tirto.id - Sejarah peristiwa Rengasdengklok terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 atau sehari sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Simak artikel ini untuk melihat latar belakang hingga dampaknya.
Secara garis besar, sejarah Peristiwa Rengasdengklok merujuk pada upaya pengamanan Sukarno-Hatta oleh pemuda Indonesia. Aksi ini melibatkan berbagai tokoh golongan pemuda hingga golongan tua.
Lantas, bagaimana kronologi kejadian monumental ini dan siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat? Berikut penjelasan lengkap sejarah Peristiwa Rengasdengklok, latar belakang, dan kronologinya.
Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok
15 Agustus 1945, kabar seputar menyerahnya Jepang atas Sekutu membuat para pemuda revolusioner bergejolak. Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan, tetapi proklamasi tidak segera dilaksanakan.
Dalam momentum ini, golongan muda menginginkan kemerdekaan diproklamasikan secepatnya. Melalui rapat tanggal 15 Agustus 1945 malam, dipimpin Chaerul Saleh, menelurkan keputusan bahwa kemerdekaan merupakan “hak dan soal rakyat yang tak dapat digantungkan oleh orang lain".
Dari keputusan tersebut, mereka mendesak untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia oleh Sukarno-Hatta paling lambat tanggal 16 Agustus 1945. Usulan ini ditolak golongan tua lantaran segala keputusan terkait kemerdekaan hendaknya menunggu sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Dikutip dari buku Sejarah Indonesia Kontemporer: Peristiwa Sejarah Indonesia dalam Narasi Wartop (2017) karya Puspita Pebri Setiani, Sukarno dan Hatta berpendapat bahwa:
“Kemerdekaan Indonesia yang datangnya dari pemerintahan Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidak menjadi soal karena Jepang sudah kalah."
Golongan muda tidak menerima hal tersebut karena mereka khawatir Sukarno terpengaruh Jepang. Seandainya terjadi, kemerdekaan Indonesia bisa jadi tidak diberikan.
Sukarno dan Hatta tidak ingin salah langkah dalam mengambil keputusan. Di sisi lain, para tokoh muda yang mendukung Sjahrir mendesak Sukarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.
Maka dari itu, Sukarno-Hatta ingin membicarakan hal ini terlebih dahulu dalam rapat PPKI tanggal 16 Agustus 1945. Kemudian, menanti kabar terbaru dari pemerintah Jepang.
Akan tetapi, golongan muda tidak sepenuhnya sepakat. Dengan begitu, latar belakang terjadinya Peristiwa Rengasdengklok adalah tidak sepakatnya golongan muda terhadap kemerdekaan yang diberikan Jepang.
Mengutip Benedict Anderson dalam Revoloesi Pemoeda (2018), sesuai rapat terakhir pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945 di Cikini 71, Jakarta, para pemuda sepakat untuk mengamankan Sukarno dan Hatta ke luar kota. Tujuan Peristiwa Rengasdengklok yaitu menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang.
Kronologi Peristiwa Rengasdengklok
Kronologi sejarah Peristiwa Rengasdengklok meliputi catatan menyerahnya Jepang terhadap sekutu, rapat-rapat yang dilaksanakan pihak pemuda hingga peristiwa puncaknya.
Berikut kronologi atau momen yang termasuk dalam sejarah Peristiwa Rengasdengklok.
1. Menyerahnya Jepang Terhadap Sekutu
Pada 14 Agustus 1945, Soetan Sjahrir mendengar kabar dari radio bahwa Jepang menyerah dari Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya. Sjahrir segera menemui Sukarno dan Mohammad Hatta untuk menyampaikan kabar tersebut.Sukarno dan Hatta saat itu baru pulang dari Dalat, Vietnam, usai bertemu dengan pemimpin militer tertinggi Jepang untuk kawasan Asia Tenggara, Marsekal Terauchi. Kepada Sukarno-Hatta, Terauchi menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia.
Sjahrir meminta agar kemerdekaan segera dideklarasikan. Namun, Sukarno dan Hatta yang belum meyakini berita kekalahan Jepang sehingga memilih untuk menunggu kepastian dan janji Dai Nippon.
2. Rapat Penuntutan Disegerakannya Kemerdekaan
Golongan muda mengadakan rapat pada 15 Agustus 1945 malam di Pegangsaan Timur, Jakarta. Chaerul Saleh memimpin rapat ini, kemudian menyepakati bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak rakyat dan tidak tergantung pihak lain.Pada pukul 22.00 malam hari itu juga, Wikana dan Darwis menjadi utusan dari golongan muda untuk menemui Sukarno-Hatta. Mereka kembali menuntut agar proklamasi kemerdekaan dilakukan esok hari yakni tanggal 16 Agustus 1945.
Jika tidak, bakal terjadi pergolakan. Dinukil dari Konflik di Balik Proklamasi (2010) yang disusun St Sularto dan Dorothea Rini Yunarti, Bung Karno menolak seraya berkata tegas:
"Inilah leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepas tanggung jawab saya sebagai Ketua PPKI. Karena itu, saya akan tanyakan kepada wakil-wakil PPKI besok.”
Gagal membujuk Sukarno, golongan muda kembali mengadakan rapat. Dikutip dalam Proklamasi 17 Agustus 1945: Revolusi Politik Bangsa Indonesia (2017) karya Haryono Riandi, rapat digelar pada pukul 00.30 di Jalan Cikini 71, Jakarta.
Para tokoh muda yang menghadiri rapat termasuk Chairul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana, Armansjah, Sukarni, Jusuf Kunto, Singgih, dr. Muwardi dari Barisan Pelopor, dan lainnya.
Dalam rapat tersebut, mereka memutuskan bahwa Sukarno dan Hatta akan diamankan ke luar kota. Dengan begitu, mereka dapat menjauhkan Sukarno-Hatta dari segala pengaruh Jepang.
3. Sejarah Peristiwa Rengasdengklok
Para pejuang dari golongan muda membawa Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok (dekat Karawang). Pengamanan berjalan lancar karena dibantu oleh Latief Hendraningrat, prajurit Pembela Tanah Air (PETA) berpangkat Sudanco atau Komandan Kompi.Tepat pada pukul 04.30 dini hari tanggal 16 Agustus 1945, Sukarno bersama Fatmawati dan putra sulungnya, Guntur, serta Hatta dibawa ke Rengasdengklok. Kemudian, mereka menempati rumah seorang warga keturunan Tionghoa bernama Jiauw Ki Song.
Aksi "penculikan" yang menekan Sukarno dan Hatta ini awalnya bertujuan agar mereka bersedia untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Akan tetapi, wibawa dua tokoh bangsa itu membuat para pemuda merasa segan.
Di Jakarta, Achmad Soebardjo yang termasuk tokoh dari golongan tua mengetahui peristiwa tersebut. Ia lantas menemui Wikana, salah satu tokoh pemuda, kemudian menyepakati bahwa kemerdekaan harus segera dideklarasikan di Jakarta.
Selanjutnya, Achmad Soebardjo bersama dengan Sudiro dan Jusuf Kunto menuju Rengasdengklok. Mereka menjemput Sukarno-Hatta dan membawa keduanya kembali ke Jakarta.
Tokoh Peristiwa Rengasdengklok
Sejarah Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 melibatkan berbagai nama tokoh dari kalangan pemuda dan golongan tua Indonesia. Berikut daftar tokoh yang terlibat dalam peristiwa bersejarah tersebut, baik yang ikut rapat maupun aksi pengamanannya.
- Sukarno
- Mohammad Hatta
- Chaerul Saleh
- Wikana
- Sukarni
- Sodanco Singgih
- Djamaludin Adinegoro
- Laksamana Maeda
- Achmad Soebardjo
- Jusuf Kunto
- Sudiro
- Latief Hendraningrat
- Djohar Nur
- Kusnandar
- Subadio
- Subianto
- Margono
- Armansjah
- dr. Muwardi
- Sjahrir
Dampak peristiwa Rengasdengklok
Berdasarkan penjelasan di atas, sejarah Peristiwa Rengasdengklok yang mengamankan Sukarno-Hatta menghasilkan dampak bagi negara Indonesia. Khususnya terhadap momen sejarah kemerdekaan Indonesia.
Langkah pengamanan terhadap Presiden-Wakil Presiden RI pertama ini berhasil menjauhkan mereka dari pengaruh pihak Jepang. Bahkan, berdampak pada percepatan proklamasi kemerdekaan.
Kemerdekaan yang sebelumnya tidak kunjung jelas waktu pelaksanaannya berhasil mencapai keputusan akhir. Hal ini terjadi lantaran adanya dorongan dari para pemuda Indonesia.
Berkat adanya Peristiwa Rengasdengklok, Indonesia bisa memproklamasikan kemerdekaan dan kedaulatannya pada 17 Agustus 1945. Dengan begitu, NKRI resmi memulai sejarah kebebasannya dari pihak asing.
Tirto telah merangkum berbagai peristiwa sejarah di Indonesia, baik itu masa penjajahan maupun pasca kemerdekaan. Simak terus perkembangan informasi terbarunya di sini.
Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yulaika Ramadhani & Yuda Prinada
Masuk tirto.id







































