Menuju konten utama

Jubir Kemenperin: 1.600 Kontainer yang Tertahan Berisi Beras

Menurut Jubir Kemenperin, Ditjen Bea Cukai belum menunjukkan detail kejelasan, termasuk dari sisi sosok importir di balik barang tersebut.

Jubir Kemenperin: 1.600 Kontainer yang Tertahan Berisi Beras
Seorang pekerja mengawasi proses bongkar muat peti kemas di Terminal Peti Kemas Internasional Belawan Kota Medan, Sumatera Utara, Senin (4/3/2024). ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/tom.

tirto.id - Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, buka suara mengenai 26.415 kontainer impor yang tertahan di pelabuhan. Menurut informasi dari data yang diperoleh melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), ribuan kontainer yang tertahan termasuk di dalamnya adalah berisi beras.

Surat penjelasan mengenai isi kontainer tertuang di dalam surat nomor S-10/MK.4/2024 tetanggal 17 Juli 2024.

Terhadap ribuan kontainer itu, DJBC mengelompokkan berdasarkan Board Economic Category (BEC) dengan rincian, di antaranya bahan baku dan penolong sejumlah 21.166 kontainer, barang-barang konsumsi 3.356 kontainer, dan barang-barang modal sebanyak 1.893 kontainer.

"10 besar barang konsumsi, beras jumlah kontainernya 1.600," ujar Febri dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (7/8/2024).

Dia juga menjelaskan, barang konsumsi yang tertahan selain beras adalah makanan olahan sebanyak 412 kontainer.

Kemudian, bahan baku/penolong yang paling banyak tertahan di pelabuhan yakni 1.319 kontainer. Disusul barang modal yang terbanyak tertahan yakni pompa udara dan kompresor sebanyak 656 kontainer.

Meski data kontainer sudah dikelompokan dan dibuka oleh DJBC, namun isi detail lebih lanjut belum ada kejelasan dari pihak terkait.

Febri juga menuturkan, pihak Ditjen Bea Cukai belum menunjukkan detail kejelasan, termasuk dari sisi sosok importir di balik barang tersebut. Sehingga hingga saat ini belum diketahui secara pasti aspek legalitas dari barang yang tertahan.

"Tidak ada, belum ada penjelasan dari Bea Cukai soal [kontainer] berisi beras itu," ujarnya.

"Kalau tadi menyatakan sudah transparan belum? Tidak transparan, belum transparan, makanya kita berharap lebih aktif setelah ini," imbuh Febri.

Menurut Febri, data kejelasan atas isi kontainer tersebut diperlukan, maka harus disampaikan secara gamblang. Hal ini untuk menentukan kebijakan yang tepat untuk memitigasi kondisi yang sama ke depannya.

"Kebijakan yang tepat itu harus berdasarkan data yang akurat, cepat. Kalau misalnya data seperti surat yang disampaikan Ditjen Bea Cukai itu kami juga bingung, itu barang mana," ungkapnya.

Baca juga artikel terkait KONTAINER atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Irfan Teguh Pribadi