logis. Makanya, ketika penutupan eFishery itu terjadi dan banyak komentar di media sosial bilang, “Wah, ini memang tidak ada bisnisnya, makanya ditutup”, itu tidak sepenuhnya benar. Bukan karena tidak ada bisnisnya. Tapi karena valuasinya tidak bisa menjustifikasi kelanjutan bisnis dengan target valuasi tinggi.

Sementara uangnya masih ada, ya sudah, lebih baik ditarik saja. Karena ini bukan soal fundamental game, tapi valuation game buat investor.

Target Anda bisa tercapai berapa lama lagi laporan keuangan eFishery benar-benar bisa sama antara yang Anda laporkan ke investor dengan laporan untuk tim internal?

Targetnya tiga tahun.

Berarti di tahun 2027?

Betul, di tahun 2027. Dari kita juga memang growth-nya dimanajemen, termasuk ekspektasi dari investor dengan pertumbuhan aktual secara internal, dari program-program seperti ekspor ke AS, peningkatan value added ke hilir dengan jual ikan frozen dan private label untuk pakan. Jadi memang pengennya saat IPO nanti semua sudah sesuai.

Tiga tahun itu inline dengan rencana untuk IPO?

Rencana IPO, betul.

Mau fundraise berapa? IPO-nya sudah mulai dipersiapkan apa belum?

Belum. Belum, ya, baru target aja. Target kita IPO kapan. Dan itu disesuaikan dengan kesiapan internal kita.

Kenapa bisa optimistis? Apa eFishery sudah menyewa konsultan untuk menghitung itu? Atau memang tim Anda sudah pakai proyeksi sendiri?

Yang pertama, memang kita sudah menggunakan proyeksi yang coba kita bangun sendiri, ya. Mana yang memang conservative, mana yang agak optimistis tapi masih bisa dieksekusi, dan mana yang stretch target-nya.

Tapi kita juga melihat perbandingan. Misalnya, kalau kita IPO dengan peer companies lain, kayak GOTO dan beberapa yang sudah IPO, waktu mereka masuk pun kondisi keuangannya bukan yang terbaik. Maksudnya, masih bisa kita bandingkan.

Jadi dari situ kita lihat, oh, kalau tech company lain bisa IPO dalam kondisi yang jauh lebih buruk, dan kita masih punya waktu tiga tahun untuk membangun bisnis agar lebih sustainable dan cash flow positive, ya sudah. Itu justru bisa dalam kondisi yang jauh lebih baik dibanding peer tech companies.

Kita juga membandingkan dengan skala perusahaan lain yang sejenis di sektor perikanan atau, misalnya, unggas, kayak CPIN sama JPFA. Skala kita sekarang seperti apa, dan kita bisa capai posisi mana kalau semua target kita tercapai.

Itu sih yang lagi kita kejar.

Tapi akhirnya ada whistleblower, Anda menduga pemicunya apa?

Nggak tahu sih. Saya nggak punya dugaan sama sekali.

Ke investor bagaimana komunikasinya?

Ya, pasti kalau ke investor, ya sudah tidak berjalan. Karena terakhir saya kontak investor, sudah tidak ada respons lagi. Dan ya sudah, itu mungkin dengan alasan yang masuk akal. Maksudnya, dari sudut pandang investor, saya paham kenapa mereka juga tidak membuka komunikasi. Saya WhatsApp atau kirim email, tapi tidak direspons.

Apa isi email yang Anda sampaikan?

Mayoritas saya minta maaf, sih.

Jadi Anda mengakui kesalahan, ya?

Ya, di luar soal mengakui atau tidak, saya minta maaf. Karena apa pun yang terjadi di eFishery pasti akan berdampak ke mereka—secara reputasi, secara apa pun, berdampak ke ekosistemnya. Jadi saya minta maaf kalau apa pun yang dilakukan di eFishery secara pribadi saya punya kesalahan. Dan itu yang akhirnya berdampak secara negatif ke mereka. Jadi lebih ke goodwill, bahwa ya apa pun yang terjadi, pasti ada kesalahan dari saya. Yang kesalahan dari saya, saya minta maaf.

Dampak ke Karyawan

Setelah investigasi dilakukan oleh FTI, bagaimana? Apakah ada upaya dari Anda untuk menjalin komunikasi dengan karyawan, meyakinkan mereka bahwa mereka tidak akan terdampak besar? Atau bahwa dampaknya tidak akan sebesar yang terjadi sekarang?

Waktu itu, sebenarnya pada hari saya disuspensi, saya diminta untuk menandatangani NDA (non-disclosure agreement). Dari pihak investor menyampaikan bahwa NDA ini diperlukan karena mereka ingin menyelesaikan hal ini secara silent. Karena kalau sampai membesar dan ter-blow up, itu akan memberikan dampak yang negatif.

Dan di waktu yang sama, saya juga diminta untuk menyampaikan ke semua leadership bahwa company-nya akan transisi—dari yang awalnya dipimpin oleh founder, lalu menjadi professional management. Yang saya lihat, hal seperti itu memang banyak dilakukan juga di company lain. Founder-nya ssudah step down, lalu diambil alih oleh manajemen profesional. Makanya, perspektif saya waktu itu: “Oh, ya ssudah, ini memang mau diselesaikan.”

Kalau misalkan ada dampak ya mungkin ke personal saya yang harus step down dan lain sebagainya. Tapi company ini tetap lanjut dan ini bisa jalan.

Makanya waktu pertama kali (pemberitaan di) media itu terbit, saya kaget. Karena, kok terbit? Tapi saya sudah binded by NDA. Dan sebisa mungkin saya ingin comply terhadap keseluruhan prosesnya. Jadi kalau diminta untuk tidak berbicara ke publik ya sudah, saya enggak usah bicara ke publik. Walaupun semakin berjalannya waktu narasinya semakin negatif. Tapi yasudah lah saya pikir ada hal lebih besar lagi yang harus saya perjuangkan. Itu supaya company lanjut.

Saya enggak mau dengan saya menyampaikan ini ke publik malah memperkeruh keadaan. Entah itu peluang untuk company dilanjutkan jadi lebih buruk. Nanti akhirnya ada dampak ke employee-nya, ada dampak ke operational-nya gitu. Itu yang akhirnya saya memutuskan adalah saya gak perlu membela diri gitu ya. Begitu.

Saya menjalin komunikasi juga di beberapa kanal. Dan tujuannya lebih memastikan kalau, yang tadi saya tau kan company ini bakal dilanjutin. Kalau kalian ada ke manajemen yang baru, ikutin aja apa kata manajemen yang baru. Dan sebisa mungkin sampaikan peluang bisnis kita tuh kayak gimana. Kalau yang kita bangun memang ada gitu. Impact-nya besar, bisnisnya bisa diteneral, dan lain sebagainya lah dan itu saya titip lah ke tim supaya bisa memperjuangkan industri-nya. Begitu sih itu yang dilakukan.

Makanya apa yang akhirnya terjadi itu sama sekali di luar bayangan saya. Dan di luar dari apa yang disampaikan oleh investor. Ternyata operational-nya secepat itu ditutup gitu ya. Dan employee ya langsung di-lay off semasif itu dan secepat itu. Itu yang itu diluar dugaan.

Berarti dalam kurun waktu dari Agustus sampai Desember itu, Anda sudah menyampaikan soal kemungkinan transisi dan bisnis akan lanjut ke teman-teman eFishery?

Oh enggak, saya baru menyampaikan itu di Desember. Jadi kan waktu pertama kali ada isu internal, termasuk belum ada dokumen sampai saya di-suspend itu jaraknya satu minggu. Jadi ya saya ingat itu tanggal 13 Desember. Tanggal 13 Desember saya diminta buat mundur, suspend begitu ya. Terus menyampaikan ke leadership tadi.

Dari Desember sampai Januari itu yang saya sampaikan, sudah kalian ikuti saja manajemen baru kayak gimana, yang penting company bisa lanjut, kalian bisa berlanjut. Makanya saya berusaha sekooperatif dan se-comply mungkin dengan keseluruhan prosesnya.

Suasananya bagaimana saat Anda mengumpulkan semua karyawan? Atau dalam zoom meeting saja?

Kalau yang sama leadership itu semuanya. Tepat di waktu saya di-suspend. Karena waktu di-suspend di kantor investor saya. Terus semua leader dipanggil juga kesana. Jadi saat saya di suspend, saya langsung menyampaikan ke semua leader, sesuai sama arahan dari investor sebelum menuju baru, kalau kita ada transisi gitu.

Makanya karena saya diminta untuk menyampaikan itu, saya juga punya gambaran kalau memang company-nya diputuskan untuk mau dilanjutkan melalui manajemen baru dengan pola yang baru. Cuma saya harus take down. Dari situ saya sudah mempersiapkan diri sekaligus mempersiapkan tim.

Berarti memang dari investor bahasanya akan ada transformasi?

Betul. Saya saat itu mengasumsikannya, ‘oh yasudah ini ada masalah memang’, masalahnya ini akan tetap di investigasi, dan saya mau comply sama proses investigasinya. Tapi mereka mau menyelesaikan secara internal, silent. Dan company-nya mau dilanjutkan dengan transisi di manajemen yang baru. Itu yang akhirnya saya, ya sudah comply.

Makanya enggak ngomong ke publik juga karena selalu ada asumsi itu. Ya sudah lah biarin lah. Ibaratnya, saya mikir, sudah yang dihajar di publik sayanya, biar saja gitu. Ditelan saja, yang penting company-nya lanjut, yang penting anak-anak masih tetap aman.

Sempat kepikiran kalau misalnya teman-teman akan mundur ketika Anda di-suspend? Atau bahkan mundur bersama-sama?

Ya, sebenarnya sempat ada wacana: “Ya sudah lah, kalau begini kita cabut saja semuanya.” Tapi justru saya yang tahan. “Ini ngapain? Enggak usah.” Maksudnya, yang penting kan bukan soal apakah Gibran masih di dalam company-nya atau tidak. Yang penting adalah misi company-nya masih tetap berlanjut. Dan itu penting supaya manajemen yang baru juga punya resources yang cukup untuk melanjutkan company-nya.

Jadi justru saya yang membujuk mereka, “Sudah, enggak apa-apa, ikuti saja arahannya. Jangan ngapa-ngapain, jangan gegabah, jangan aneh-aneh. Sudah, enggak usah.” Karena buat saya ya sudah lah, apa pun dampaknya ke saya secara personal, saya sudah siap. Termasuk kalau harus step down dari perusahaan, atau misalnya saham saya harus ditarik, ya sudah. Saya sudah enggak memikirkan itu. Yang penting, apa yang mau kita bangun ini tetap berlanjut.

Setelah akhirnya hasil audit itu bocor, kemudian banyak karyawan eFishery terdampak karena dianggap bagian dari fraud ini, pernah enggak Anda bicara ke mereka secara langsung?

Iya benar, pernah ngomong secara langsung walaupun banyaknya di forum-forum kecil yang saya sampaikan. Karena memang jalur komunikasi saya di internal kan sudah ditutup sejak saya di-suspend. Jadi di email dan lain sebagainya sudah ditutup, saya sudah enggak bisa ke kantor lagi gitu ya. Kalau ke kantor di-stop gitu.

Jadi memang sudah enggak bisa komunikasi kecuali ke tim-tim yang memang masih ada. Dan ke tim juga saya bisa bilang permohonan maaf saya, ya kalau misalkan ini memberikan dampak ke kalian. Dan itu yang saya sampai sekarang, sampai detik ini banyak sedihnya begitu ya. Karena semakin ke sini, semakin banyak isu-isu negatif yang menurut saya tidak adil ke employee.

Karena mayoritas employee ya enggak tau apa-apa. Saya bisa bilang ya hampir 100 persen employee enggak tau apa-apa. Mereka benar-benar punya komitmen dan punya integritas tinggi. Mereka punya etos kerja yang kuat. Mereka bangun bisnis eFishery yang memang real ada dampaknya gitu.

Tapi mereka terkena dampak negatif dari isu negatif publik yang muncul terhadap eFishery. Yang akhirnya ya ke mereka banyak holdback gitu. Beberapa ya dari proses interviewnya sudah secara itu sudah oke gitu. Tapi pas tau dari eFishery di-ghosting, enggak dilanjutin.

Malah ya ada beberapa employee juga yang cerita ke saya dia bilang ya dari manajemennya dia bilang kita bisa sih nge-hire, tapi kita gak bisa level head lah, level manager. Karena kalau tau kita nge-hire orang dari eFishery, nanti bisa create isu ke shareholders kita gitu.

Ada juga ya dari perusahaannya ya drop aja lah nama eFishery dari CV-nya. Yang begitu-gitu jadi kayak sayang banget sih. Dan saya ya kasihan ya ke mereka karena sepanjang mereka di eFishery mereka bekerja keras gitu. Mereka ya tadi yang saya bilang berintegritas, jujur beneran bekerja sepenuh hati untuk nbangun misi yang ada di eFishery gitu. Tapi ya dampak personal ke karir mereka jadinya ya di luar dari apa yang memang seharusnya sih.

Audit FTI Consulting

Menurut Anda mengapa auditnya tiba-tiba bocor ke publik? Itu kan sebetulnya sangat rahasia, dan Anda juga percaya dengan manajemen, sudah tanda tangan NDA...

Wah saya sih enggak tahu ya, maksudnya, kenapa dan alasannya apa. Cuma saya pribadi juga shock karena di keseluruhan proses investigasinya saya berusaha comply. Dan sebenarnya dari proses investigasinya ada beberapa hal yang ibaratnya saya pasang badan lah. Untuk bisa memastikan kalau company-nya bisa tetap lanjut. Tapi ternyata ya di-publish.

Dan motivasi di balik itu untuk di-publish, siapa yang mau publish, saya enggak tau sama sekali, sih. Tapi ya sebagaimana dokumennya, kan itu harusnya sangat confidential. Dan itu masih interim begitu ya, belum jadi. Hanya berdasarkan interview. Jadi belum banyak ya fakta yang memang divalidasi. Dan prosesnya juga investigasinya kan hanya singkat.

Saya pribadi hanya di-interview satu kali dalam proses investigasi itu. Dan tim yang lain ya ada yang di interview begitu. Tapi hanya basic interview. Tidak ada visit lapangan, tidak ada pengecekan ke customers. Jadi ya bisa dibilang ini, lah, yang belum lengkap, tapi dimunculkan yang akhirnya banyak persepsi negatif.

Maksudnya hal-hal yang memang saya secara pribadi lakukan, padahal sebenarnya enggak juga. Karena saya mau jagain company-nya supaya company-nya bisa terus lanjut lah. Jadi untuk put it simplya ya gitu.

Apa yang Anda maksud enggak dilakukan secara pribadi tapi Anda akui?

Ya sebenarnya enggak bisa state, sayanya. Cuma kalau lihat di investigasi FTI, ada hal-hal yang semuanya ini dilakukan sendiri, semuanya dilakukan atas perintah Gibran. Hal-hal itu yang, ya sudah lah, saya ambil saja begitu.

Muncul juga di audit, ada peran VP of Corporate Finance & Investor Relation eFishery Angga Hardian. Apakah pasang badan itu juga termasuk Anda menyampaikan kalau yang dia lakukan itu perintah Anda?

Betul, betul. Itu salah satunya sih.

Tapi sebetulnya apa sih yang mengejutkan Anda soal Angga?

Sebenarnya paling mengejutkan itu saya baru tahu setelah proses investigasi berjalan dan dia confirm kalau ada aliran dana yang masuk ke pribadi. Itu saya enggak tahu sama sekali dan itu yang paling shock sih. Karena yang tadi saya bilang, apa pun yang saya lakukan di eFishery ini, saya lakukan supaya saya bisa bangun company yang impactful. Jadi enggak ada sama sekali sepeser pun uang yang bukan hak saya masuk ke rekening saya sendiri. Itu saya beneran merelakan lainnya di sana sih. Tapi pas dia bilang ini ada aliran dana personal itu saya, waduh, kok gitu? Padahal saya sudah mempercayakan banyak.

Itu Anda tahunya justru dari hasil investigasi?

Betul, saya tahunya dari hasil investigasi.

Tapi Anda personal kenal enggak, sih, sama orang ini sebelum merekrut?

Oh, enggak. Jadi saya baru kenal secara profesional pas di-hire, pas interview. Jadi sebelumnya memang enggak punya koneksi sama sekali ya. Jadi memang hire-nya pun profesional, berdasarkan CV untuk role tersebut.

Setelah tahu itu, apakah Anda langsung mengontak Angga?

Iya, mengontak langsung pasti. Dan saya konfrontasi, kenapa ini dilakukan dan lain sebagainya. Tapi ya di titik itu memang fokusnya untuk bisa memastikan kalau jangan sampai isunya ini jadi malah diarahkan seolah-olah jadi saya yang ke sana. Iya karena memang enggak sama sekali. Jadi itu yang saya tekankan sih, yang lebih fokusnya ke situ.

Anda ketemu langsung atau?

Ketemu langsung di Bandung.

Kenapa akhirnya waktu itu Anda menyetujui saran dia untuk bikin nominee companies untuk genjot GMV saat Anda mulai kesulitan mencari mitra untuk bertransaksi di platform eFishery?

Ya, sebenarnya kalau yang itu, karena yang pertama, prosesnya jauh lebih efisien dan risiko lebih manageable dibanding kalau misalkan ada perusahaan yang ada di luar. Kita muterin uangnya ke sana, atau ada transaksi, bisa jadi kalau mereka bermasalah ya uangnya hilang dan sebagainya. Risikonya besar.

Terus ya, karena... ini karena percaya kali ya basisnya. Ya, karena percaya. Jalanin, dipercaya.

Dan saya melihat, saya kan lulusan Biologi. Dari dulu bisnisnya paling kolam ikan. Jadi saya sebenarnya enggak terlalu paham soal keuangan dan sebagainya. Dan waktu kita hiring orang, kita percaya kalau orang yang kita hiring ini punya misi yang sama dan punya expertise yang lebih bagus dari kita.

Dan Angga nih kan, dia ex Big 4, pernah kerja di KPMG, dan memang urusan finance udah paham. Jadi saat dia ngajuin itu, saya ngelihatnya, "Oke, ini lebih efisien, risikonya lebih manageable." Dan ya saya percaya kalau dia punya kompetensi buat melakukan itu, ya udah saya kasih.

Tapi selama itu pula Anda enggak mengontrol?

Betul. Karena memang sepenuhnya token dan sebagainya di belakangnya.

Tapi dari temuan FTI Rp26 miliar dari rekening nominee companies itu ada juga yang, selain kepentingan pribadi, dipakai sebagai bonus timnya?

Itu sepihak, bukan saya, sih. Jadi sebenarnya di aliran dana itu, yang dianggap sebagai bonus—maksudnya diakuinnya gitu, ini bonus yang emang dari company—padahal saya gak tahu sama sekali, gak ada approval dari company. Jadi kalau di laporan ada fundraising bonus, itu sebenarnya bukan bonus. Karena dari kita gak pernah ngasih.

Respons Anda terkait pernyataan Patrick Walujo (Managing Partner Northstar Group) di PE-VC Summit 2025?

Enggak ada sih. Ya kalau yang disampaikan di publik itu di luar dari kuasa saya. Saya sangat menyayangkan karena dampaknya jadi ke mana-mana. Tapi itu pasti ada alasannya sendiri kenapa itu disampaikan. Yang saya rasakan lebih ke, aduh, ini kasihan tim sih. Karena seolah-olah semua orang terlibat. Secara sistematis. Tapi yang beneran tahu berapa orang? Yang beneran tahu soal pola keuangan itu? Sangat sedikit lah, mungkin hanya enam orang.

Bantuan dari Lingkar Pendiri Startup

Setelah berhadapan dengan investor, audit FTI Consulting bocor ke publik, apakah Anda menawarkan pekerjaan untuk eks karyawan eFishery?

Kalau saya pribadi sih enggak. Karena memang yang saya bantu itu lebih ke saya yang merekomendasikan ke rekan-rekan saya, ke teman-teman saya yang punya perusahaan. Ada yang punya perusahaan software house, ya sudah saya kasih rekomendasi. Ini Engineer-engineer yang bagus. Perusahaan-perusahaan yang lain juga ada yang mencari manajemen, ya saya kasih rekomendasi.

Tapi karena kalau saya pribadi kan sudah enggak melakukan apa-apa sekarang, ya akhirnya enggak bisa absorb employment dari tim.

Berapa terakhir karyawan eFishery?

Terakhir itu 1.800. Makanya saya enggak bisa serap semuanya. Tapi yang saya bisa bantu untuk rekomendasi, transisi gitu-gitu, ke kawan-kawan aja sih dari network-network yang saya punya.

Bagaimana posisi Anda di antara pendiri startup ini sekarang?

Mixed ya. Jadi mungkin ada beberapa founders yang, ya, tadi dengan misinterpretasi yang statement saya belum jelaskan, kesannya kan saya menjatuhkan semua founders nih, jadi mereka banyak yang kesel juga sama saya, lo, kok jadi bawa-bawa semua founders kalau ngelakuin itu nih? Padahal maksud saya bukan itu.

Tapi ada beberapa yang turut kasihan gitu ya, maksudnya saya ketemu sama founder, bukannya kesel, tapi dia mulai upload saya, yang gue tau lo lagi dizalimi. Dia kayak ikut, sabar ya, sabar ya, buat sabar-sabarin, yang kuat ya. Dan ya ada beberapa founders yang memang lebih dekat, ya dia support dan membantu lebih dekat sih. Maksudnya jadi emotional support yang lebih dekat, buat ngobrol dan sebagainya gitu. Tapi ya secara umum ya, mixed lah, ada yang memang pandangannya negatif, kalau kontak sudah enggak balas gitu ya, nomor saya di-block gitu, ada yang memang yaudah yuk ketemu apa yang bisa dibantu gitu, ada yang memang dia berupaya bersimpati lah sama apa yang saya lakukan.

Berapa banyak founder yang Anda kontak untuk merekomendasikan eks karyawan eFishery?

Banyak ya, ada mungkin 20-an kali ya, 20-an perusahaan yang saya kontak gitu.

Itu untuk merekomendasikan posisi manager-head?

Antara product sama engineering, ada yang field, sales lapangan begitu, sama yang manager-head.

Dari sirkel pendiri startup, siapa masih yang paling dekat? Siapa yang Andaajak ngobrol soal karyawan eFishery lalu Anda memberi rekomendasi?

Kalau siapa, sebenarnya, banyak kan beda-beda ya, ada beberapa software house company yang di Bandung misalnya, carinya di Bandung, jadi bukan karena kedekatan personalnya. Caranya, saya kenal, baik, dan dia bisa absorb. Banyak gitu, karena karyawannya ada ratusan gitu, dari software house yang saya coba merekomendasikan.

Setelah semua ini, apakah Anda mau coba merintis lagi bisnis baru? Apakah ada dari sirkel founder ada yang menawarkan untuk gabung ke bisnsinya atau bikin usaha baru ke depannya?

Buat saya? Ya, yang pasti kan secara pribadi, karena saya kan pemasukan rutinnya emang udah enggak ada lagi sejak disuspend, kan ya. Jadi yang sekarang fokusnya, yang penting punya pemasukan lah. Jadi ya apapun yang bisa dijalanin untuk saat ini, ya jalanin dulu aja. Tapi lebih buat hidup sehari-hari aja, gitu.

Apa kesibukan Anda sekarang?

Ya kesibukannya masih kecil-kecilan lah. Kita jual bisnis frozen yang tadi, terus adik saya memang punya tambak udang. Jadi ya, dia punya tambak udang, ya udah saya info-info yang bisa dibantu, gitu. Jadi lebih yang kecil-kecilan tadi itu aja sih. Jadi belum mikirin ke depannya gimana ya. Lebih fokus untuk ya udah ngejalanin dulu prosesnya, terus ya step back dikit buat mikir apa yang saya pelajari di beberapa waktu terakhir. Dan ya itu yang jadi bekal saya buat apapun yang nanti mau dibangun.

Misalnya Anda dapat pekerjaan lagi untuk memegang perusahaan, atau merintis usaha baru, kira-kira apa yang mau Anda ubah dari yang sebelumnya?

Yang pasti, saya pernah ngebangun perusahaan di skala yang besar. Tapi ya sebesar apa pun skalanya, ya tadi yang saya bilang, hilang dalam singkat. Jadi apapun yang nanti mau saya lakukan, saya memastikan kalau sustainability, keberlanjutan dari dampaknya, ini bisa sepanjang mungkin dibanding bisa lebih besar secara singkat. Karena yang besar dalam waktu singkat bisa hilang lebih singkat daripada itu. Saya penginnya ya belajar dari ini semua. Apapun yang nanti saya mau lakuin...

Baca juga artikel terkait WAWANCARA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - News
Reporter: Qonita Azzahra & Hendra Friana
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Hendra Friana