tirto.id - Sosiologi sastra memiliki banyak metode pendekatan terhadap suatu objek kajian. Menurut Rene Wellek dan Austin Warren dalam buku Teori Kesusastraan (1956:84), sosiologi sastra adalah pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra.
Yang kedua, sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri. Akan tetapi, yang menjadi pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Yang ketiga adalah sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial sastra.
Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan klasifikasi yang didefinisikan oleh kritikus sastra Ian Watt. Ia melihat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Telaah suatu karya sastra--menurut Ian Watt--akan mencakup tiga hal, yakni konteks sosial pengarang, sastra sebagai cermin masyarakat, dan fungsi sosial sastra.
Dapat disimpulkan bahwa pembagian pendekatan teori sosiologi sastra dapat dilihat menjadi tiga klasifikasi. Pertama, pendekatan pengarang sebagai bagian dari lembaga sosial. Kedua, karya sastra sebagai cerminan masyarakat. Ketiga, fungsi karya tersebut sebagai lembaga masyarakat.
Pendekatan Sosiologi Sastra Menurut Ian Watt
Ian Watt dalam Literature and Society (1964:300) membicarakan tentang hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat, yang secara keseluruhan dapat dilihat sebagai berikut:
- Konteks sosial pengarang
Dari sini, kita dapat melihat bagaimana si pengarang mendapatkan mata pencahariannya, apakah ia menerima bantuan dari pengayom atau dari masyarakat secara langsung, atau dari kerja rangkap.
Kemudian, juga bisa dilihat dari profesionalisme dalam kepengarangan; sejauh mana pengarang menganggap pekerjaannya sebagai suatu profesi.
Selain itu, masyarakat apa yang dituju oleh pengarang; hubungan antara pengarang dan masyarakat. Hal ini sangat penting, sebab macam masyarakat yang dituju ikut menentukan bentuk dan isi karya sastra.
- Sosiologi sebagai cermin masyarakat
Menurut Ian Watt, sastra mungkin tidak dapat dikatakan bahwa ia mencerminkan masyarakat pada waktu ia ditulis. Sebab, banyak ciri-ciri masyarakat yang ditampilkan dalam karya sastra itu sudah tidak berlaku lagi pada waktu ia ditulis.
Sifat ‘lain dari yang lain’ seorang pengarang sering mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya. Genre sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompok tertentu dan bukan sikap sosial seluruh masyarakat.
Sastra yang berusaha menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya mungkin saja tidak bisa dipercaya sebagai cermin masyarakat. Demikian juga sebaliknya, karya yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan masyarakat secara teliti barangkali masih dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mengetahui keadaan masyarakat. Akan tetapi, pandangan sosial pengarang harus diperhitungkan apabila kita menilai karya sastra sebagai cermin masyarakat.
- Fungsi Sosial Sastra
Sudut pandang dari kaum Romantik menganggap karya sastra sama dengan karya pendeta atau nabi. Dalam anggapan ini, tercakup juga pendirian bahwa sastra harus berfungsi sebagai pembaru dan perombak keadaan masyarakat yang dianggap tidak sesuai lagi dengan zaman atau bertentangan dengan norma-norma sosial.
Dari sudut lain dikatakan pula bahwa sastra bertugas sebagai penghibur belaka. Dalam hal ini “seni untuk seni”. Namun, semacam kompromi agar dapat dicapai dengan meminjam slogan klasik, salah satu fungsi karya sastra adalah dulce et utile bahwa sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.
Penulis: Abraham William
Editor: Alexander Haryanto