Menuju konten utama

Langkah Awal Jepang dalam Sejarah Meletusnya Perang Asia Timur Raya

Serangan besar-besaran ke Pearl Harbout tercatat dalam sejarah sebagai serangan yang akhirnya menyulut api perang Asia Timur Raya

Langkah Awal Jepang dalam Sejarah Meletusnya Perang Asia Timur Raya
Tentara jepang di puncak rumah merayakan penangkapan Tienyuehssu di Manchuria, (Manchukuo) China, pada 19 Maret 1932. FOTO/AP

tirto.id - Memasuki abad ke-20, Jepang tampil sebagai salah satu kekuatan terbesar di dunia dengan praktik imperialismenya.

Sejak Restorasi Meiji, Jepang mengalami perkembangan pesat dalam sektor industri, pendidikan, dan militer, yang membuatnya menjadi sebuah negara fasis dan ekspansionis.

Perkembangan tersebut sebenarnya dilatarbelakangi oleh keadaan dalam negeri sendiri yang sedang carut marut. Sebagaimana dicatat oleh David A. Korn dalam Ethiopia, United State, and the Soviet Union (1986), bagi Jepang, dari tahun 1930-an adalah masa penuh kemelut sosial dan ekonomi.

Masalah lain seperti pertumbuhan penduduk yang pesat menjadi faktor pendukung terjadinya krisis tersebut.

Perkembangan industri Jepang terancam mengalami stagnasi akibat terbatasnya bahan baku yang tersedia, karena wilayah Jepang yang kurang produktif.

Dengan demikian masalah Jepang adalah bagaimana mencari wilayah baru untuk menjadi solusi atas krisis ekonomi dan sosial tersebut, dan ekspansi adalah jawabannya.

Keganasan ekspansi negeri matahari terbit ini pertama kali terlihat ketika Jepang berperang melawan Rusia pada 1905, dan terus berlanjut hingga akhirnya Manchuria jatuh ke tangan mereka pada 1931.

Ekspansi tersebut tentu saja menjadi ancaman bagi negara-negara Sekutu yang memang sudah terlebih dahulu menduduki sebagian wilayah di Asia Timur dan Asia Tenggara

Keberhasilan militer Jepang dalam perang mengalahkan Cina dan Rusia tentu menambah kepercayaan diri negeri matahari terbit itu. Bahkan setelahnya, mereka dengan nekad menyerang pangkalan militer Amerika di Pearl Harbor pada 7 Desember 1941.

Memicu Perang Asia Timur Raya

Alasan mengapa Jepang menyerang Pearl Harbour di Oahu Hawaii ini bersifat politis. Tekanan sanksi ekonomi Amerika Serikat terhadap Jepang, serta gagalnya proses dialog antar kedua negara, disebut-sebut sebagai bahan bakar dari serangan ini.

Di sisi lain, penyerangan tersebut dianggap sebagai sebuah bentuk keputusasaan dari pemerintah Jepang. Hal ini karena pada awal Desember 1941, Perdana Menteri Hideki Tojo memberitahukan kepada Kaisar bahwa "kekaisaran tidak memiliki solusi alternatif selain untuk memulai perang dengan Amerika Serikat."

Alhasil, serangan besar-besaran ke Pearl Harbout terjadi, dan peristiwa itu tercatat dalam sejarah sebagai serangan yang akhirnya menyulut api perang Asia Timur Raya atau Pasific War—salah satu perang terbesar yang pernah terjadi di muka bumi.

Serangan yang dipimpin oleh Laksamana Madya Chuichi Nagumo ini sangat mengejutkan dunia pada saat itu. Kekuatan blok barat yang digawangi Amerika Serikat benar-benar tidak memperkirakan bahwa Jepang yang pada waktu itu tidak diperhitungkan, bisa menghancurkan Pangkalan Angkatan Laut milik Amerika Serikat di Pearl Harbor dengan waktu yang relatif singkat.

Sebagaimana dicatat Wardhatul Hikmah dalam penelitiannya berjudul “Kamikaze: Strategi Militer Jepang di Akhir Perang Dunia II” (2013), dalam penyerangannya, Jepang berhasil menenggelamkan empat kapal tempur, dua kapal perusak dan satu kapal pemasang ranjau, serta empat kapal tempur lainnya yaitu satu kapal perusak dan tiga kapal penjelajah.

Serangan itu berlangsung sekitar 2 jam dan menewaskan 2.325 prajurit Amerika serta 60 warga sipil Amerika.

Pada perkembangan selanjutnya, yakni di pertengahan 1942, keganasan ekspansi Jepang mulai dapat tertahan. Kondisi ini justru berbanding terbalik dengan kekuatan Sekutu, terutama Amerika Serikat yang sejak pertengahan 1942 mulai bangkit dan melakukan serangan balik kepada pihak Jepang.

Perlahan-lahan menjelang dari akhir 1942 hingga puncaknya pada pertengahan 1945, Jepang mengalami banyak kekalahan seperti di pertempuran Midway, di Filipina, Guadalcanal, Saipan, Guam, dan Tinian, hingga akhirnya wilayah-wilayah tersebut lepas dari tangan Jepang.

Baca juga artikel terkait PERANG ASIA TIMUR RAYA atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari