Menuju konten utama
Ramadhan 2021

Sejarah Masjid Agung Banten yang Dirancang Arsitek Cina & Belanda

Keberadaan Masjid Agung Banten terkait erat dengan sejarah Kesultanan Banten dan dirancang oleh arsitek Tionghoa serta dari Belanda.

Sejarah Masjid Agung Banten yang Dirancang Arsitek Cina & Belanda
Ilustrasi Masjid Agung Banten pada abad ke-19 Masehi. wikimedia commons/free/Josias Cornelis Rappard (1824–1898)

tirto.id - Keberadaan Masjid Agung Banten terkait erat dengan sejarah Kesultanan Banten. Masjid ini mulai dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570 Masehi) dan dirancang oleh arsitek Tionghoa dan Belanda.

Sultan Maulana Hasanuddin merupakan raja pertama Kesultanan Banten. Ia adalah putra Sunan Gunung Jati, penguasa Cirebon sekaligus ulama Wali Songo yang merintis dakwah agama Islam di Jawa, termasuk Banten.

Pembangunan Masjid Agung Banten kemudian dilanjutkan pada masa pemerintahan penguasa Kesultanan Banten berikutnya yaitu Sultan Maulana Yusuf (1570-1580).

Masjid ini berada di wilayah Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Bangunan masjid ini berbatasan dengan perkampungan di sebelah utara, barat, dan selatan, alun-alun di sebelah timur, dan benteng keraton di tengah.

Arsitektur Masjid Agung Banten

Dikutip dari laman DPMPTSP Provinsi Banten, salah ciri khas dari Masjid Agung Banten adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda Tiongkok yang merupakan karya arsitek Tionghoa yang bernama Tjek Ban Tjut.

Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama masjid yang pertama kali dibangun pada 1556 ini.

Di dalam Masjid Agung Banten terdapat kompleks makam sultan-sultan Banten beserta keluarganya, seperti makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar.

Kemudian, pada sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin, dan lainnya.

Masjid ini memiliki dua lantai paviliun tambahan bernama Tiyamah pada sisi selatan bangunan inti masjid. Paviliun ini berbentuk persegi Panjang dengan gaya arsitektur Belanda kuno yang dibangun oleh arsitek asal Belanda bernama Hendick Lucasz Cardeel.

Tata Ruang Bangunan Masjid Agung Banten

Dikutip dari laman Sistem Informasi Masjid Kementerian Agama RI, kompleks bangunan Masjid Agung Banten memiliki luas tanah 1,3 ha dan dikelilingi pagar tembok setinggi satu meter.

Pada sisi tembok terdapat dua buah gapura di bagian utara dan selatan yang sejajar letaknya. Bangunan masjid menghadap ke timur ditopang fondasi masif dengan tinggi satu meter dari halaman.

Bangunan ruang utama berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 25x19 m. Kemudian, lantainya terbuat dari ubin berukuran 30x30 cm berwarna hijau muda dan dibatasi dinding pada empat sisinya.

Dinding timur memisahkan ruang utama dengan serambi timur. Terdapat empat pintu utama (dengan lubang angin) pada dinding ini. Pintu ditempatkan dalam bidang segi empat pada dinding berukuran 174x98 cm dengan dua daun pintu dari kayu.

Di atas pintu berbentuk lengkung setengah lingkaran, ada dua buah lubang angin pada dinding timur yang mengapit pintu.

Pintu paling selatan berbentuk persegi panjang dan terdapat hiasan motif kertas tempel. Sedangkan dinding barat berhias pelipis rata, penyangga, setengah Iingkaran dan pelipit cekung.

Dinding sisi utara membatasi ruang utama dengan serambi utama dengan sebuah pintu masuk berbentuk empat persegi panjang ukuran 240x125 cm, berdaun pintu dua buah dari kayu.

Jendela pada dinding utara dua buah dengan dua daun jendela berbentuk segi empat berukuran 180x152 cm. Sedangkan dinding selatan hanya mempunyai satu pintu yang menghubungkan ruang utama dengan bangunan Pawestren di dekat sudut barat dinding.

Menara Masjid dan Bangunan Lainnya

Pada jarak 10 m dari kolam bagian timur (depan) masjid, terdapat bangunan lain yaitu menara dengan tinggi 23 meter. Menara ini dibangun pada abad ke-18 M dan terdapat 82 buah anak tangga untuk sampai ke atas.

Dalam menara terdapat empat pintu yang berbentuk sama dengan pintu masuk menara. Bangunan Menara ini terbagi tiga bangunan yaitu kaki, tubuh, dan kepala.

Kolam berada di serambi timur berbentuk persegi panjang yang terbagi menjadi mepat bagian kolam kotak. Antar kolam dipisahkan oleh pematang tembok dan dihubungkan dengan lubang pada masing-masing pematang.

Kolam berukuran 28,10x3,10m dan dalamnya antara 75-100 cm. Do sekeliling kolam terdapat tembok setinggi 1,29 m dan tebal 32 cm. Tersedia tangga turun berjumlah tiga buah anak tangga dari arah halaman dan lima anak tangga dari serambi timur yang digunakan ke kolam.

Kemudian, terdapat bangunan pawestren letaknya berdampingan dengan ruang utama. Dikutip dari laman Warisan Budaya Indonesia dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdibud) RI, pawestren adalah ruangan yang menempel pada dinding sebelah masjid dan merupakan tempat salat bagi kaum wanita

Pada dinding selatan terdapat pintu yang menghubungkan pawestren dengan serambi pemakaman selatan. Lubang angin pada dinding ini berbentuk segi tiga dan hanya sebagian terbuka karena tertutup atap makam selatan.

Di sebelah barat dinding pawestren hanya terdapat lubang angin dengan bentuk kumpulan segi tiga dengan bunga di antaranya.

Pada sebelah selatan masjid terdapat bangunan tambahan bernama Tiyamah. Bangunan ini memiliki arsitektur Belanda kuno. Dibangun oleh seorang arsitek asal Belanda bernama Hendrick Lucas Cardeel.

Hendrick Lucas Cardeel masuk Islam dan diberi gelar Pangeran Wiraguna oleh Sultan Banten. Cardeel juga merancang bangunan menara Masjid Agung Banten.

Baca juga artikel terkait SEJARAH MASJID NUSANTARA atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Iswara N Raditya