tirto.id - Ketua Majelis Pertimbangan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Suswono, buka-bukaan mengungkapkan alasan partainya menyodorkan namanya untuk dipasangkan dengan Ridwan Kamil (RK) dalam Pilkada Jakarta 2024. Salah satunya, karena memang tidak ada lagi nama-nama lain yang berpotensi dan disetujui oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) saat itu.
Suswono menjelaskan sedari awal RK memang meminta agar wakilnya berasal dari PKS. Alasannya, karena memang PKS menduduki posisi pertama perolehan suara Pileg DPRD DKI Jakarta pada Pemilu 2024, sebanyak 1.012.028 suara atau 16,68 persen.
Saat itu, RK sempat meminta agar Presiden PKS, Ahmad Syaikhu, mendampinginya. Namun, kata Suswono, di internal kader PKS belum mengizinkan. Mengingat saat itu Syaikhu sendiri tengah banyak mengurusi urusan Pilkada 2024.
“Ada beberapa nama sebetulnya yang sudah disampaikan. Kadang-kadang dari sananya KIM-nya keberatan dengan nama ini dan sebagainya. Akhirnya pas terakhir itu nama saya yang dimunculkan rupanya, diterima oleh Pak Prabowo dan juga oleh partai-partai KIM yang dalam koalisi KIM itu mereka menyetujui. Jadilah akhirnya Suswono,” jelas Suswono dalam siniar atau podcastFor Your Politics, di Kantor Redaksi Tirto, Jakarta.
Dinamika pencalonan ini pun tidak berjalan mulus. Bergabungnya PKS dengan KIM Plus sempat menuai sejumlah kontroversi hingga kekecewaan dari para simpatisan PKS. Namun, calon wakil gubernur Jakarta nomor urut satu itu, menyebut bahwa perbedaan pendapat adalah sebuah dinamika politik yang wajar dalam kontestasi pilkada.
“Yang kemarin agak sedikit dalam ‘hiruk pikuk’ ini kan pakar. Nah pakar ini kan tidak selalu anggota. Dia kan bisa orang perorang. Nah jadi kalau dari sisi itu kan haknya, hak pribadi,” jelas dia.
Lebih lanjut, Suswono mengatakan bahwa saat ini dirinya bersama RK akan fokus pada gelaran Pilkada Jakarta 2024. Beberapa program dan permasalahan yang terjadi di Jakarta pun janji akan diselesaikan. Mulai dari persoalan banjir, penataan rumah kumuh, hingga mencari akar masalah terhadap kampung narkoba. Bagaimana obrolan selengkapnya, simak berikut petikan wawancara Suswono dengan Tirto:
Kenapa akhirnya mau merapat ke KIM dan jadi Kim Plus Pak Suswono sebenarnya?
Ya itu makanya kalau menang jangan nanggung-nanggung. Kan PKS jadi pemenang di Jakarta tapi memang cuma dapat 18 kursi. Waktu itu kan belum ada keputusan MK, makanya syarat untuk bisa menyalonkan gubernur itu sendiri itu harus 22 kursi. Jadi sebetulnya kurang 4 kursi aja itu.
Tapi ya tetap karena belum ada keputusan MK waktu itu, sehingga kami tetap akan mengusung Pak Anies [Baswedan]. Cuma kami berharap Pak Anies bisa nambahin 4 kursi supaya dapat minimal 22 kan. Dan waktu itu ya Alhamdulillah Nasdem juga mendukung Pak Anies waktu itu sudah deklarasi bahkan sudah menyatakan wakilnya tidak dari Nasdem. Nah disitulah kemudian PKS menyambut dengan menampilkan Pak Sohibul Iman wakilnya, makanya jadilah AMAN tadinya kan.
Cuma memang Nasdem itu pada akhirnya enggak jadi mengusung Pak Anies. Karena dia ingin bergabung di KIM. Waktu itu sebetulnya masih berharap Nasdem bisa mengubah keputusan. Tapi memang sampai pada deadline yang sudah kita sepakati ternyata juga belum ya.
Nah sehingga waktu itu sebenarnya ada pilihan sih. Waktu itu ada pilihan Pak Anies bisa pakai baju PKS, jadi kader, nanti mudah-mudahan kita bisa berkoalisi dengan PDIP. Jadi nanti kan seru tuh kalau Pak Anies sama wakilnya Pak Ahok. Cuma kan juga Pak Aniesnya waktu itu juga kelihatannya belum bersedia untuk jadi kader PKS. Ya sudah akhirnya kita PKS masa 18 kursi istilahnya jomblo. Nah di saat seperti itu kebetulan ada tawaran dari Pak Ridwan Kamil.
Itu tawarannya langsung dari Ridwan Kamil?
Jadi waktu itu Pak Ridwan Kamil sebetulnya kalau untuk pribadi nyaman di Jawa Barat karena elektabilitas tinggi keberhasilannya juga banyak. Istilahnya untuk kepilihan lagi mudah lah.
Nah cuma waktu itu Pak Prabowo minta Pak Anies tolong bantu saya supaya gagasan-gagasan besar saya bisa sejalan dengan nanti gubernur yang memimpin Jakarta. Di antaranya adalah untuk memenangi rumah yang kumuh. Karena beliau kan arsitek ya, jadi wajar juga Pak Prabowo. Di samping ada proyek besarnya itu Giant Sea Wall. Nah itu juga yang harapannya nanti pak Ridwan Kamil bisa ikut terlibat lah.
Bagusnya Pak Ridwan Kamil, dia waktu itu minta syarat. Boleh saya ke Jakarta, tapi syaratnya wakilnya dari PKS. Kenapa Pak Ridwan Kamil minta wakilnya PKS? Ya fatsun politiknya karena dia pemenang. PKS kan pemenang di Jakarta. Sehingga minta dari PKS lah wakilnya. Bahkan waktu itu [RK] nyebut nama sebetulnya, yang diminta itu Pak Ahmad Syaikhu, Presiden PKS, bukan saya. Cuma kan Pak Syaikhu waktu itu sedang mengurus urusan pilkada yang cukup banyak. Jadi partai keberatan untuk Pak Syaikhu.
Ada beberapa nama sebetulnya yang sudah disampaikan. Kadang-kadang dari sananya KIM-nya keberatan dengan nama ini dan sebagainya. Akhirnya pas terakhir itu nama saya yang dimunculkan rupanya diterima oleh Pak Prabowo dan juga oleh partai-partai KIM yang dalam koalisi KIM itu mereka menyetujui. Jadilah akhirnya Suswono.
Berarti untuk menjalankan pemerintahannya Pak Prabowo-Gibran juga ya?
Iya. Otomatis kan karena istilahnya presiden terpilih dan wakil presiden terpilih kan beliau. Otomatis kita pada akhirnya melalui Jakarta ini lah kemudian kita bisa masuk dalam KIM Plus itu.
Tapi sebelum bergabung ke KIM, kemudian menjadi KIM Plus, sudah ada keinginan enggak sih dari PKS untuk gabung Pak Suswono?
Sebetulnya sampai di Majelis Syuro ke-10 waktu itu masih tetap di luar. Karena harapannya tadi PKS masih bisa ngusung Pak Anies. Cuma kan persoalannya melalui Jakarta ini akhirnya kita mulai bergabung. Menjadi menarik kan ketika ada putusan MK itu tanggal 20. Padahal kan sebetulnya MK memutuskan tanggal 1 Agustus, tapi baru dibacakan tanggal 20 sehari persis setelah deklarasi. Otomatis PKS enggak mungkin lagi mencabut karena sudah ada komitmen, sudah ada menandatangani, itu enggak etis.
Tapi tetap akhirnya dengan melalui jalur pintu Jakarta inilah PKS akhirnya bergabung dengan KIM. Jadi bergabung di KIM-nya akhirnya disetujui di Musyawarah Majelis Syuro ke-11. Jadi musyawarah berikutnya menyetujui untuk kami bergabung.
Tapi sebelumnya Kang Emil sempat bilang deklarasi itu untuk menjadi pasangan berdua ini, Kang Emil dan Pak Suswono itu adalah sesuatu yang sulit. Akhirnya bisa berdua mencalonkan diri sebagai cagub dan cawagub. Itu sebenarnya kesulitan apa sih Pak yang dihadapi awal-awal itu?
Saya tidak melihatnya. Mungkin masalahnya barangkali Pak Emil waktu itu belum kenal saya juga. Barangkali mungkin, saya tidak bisa menduga-duga. Tetapi intinya yang jelas Pak Emil tetap ingin wakilnya PKS. Itu sudah pasti. Tinggal orangnya kan terserah PKS, kan siapa aja.
Setelah kemudian ada kesempatan saya bertemu beliau, dia punya gagasan-gagasan besar yang luar biasa. Paling tidak saya baca itu ada 70-an lebih gagasan-gagasan besar untuk bagaimana membangun Jakarta itu. Dan, kemudian akhirnya beliau tahu tentang latar belakang saya yang pernah di DPR, pernah di menteri setidaknya untuk membangun kolaborasi dengan berbagai pihak ya tampaknya cukup jadi cocok.
Pak Emil juga adalah orang yang relatif lebih muda dari saya. Dan saya lebih senior. Tentu ini pasangan yang pas lah begitu. Jadi ibaratnya Pak Emil nanti gasnya, saya ngeremnya lah. Kalau gas saja enggak ada rem kan bahaya.
Tapi waktu itu sempat di PKS juga banyak yang keluar, terus banyak yang tidak setuju juga. Itu dinamika di dalamnya Pak Suswono menanggapinya seperti apa sih?
Kalau yang kader sih rasanya enggak ada, yang kader asli ya, yang memang terbina. Yang kemarin agak sedikit dalam ‘hiruk pikuk’ ini kan pakar. Nah pakar ini kan tidak selalu anggota. Dia kan bisa orang per orang. Nah jadi kalau dari sisi itu kan haknya, hak pribadi. Ternyata menurut pandangan dia, nggak sejalan dengan prinsip dia, ya silahkan tidak apa-apa. Enggak ada masalah, itu namanya dinamika.
Tapi selama ini kan suara PKS juga tertujunya kepada Anies gitu kan. Nah kalau dari PKS gimana sih agar simpatisan PKS ini enggak lari gitu?
Kami dari awal dan sampai pada istilahnya waktu tertentu yang sudah enggak mungkin ada toleransi kan masih tetap berharap Pak Anies bisa kita dukung. Bahkan kami sudah bikin baliho besar kan AMAN, ternyata walaupun AMAN, enggak aman juga.
Ya mungkin ada orang yang mispersepsi bahwa masa PKS berkhianat, ya enggak mungkin lah. Kita udah cukup lama kolaborasi ya dengan Pak Anies, dengan beliau 5 tahun jadi gubernur juga kita PKS istilahnya mem-back up penuh ya. Jadi sangat tidak pada tempatnya lah pernyataan-pernyataan seperti itu ya. Tapi yang jelas bahwa ini karena situasi kondisi yang memang tidak mungkin lagi Pak Anies itu maju.
Nah sekarang PKS enggak ada lagi teman yang bisa satu-satunya tadi dari PDIP kan waktu. Tapi karena beliau tidak bersedia untuk pakai baju PKS ya sudah kan berarti kita akhirnya dengan KIM. Sebenarnya kan itu saja.
Alhamdulillah setelah saya jelaskan di dalam berbagai kesempatannya mereka-mereka yang masih salah paham, ternyata sekarang menjadi pendukung berat. Mungkin mereka sekarang bergerak untuk pasangan RIDO. Karena kan pada dasarnya yang diinginkan apa sih? Yang diinginkan kan program-program Pak Anies yang bagus-bagus berjalan lagi kan dilanjutkan lagi. Bahkan tidak hanya Pak Anies, Pak Ahok yang bagus pun kita akan lanjutkan. Pak Heru yang sekarang pun juga kita akan teruskan sama gubernur-gubernur sebelumnya.
Bahkan yang belum ada nanti kita adakan. Yang sudah bagus kita tingkatkan bahkan yang belum ada ya kita adakan. Intinya kita akan fokus pada bagaimana mencari solusi yang konkret untuk warga Jakarta ini. Yang problem-problem yang klasik lah ya apakah banjir, macet, dsb. Itu yang kita akan fokus ke sana.
Tapi kalau mendengar penyataanya Pak Suswono tadi soal gimana banyak yang mendukung RIDHO gitu ya sekarang, berarti yakin peluang ke depannya akan sangat mulus? Peluang menangnya besar?
Dari data dua survei yang ada kan artinya kita belum kampanye lho ibaratnya baru start awal alhamdulillah sudah dapat ada yang mengatakan 51 persen, ada yang mengatakan 48 persen. Alhamdulillah itu artinya start awal. Artinya, tinggal nanti kan mesin partai kita hidupkan kembali. Para anggota dewan yang sudah jadi maupun yang juga kemarin berjuang bisa menghidupkan para relawan-relawannya lagi. Saya kira sih optimistis dalam satu putaran.
Setelah bergabung jadi KIM, jadi Kim Plus gitu kan didukung oleh 15 parpol. Kalau Pak Suswono melihat ke depan dan dinamikanya gimana sih Pilkada?
Ya tentu ini menarik ya. Karena ada pasangan tidak hanya satu kan. Artinya berarti kan nanti ini adu-adu gagasan. Jadi ini area kontestasi yang harapannya tentu masyarakat itu bisa melihat secara objektif. Gagasan-gagasan yang ditawarkan oleh paslon ini mana yang lebih menarik. Kan intinya begitu.
Nah RIDO, Ridwan Kamil-Suswono sudah menyampaikan dalam visi-misi yang sudah diserahkan ke KPUD itu sangat jelas gamblang. Nah apa saja yang akan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan Jakarta. Ya diantara persoalan membenahi perkampungan kumuh, karena memang luar biasa ya.
Saya sudah beberapa titik yang saya kunjungi baik yang di sekitar Ciliwung maupun juga yang di Pejagalan Jakarta Utara maupun yang di Tambora. Itu mengenaskan memang. Dan ini harus dicarikan solusi. Dan itulah yang diamanatkan oleh Pak Prabowo untuk membenahi itu diantaranya.
Persoalan utama Jakarta kan memang banjir. Nah dari Pak Suswono dan juga Kang Emil ini gimana sih melihatnya dan apa yang ingin dibenahi?
Ya namanya banjir itu kan pasti ada aliran air dari atas ke bawah. Ini hukum gravitasi. Nah maka ya tentu sumber air pasti dari atas. Dari atas maka nanti dengan sekaligusnya aglomerasi itu kan, satu kesatuan kita akan membangun nanti memperbanyak waduk-waduk di selatan. Paling tidak untuk menahan supaya air yang gelontor langsung semuanya ke Jakarta, ke laut.
Waktu Pak Emil jadi gubernur [Jawa Barat], beliau sudah bangun dua artinya menyediakan lahannya yang bangun kan dari Jakarta, Pak Jokowi waktu itu ya. Nah itu sudah paling tidak sudah menahan sekian persen air itu tidak langsung menggelontor ke Jakarta. Nah kalau ditambah lagi kan memperlambat lagi.
Di tengah nanti dalam perjalanan, di Jakartanya, itu kita bisa buat yang namanya apakah biopori atau sumur resapan. Itu artinya paling tidak supaya air-air yang mengalir pun juga kemudian masuk ke tanah. Kemudian di ujung nanti kita bangun Giant Sea Wall. Nah supaya apa? fungsinya nanti dua itu. Tadi menahan sisa air yang ada, yang kedua menahan rob.
Jadi banjir itu ada yang dari atas maupun juga ada yang dari laut. Nah itu nanti dua-duanya kita atasi. Ya tentu kalau Giant Sea Wall memang programnya pemerintah pusat ya. Karena dananya cukup besar tentu kami yang diuntungkan tentu saja.
Tapi kemudian dengan permukiman yang sudah berada di bawah air laut yang semakin tinggi itu kan ada banyak permukiman yang seperti itu. Itu bagaimana Pak Suswono?
Saya setelah dialog ya dengan mereka, kira-kira kalau dipindahkan ke rumah vertikal ya ke atas itu bersedia enggak? Rata-rata bersedia, enggak ada masalah. Yang penting ada kepastian dia dapat rumah gitu ya. Yang masalahnya kan seringnya digusur dulu, belum ada pilihan. Karena memang dia mungkin menghuni tidak ada legalitas ya, tapi kan dia manusia yang juga harus dimanusiakan tetap ya.
Nah oleh karena itu, kita tentu ketika akan membangun itu cari alternatif dulu untuk penghuni nya dia pasti enggak. Nah kalau dia sudah, nanti baru area-area yang kumuh itu.
Jadi ada dua pilihan, bisa memindahkan atau bisa menata. Jadi rumah-rumah kumuh itu bisa ditata kembali misalnya dengan tingkat, tapi murah. Nah itu Pak Ridwan Kamil sudah punya konsepnya. Jadi nanti kayak knockdown saja. Jadi bangun dengan hanya seminimum mungkin harganya ya, seminimal mungkin. Kalau perkampungan itu nanti tertata dengan baik kan jadi indah juga.
Terus juga kita tentu akan memperbanyak ke ruang terbuka hijaunya. Sekarang kan coba [Tebet] Ecopark ini dikunjungi kalau weekend, coba disitu tempat penuh. Dari mulai bayi sampai kakek-kakek ada disitu. Dan aura kebahagiaannya nampak disitu. Kita senang melihatnya, karena gratis. Jadi membuat orang bahagia sebenarnya sederhana. Pemerintah punya duit kan mestinya bisa.
Dan kita juga akan menghijaukan, karena memang Jakarta ini termasuk kota terpolusi. Nomor tiga kalau tidak salah. Itu tentu kita harus memperbanyak pohon. Maka salah satu yang juga akan kita dorong adalah bagaimana kita akan menanam pohon, 3 juta pohon insyaallah dalam 3 tahun.
Ini ada satu kota di Kolombia, namanya kota Medellin. Itu ternyata dengan menanam pohon yang cukup banyak itu bisa menurunkan suhu sekitar 2-3 derajat. Ini kan menarik kalau bisa kita wujudkan. Termasuk nanti bangunan-bangunan ya, kalau bisa di atas itu hotel, perkantoran apa itu sebenarnya bisa membuat kayak hutan di atas. Tanaman-tanaman yang menyerap polusi. Ini kita perbanyak lah.
Kemudian pembangunan Jakarta pasca IKN, gimana Pak?
Ya itu makanya kita semboyankan Jakarta baru itu karena memang sudah tidak lagi ibu kota. Tapi kan persoalannya akan memindahkan sampai sepenuhnya ke IKN kan perlu waktu. Dalam waktu cuma 5 tahun ini rasanya pusat Jakarta itu masih jadi pusat bagaimanapun juga pemerintahan pun kayaknya masih banyak di Jakarta. Mungkin Pak Prabowo juga kelihatannya mengantor masih banyak di Jakarta.
Nah artinya penataan tadi untuk menuju kota global. Jakarta baru ini nanti kita akan menuju kepada kota global yang tentu apa? Kota global ini kan pasti fokusnya nanti tidak lagi di industri kan, pasti ke destinasi wisata kan. Nah bagaimana kita bikin supaya orang tertarik mau datang ke Jakarta seperti orang pada mau ke Singapura. Nah ini nanti kita akan rancang sebagai kota global yang tentu menjadi menarik bagi mancanegara untuk datang ke Jakarta.
Tapi walaupun kota global, juga kita tetap tidak melupakan budaya lokal asli yang Jakarta punya, tentu Betawi kan. Maka kita pun juga punya semboyan akan bagaimana melestarikan budaya Betawi, yaitu Gerbang Betawi atau gerakan membangun budaya betawi. Itu tetap kita akan lakukan.
Waktu itu sempat Kang Emil ini punya gagasan ingin memajukan transportasi laut? Nah itu sebenarnya enggak hanya laut ya, tapi transportasi sungai?
Kalau sungai saya kira di beberapa kota besar di luar negeri kan banyak sudah dilakukan terutama di Eropa kita bisa menyaksikan. Nah dulu sebenarnya pernah digagas oleh Pak Sutiyoso pernah menggagas itu. Nah nanti kenapa waktu itu enggak sampai itu jadi ya? Kan masih ada masalah. Nah nanti kita kaji, kita evaluasi. Dengan kemajuan teknologi saya kira sangat mungkin lah Itu bisa. Dan itu menarik jadi bisa jadi area wisata juga.
Jadi ini konsepnya akan seperti apa Pak? Untuk transportasi sungai itu konsepnya apakah akan berkeliling?
Ya namanya sungai kan cuma satu arah kan. Atau tinggal ya bolak-balik aja. Itu kan istilahnya dari sungai itu ya. Karena ujungnya kan nanti laut. Jadi intinya kita akan memanfaatkan. Di antaranya untuk apa? Ya mengurangi arus lalu lintas di darat. Jadi orang bisa ada alternatif. Itu kalau itu bisa luar biasa loh.
Berarti mengurangi emisi juga dong Pak?
Oh iya otomatis. Jadi orang yang banyak yang sakit, itu ternyata penyakitnya di antara ISPA. Nah Jakarta panas itu kan juga di antaranya itu.
Tapi sejauh ini untuk program itu sudah sampai mana Pak?
Ya artinya sudah menjadi sebuah gagasan yang tentu nanti ya dipilih dulu kan kalau sudah terpilih baru. Tentu saja persiapan-persiapan ke sana aksinya baru karena itu kan nanti pasti terkait dengan anggaran juga kan. Jadi makanya nanti ya mudah-mudahan bisa nanti APBD perubahannya, bisa menyesuaikan dengan visi-misi yang digagas oleh RIDO .
Pak Suswono juga pernah menjanjikan untuk mencari akar masalah dari kampung narkoba. Itu kenapa sih sebenarnya kok bisa disebut kampung narkoba? Apakah Pak Suswono juga masih sedang mencari itu? Dan memang Pak Suswono berani untuk menertibkan gitu?
Ya yang jelas pertama sebutan kampung narkoba saja itu sudah pasti gak enak didengar ya. Warga di situ pasti juga keberatan lah disebut itu. Karena saya yakin pelakunya kan pasti mungkin gak banyak ya cuma karena mungkin sering terjadi kasus-kasus atau apa barangkali.
Nah tentu itu tadi kita akan coba akar masalahnya kita cari. Karena boleh jadi apakah karena banyak nganggur misalnya kan. Atau juga mungkin ada korban ini kadang-kadang kan orang terjerumus itu juga pertama dikasih kadang-kadang jadi ini korban sebetulnya. Nah orang-orang seperti ini kan justru harus diselamatkan. Saya yakin orang itu pada rasanya ingin sehat yang alamiah. Itu kan dia terpaksa ke situ kan pasti karena ada faktor-faktor lain. Di antaranya mungkin karena stres kan. Seperti artis-artis kurang apa coba? Uang ada ya. Seharusnya untuk hiburan macam-macam banyak uang kan. Tapi kenapa larinya ke narkoba gitu kan.
Artinya kan berarti memang tingkat stres yang tinggi. Dan memang di Jakarta ini dalam penelitian itu dikenal sebagai kota terstres di dunia nomor sembilan. Nomor satunya Mumbai di India. Artinya apa? Berbanding lurus kan dengan stres yang tinggi itu. Karena korban narkoba ternyata bukan hanya orang kaya bahkan orang miskin pun banyak yang terjerat ke situ. Apakah kemudian akhirnya dia menjadi pelaku ini istilahnya konsumen atau bisa jadi mungkin meningkat kemudian menjadi pengedar. Pengedar dan sampai pada bandar.
Jadi secara bertahap lah kita pasti dengan dialog dengan pendekatan-pendekatan yang sifatnya lebih humanis ya. Kemudian juga memperbanyak dengan budaya betawi yang seperti itu kan menghibur itu. Nah kalau itu diperbanyak sanggar-sanggar lenong itu di berbagai tempat dihidupkan kembali. Nah itu kan kalau ini diperbanyak lagi orang bisa terhibur ya dengan hiburan yang murah meriah gitu ya. Ini saya kira nanti bisa jalan untuk mengatasi problem-problem tadi.
Langkah awal jika nanti terpilih sosialisasinya kepada warga di sana bagaimana? Apakah percaya diri itu bisa mengurangi secara drastis?
Pemerintah kan punya perangkat ya, perangkat yang bisa menyelesaikan total namun secara bertahap. Perangkat kita ada, makanya diinventarisasikan ini orang problemnya apa sampai terjun ke sana? Si B kenapa sampai terjun ke sana. Kan orang pasti beda-beda. Kalau sekadar dia korban karena tadinya dia digratiskan dan kecanduan, maka orang-orang ini nanti ada rehabilitas supaya dia bisa kembali normal.
Untuk yang istilah dia terjun kemudian jadi pengedar berarti soal lapangan kerja. Jadi kalau persoalannya lapangan kerja, kita sediakan lapangan kerja. Jadi saya kira lihat dulu petanya bagaimana. Saya yakin sebagai pemerintah daerah punya perangkat tentu akan kita gunakan perangkat itu untuk menyelesaikan persoalan sosial yang ada di masyarakat.
Gimana Pak Suswono dan Kang Emil menangkis serangan-serangan politik?
Kita biasa saja. Karena kita ingin demokrasi ini dilalui dengan riang gembira. Kontestasi ini jangan dijadikan permusuhan, tapi kompetisi dan gagasan. Jadi kami tidak akan lakukan hal negatif kepada kompetitor di pilkada. Kami akan fokus terhadap solusi-solusi konkret apakah soal kemacetan, banjir, pengangguran, harga pangan tinggi.
Jadi kita akan fokus ke sana termasuk desentralisasi dengan memberikan stimulus kepada RW Rp200 juta ini di luar dana operasional. Tapi intinya per RW Rp200 juta itu untuk menyelesaikan persoalan utama di situ. Makanya solusi konkrit tadi.
Jadi kita tidak akan menyerang apalagi merendahkan kompetitor. Intinya kami akan menonjolkan gagasan-gagasan kami yang ditawarkan dan solusi konkret yang kita tawarkan. Itulah Rido.
Terkait dengan penolakan-penolakan terhadap Kang Emil?
Saya rasa karena belum ada dialog saja dan belum ketemu. Justru ada tantangan baru buat Kang Emil.
Apa itu?
Dia seorang arsitek, dia sebetulnya sudah cukup banyak karya di Jakarta. Karena sejak zaman Pak Sutiyoso beliau sudah ikut terlibat. Jadi kayak penasehat. Dia ingin terjun langsung ikut sesuai arahan Pak Prabowo tadi yakni pembenahan pemukiman kumuh. Artinya dia tertantang di situ termasuk persoalan klasik tadi. Justru itulah tantangan yang ada dari seorang Ridwan Kamil yang kemudian dia bersedia. Dan pengalaman ada tinggal modifikasi saja apa yang kira-kira untuk Jakarta.
Bagaimana pendekatan kepada warga di tengah penolakan itu?
Namanya demokrasi wajar saja sih, Pak Ridwan Kamil tidak mau ambil pusing. Misal ada penolakan satu dua, tapi secara umum di mana dia datang orang yang menyambut jauh lebih besar. Artinya itu bagian dari demokrasi biar saja tidak ada masalah. Sejauh ini semakin intens turun, akhirnya semakin suara sumbang seperti itu hilang. Ini waktu saja apalagi kita baru mulai masuk kampanye.
Bagaimana langkahnya?
Sejauh nanti memungkinkan kita bisa berdialog kita lakukan. Kan masalahnya begini, ada orang yang karena belum tahu dan mau tahu. Itu enak dikasih tahu dan setelah tahu tidak masalah. Tapi ada orang memang tidak mau tahu, ya sudah biar saja. Susah kita mau ngomongin apa saja kalau orang tidak suka yasudah. Jadi kita tidak buang energi. Tapi siapa saja yang mau dialog, ajak tukar pikiran, kami sangat terbuka.
Bahkan ke depan nanti kami ada akan ada hotline jika ada pengaduan itu langsung sampai ke gubernur. Nanti RT-RT itu langsung pegang nomor kalau ada masalah di RT-nya cepat bisa kita atasi jangan melebar. Kita akan bersiaga prinsipnya bagaimana melayani dan memberdayakan dan membela rakyat Jakarta.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Bayu Septianto