tirto.id - Pendekatan sosiologi sastra adalah kajian yang meneliti hubungan antara karya sastra dan kehidupan sosial. Sosiologi sastra menurut para ahli, salah satunya, Rene Wellek dan Austin Warren, yakni melihat pengarang sebagai bagian dari masyarakat dengan status sosial dan ideologi tertentu. Pengarang dianggap mencerminkan kondisi sosial melalui karya yang dihasilkannya.
Pendekatan kedua berfokus pada isi karya sastra itu sendiri. Penekanan utamanya adalah pada pesan sosial yang terkandung dalam teks dan tujuan penulisannya. Karya sastra dipandang sebagai cerminan keadaan masyarakat saat itu.
Ian Watt membagi pendekatan ini ke dalam tiga aspek penting. Ia menyoroti latar sosial pengarang, karya sebagai cermin masyarakat, dan fungsi sosial sastra. Ketiganya menunjukkan bahwa sastra tidak bisa lepas dari konteks sosial yang melingkupinya.
Pendekatan Sosiologi Sastra Menurut Ian Watt
Ian Watt dalam Literature and Society (1964:300) membicarakan tentang hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Secara keseluruhan teori sosiologi sastra Ian Watt dapat dilihat sebagai berikut:
1. Konteks Sosial Pengarang
Dari sini, kita dapat melihat bagaimana si pengarang mendapatkan mata pencahariannya, apakah ia menerima bantuan dari pengayom atau dari masyarakat secara langsung, atau dari kerja rangkap.Kemudian, juga bisa dilihat dari profesionalisme dalam kepengarangan, sejauh mana pengarang menganggap pekerjaannya sebagai suatu profesi.
Selain itu, masyarakat apa yang dituju oleh pengarang; hubungan antara pengarang dan masyarakat. Hal ini sangat penting, sebab macam masyarakat yang dituju ikut menentukan bentuk dan isi karya sastra.
2. Sosiologi Sebagai Cermin Masyarakat
Menurut Ian Watt, sastra mungkin tidak dapat dikatakan bahwa ia mencerminkan masyarakat pada waktu ia ditulis. Sebab, banyak ciri-ciri masyarakat yang ditampilkan dalam karya sastra itu sudah tidak berlaku lagi pada waktu ia ditulis.Sifat ‘lain dari yang lain’ seorang pengarang sering mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya. Genre sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompok tertentu dan bukan sikap sosial seluruh masyarakat.
Sastra yang berusaha menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya mungkin saja tidak bisa dipercaya sebagai cermin masyarakat. Demikian juga sebaliknya, karya yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan masyarakat secara teliti barangkali masih dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mengetahui keadaan masyarakat. Akan tetapi, pandangan sosial pengarang harus diperhitungkan apabila kita menilai karya sastra sebagai cermin masyarakat.
3. Fungsi Sosial Sastra
Sudut pandang dari kaum Romantik menganggap karya sastra sama dengan karya pendeta atau nabi. Dalam anggapan ini, tercakup juga pendirian bahwa sastra harus berfungsi sebagai pembaru dan perombak keadaan masyarakat yang dianggap tidak sesuai lagi dengan zaman atau bertentangan dengan norma-norma sosial.Dari sudut lain dikatakan pula bahwa sastra bertugas sebagai penghibur belaka. Dalam hal ini “seni untuk seni”. Namun, semacam kompromi agar dapat dicapai dengan meminjam slogan klasik, salah satu fungsi karya sastra adalah dulce et utile bahwa sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.
Contoh Pendekatan Sosiologi Sastra
Contoh pendekatan sosiologi sastra dapat ditemukan dalam artikel "Analisis Pendekatan Sosiologi Sastra Cerpen 'Ada Tuhan' karya Lianatasya", yang ditulis oleh Rosanti Ropita Banjarnahor, Nadilla Pratiwi Waruwu, dan Annisa dalam Jurnal Basataka Unviersitas Balikpapan. Cerpen ini membahas tiga nilai utama, yaitu nilai sosial, nilai pendidikan, dan nilai religius. Nilai sosial berfokus pada interaksi dan masalah sosial, nilai pendidikan menyoroti vitalitas kehidupan sosial serta nilai spiritual, sementara nilai religius menekankan ajaran Islam seperti tawakal dan tasamuh.
Contoh lainnya terdapat dalam artikel "Kajian Sosiologi Sastra Novel 'Kembali' karya Sofia Mafaza", yang diteliti oleh Anisa Amalia Nurhapidah dan Teti Sobari dalam Parole: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kajian ini menyoroti nilai kehidupan masyarakat melalui tokoh remaja bernama Andini dalam hubungan pertemanan dunia maya. Novel ini mencerminkan realitas sosial zaman milenial yang penuh tantangan dan perubahan, terutama dalam hubungan sosial yang terbentuk secara digital.
Pendekatan sosiologi sastra menurut Ian Watt berkaitan erat dengan dua contoh sebelumnya. Ia menyebutkan bahwa telaah sosiologi sastra mencakup konteks sosial pengarang, karya sebagai cermin masyarakat, dan fungsi sosial sastra. Baik cerpenAda Tuhan maupun novel Kembali mencerminkan ketiganya, yakni menunjukkan konteks sosial pengarang, menampilkan nilai-nilai masyarakat, dan memberi dampak sosial sebagai fungsi sosial melalui cerita yang disajikan.
Penulis: Abraham William
Editor: Alexander Haryanto
Penyelaras: Satrio Dwi Haryono