tirto.id - Salat sunah merupakan ibadah yang dianjurkan Islam. Fungsinya adalah sebagai pelengkap ibadah wajib.
Jika ada kekurangan di ibadah wajib, maka amalan sunah akan menambalnya.
Dalil anjuran mengenai salat sunah ini tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah RA bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah salat fardu. Itu pun jika sang hamba menyempurnakannya. Jika tidak, maka disampaikan, 'Lihatlah oleh kalian, apakah hamba itu memiliki amalan [salat] sunah?' Jika memiliki amalan salat sunah, sempurnakan amalan salat fardu dengan amal salat sunahnya. Kemudian, perlakukanlah amal-amal fardu lainnya seperti tadi,” (H.R. Ibnu Majah).
Salat sunah berbeda dari salat wajib, pengerjaannya dianjurkan dan memperoleh pahala. Namun, jika tidak dikerjakan, tidak dikenai dosa.
Dari sisi pelaksanaannya, salat sunah terbagi menjadi tiga yaitu:
(1) Salat sunah yang lazimnya dikerjakan berjemaah. Contohnya, salat Idulfitri, Iduladha, Istiska, dan salat gerhana;
(2) Salat sunah yang lazimnya dikerjakan sendirian atau munfarid, seperti salat Rawatib, Istikharah, dan salat Tahiyat Masjid; dan
(3) Salat sunah yang dapat dikerjakan berjemaah dan dapat dikerjakan munfarid. Contohnya adalah salat Tarawih, Witir, Duha, Tahajud, dan salat Tasbih.
Penjelasan berikut ini akan menjabarkan mengenai salat sunah yang dapat dikerjakan berjamaah dan juga munfarid.
Di situasi pendemi Covid-19 seperti ini, salat sunah yang bisa dikerjakan berjamaah dan munfarid ini ditekankan agar didirikan di rumah saja.
Pengerjaannya bisa dilakukan sendirian atau bersama keluarga. Sebagai misal, salat tarawih pada Ramadan diimbau agar dikerjakan bersama keluarga di rumah atau munfarid, alih-alih dikerjakan di masjid untuk mencegah penularan Covid-19.
Dalam uraian "Salat Sunah Berjemaah dan Munfarid: Semakin Dekat dengan Allah SWT" yang diterbitkan Kementerian Agama RI, dijelaskan mengenai ketentuan salat sunah berjemaah dan munfarid, serta tata caranya sebagai berikut:
A. Salat Tarawih
Setiap malam di bulan suci Ramadan, seorang muslim dianjurkan untuk mengerjakan salat sunah Tarawih.
Salat Tarawih ini merupakan ibadah yang khusus pada Ramadan saja dan tidak ada salat Tarawih di luar Ramadan. Salat Tarawih ini dapat dikerjakan sendirian atau berjamaah.
Anjuran mendirikan salat Tarawih tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW:
"Barangsiapa beribadah [tarawih] pada Ramadan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau," (H.R. Bukhari dan Muslim).
Tata Cara Salat Tarawih
Pengerjaan salat Tarawih dapat didirikan dengan delapan rakaat atau 20 rakaat. Keduanya memiliki dalil yang sama-sama kuat.
Pengerjaannya dapat dilakukan masing-masing dua rakaat dengan sekali salam atau empat rakaat dengan sekali salam.
Landasan bahwa salat Tarawih dapat dikerjakan dalam delapan rakaat bersumber dari hadis yang diriwayatkan Aisyah RA bahwasanya ia berkata:
"Rasulullah SAW tidak pernah melakukan salat sunah di bulan Ramadan lebih dari sebelas rakaat. Beliau salat empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan indahnya. Kemudian beliau salat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau salat tiga rakaat,” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Sementara itu, untuk dalil salat Tarawih 20 rakaat bersumber dari riwayat empat tabiin, yaitu Said bin Yazid, Yazid bin Rauman, Yahya bin Said Al-Qathan, dan Abdul Aziz bin Rafi’.
“Umat Islam di masa (Khalifah) Umar bin Khattab RA beribadah di malam bulan Ramadan dengan 23 rakaat," demikian diriwayatkan dari Yazid bin Rauman, sebagaimana dikutip dari buku Sukses Ibadah Ramadan (2017) yang ditulis Ma'rif Khozin.
Salat Tarawih dapat dikerjakan dengan urutan sebagai berikut:
1. Mengucapkan niat salat tarawih berupa kalimat:
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
Bacaan latinnya: "Ushalli sunnatat Tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an lillāhi ta‘ālā."
Artinya: "Aku berniat salat sunah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat karena Allah SWT."
2. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram.
3. Mengucap takbir saat takbiratul ihram.
4. Membaca surah Al-Fatihah. Kemudian membaca salah satu surah dalam Alqur'an
5. Rukuk
6. Itidal
7. Sujud pertama
8. Duduk di antara dua sujud
9. Sujud kedua
10. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua
11. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama.
12. Salam pada rakaat kedua atau rakaat keempat.
B. Salat Tahajud
Salat Tahajud merupakan salat sunah yang amat dianjurkan pengerjaannya bagi seorang muslim. Keutamaan salat Tahajud ini tertera dalam Alquran surah Al-Isra ayat 79 sebagai berikut:
"Dan pada sebagian malam hari, salat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji," (Al-Isra [17]: 79).
Dilansir dari NU Online, salat Tahajud adalah salat yang dikerjakan malam hari setelah tidur, walaupun hanya sebentar.
Waktu ideal pengerjaan salat Tahajud adalah sepertiga malam terakhir atau sekitar pukul 01.00 dini hari sampai mendekati subuh.
Pada waktu-waktu itu, disebutkan bahwasanya Allah SWT turun ke langit dunia dan doa yang dipanjatkan di sepertiga malam terakhir menjadi mustajab.
Rasulullah SAW bersabda: "Rabb kita Tabaraka wa Ta'ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam, lantas Ia berkata, 'Siapa yang berdoa kepada-Ku maka aku beri, siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku ampuni".
Tata Cara Salat Tahajud
Dilansir dari Kemenag, salat Tahajud didirikan dengan jumlah rakaat genap, minimal dua dan dapat ditambah kelipatannya. Karena itulah, salat tahajud dapat dikerjakan dalam dua, empat, enam, delapan, 12 rakaat dan seterusnya.
Secara rinci, pengerjakan salat Tahajud dua rakaat, tata caranya adalah sebagai berikut:
1. Membaca niat salat Tahajud, lafalnya adalah:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
Bacaan latinnya: "Ushalli sunnatat tahajjudi rak‘ataini lillāhi ta‘ālā."
Artinya: "Aku berniat salat sunah tahajud dua rakaat karena Allah."
2. Membaca takbiratul Ihram.
3. Membaca surah Al-Fatihah, lalu dilanjutkan salah satu surah dalam Alquran
4. Rukuk.
5. Iktidal.
6. Sujud pertama.
7. Duduk di antara dua sujud
8. Sujud kedua rakaat pertama.
9. Berdiri dan mengulang urutan di atas sejak membaca surah Al-Fatihah hingga sujud kedua.
10. Duduk tasyahud.
11. Mengucapkan salam, menoleh ke kanan dan kiri.
C. Salat Witir
Lazimnya, salat Witir adalah salat penutup yang dikerjakan usai mendirikan salat-salat malam, seperti salat Tarawih, Tahajud, salat Hajat, dan lain sebagainya.
Kendati demikian, salat Witir juga dapat dikerjakan secara tersendiri, tanpa harus didahului salat-salat sunah malam lainnya.
Salat Witir dianjurkan didirikan secara munfarid, kecuali pada Ramadan sebaiknya dikerjakan berjamaah. Pengerjaan salat Witir ini dilakukan dengan rakaat ganjil, mulai dari satu rakaat, tiga, lima, hingga maksimal 11 rakaat.
Kesunahan salat Witir ini tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW:
" ... [salat) Witir itu adalah hak setiap muslim, siapa yang lebih suka witir lima rakaat, maka kerjakanlah, dan barang siapa yang lebih suka witir satu rakaat, maka kerjakanlah," (H.R. Abu Daud dan Nasa'i).
Tata Cara Salat Witir
Uraian berikut ini menjelaskan mengenai tata cara salat Witir yang didirikan dengan tiga rakaat.
Secara umum, terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk pengerjaan salat Witir tiga rakaat, yaitu dengan dua salam atau satu salam. Berikut rinciannya:
Pertama, urutan tata cara salat Witir tiga rakaat dengan dua salam adalah sebagai berikut:
1. Mengucapkan bacaan niat salat Witir dengan dua rakaat.
Bacaan niatnya adalah sebagai berikut:
أصلى سنة من الوتر ركعتين لله تعالى
Bacaan latinnya: "Ushallii sunnatam minal witri rak'ataini lillaahhi ta'aalaa."
Artinya: "Aku berniat salat sunah Witir dua rakaat karena Allah ta'ala."
2. Mengucapkan takbir ketika takbiratul ihram.
3. Membaca surah Al-Fatihah dan setelah itu membaca salah satu surah dalam Alquran.
4. Rukuk.
5. Itidal.
6. Sujud pertama.
7. Duduk di antara dua sujud.
8. Sujud kedua.
9. Berdiri kembali pada rakaat kedua,
10. Membaca surah surah Al-Fatihah dan membaca salah satu surah dalam Alquran.
11. Rukuk.
12. Itidal.
13. Sujud pertama.
14. Duduk di antara dua sujud.
15. Sujud kedua.
16. Duduk tasyahud akhir rakaat kedua.
17. Salam pada akhir rakaat kedua.
18. Kemudian, kembali salat satu rakaat dengan membaca niat salat witir satu rakaat, serta melakukan urutan yang sama seperti di rakaat pertama, diakhiri tasyahud akhir dan salam.
Niat untuk salat Witir satu rakaat adalah sebagai berikut:
أصلى سنة من الوتر ركعة لله تعالى
Bacaan latinnya: "Ushallii sunnatam minal witri rak'atal lillaahhi ta'aalaa."
Artinya: "Aku berniat salat sunah Witir satu rakaat karena Allah ta'ala."
Kedua, urutan tata cara salat Witir tiga rakaat dengan satu salam adalah sebagai berikut:
1. Mengucapkan bacaan niat salat witir sendiri untuk tiga rakaat.
Bacaan niat salat Witir dengan tiga rakaat adalah sebagai berikut:
اُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكْعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
Bacaan latinnya: "Ushalli sunnatal witri tsalâtsa raka‘âtin mustaqbilal qiblati adâ’an lillâhi ta‘âlâ"
Artinya: "Aku berniat salat sunah Witir tiga rakaat dengan menghadap kiblat, karena Allah Ta’ala."
2. Mengucapkan takbir ketika takbiratul ihram.
3. Membaca surah Al-Fatihah dan setelah itu membaca salah satu surah dalam Alquran.
4. Rukuk.
5. Iktidal.
6. Sujud pertama.
7. Duduk di antara dua sujud.
8. Sujud kedua.
9. Berdiri kembali pada rakaat kedua.
10. Membaca surah surah Al-Fatihah dan kemudian membaca salah satu surah dalam Alquran.
11. Rukuk.
12. Iktidal.
13. Sujud pertama.
14. Duduk di antara dua sujud.
15. Sujud kedua.
16. Berdiri kembali pada rakaat ketiga.
17. Membaca surah surah Al-Fatihah dan kemudian membaca salah satu surah dalam Alquran.
18. Rukuk.
19. Iktidal.
20. Sujud pertama.
21. Duduk di antara dua sujud.
22. Sujud kedua.
23. Duduk tasyahud akhir.
24. Salam.
D. Salat Duha
Ketika matahari terbit setinggi tombak hingga menjelang masuknya waktu salat Zuhur, seorang muslim dianjurkan mendirikan salat Duha. Salat Duha minimal dikerjakan dua rakaat dan dapat ditambah kelipatannya.
Salat Duha ini merupakan sunah Nabi Muhammad SAW yang ia wasiatkan kepada Abu Hurairah:
"Rasulullah, kekasihku itu berwasiat padaku tiga hal: puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat salat Duha [setiap hari], dan salat Witir sebelum tidur."
Selain itu, Allah SWT juga menjanjikan ampunan dosa bagi yang rutin mendirikan salat Duha sebagaimana tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW:
"Siapa yang membiasakan diri [untuk menjaga] salat duha, dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan," (H.R. Tirmidzi).
Tata Cara Salat Duha
Seorang muslim dapat mendirikan salat Duha, minimal dua rakaat dan dapat ditambah kelipatan genapnya. Jika lebih dari dua, maka pengerjaannya adalah dengan satu salam setiap dua rakaat, kemudian mengulangi lagi salat dua rakaat berikutnya.
Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Ummu Hani, ia berkata: "Rasulullah SAW pada tahun terjadinya Fathu Makkah, beliau salat Duha delapan rakaat,” (H.R. Bukhari).
Secara rinci, pengerjakan salat Duha dua rakaat, tata caranya adalah sebagai berikut:
1. Membaca niat salat Duha, lafalnya adalah:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
Bacaan latinnya: "Ushalli sunnatad dhuhā rak‘ataini lillāhi ta‘ālā."
Artinya: "Aku menyengaja salat sunah duha dua rakaat karena Allah SWT."
2. Membaca takbiratul Ihram.
3. Membaca surah Al-Fatihah, lalu dilanjutkan salah satu surah dalam Alquran
4. Rukuk.
5. Iktidal.
6. Sujud pertama.
7. Duduk di antara dua sujud
8. Sujud kedua rakaat pertama.
9. Berdiri dan mengulang urutan di atas sejak membaca surah Al-Fatihah hingga sujud kedua.
10. Duduk tasyahud.
11. Mengucapkan salam, menoleh ke kanan dan kiri.
E. Salat Tasbih
Sesuai dengan namanya, salat Tasbih adalah salat sunah untuk memperbanyak tasbih.
Di dalam salat ini, tasbih dibaca setidaknya sebanyak 300 kali. Pengerjaannya dapat dilakukan siang hari atau malam hari. Tidak ada waktu khusus untuk mendirikan salat Tasbih.
Salat Tasbih ini hukumnya sunah sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas ketika ia mengajarkan kepada pamannya Abbas bin Abdul Muthallib mengenai salat Tasbih:
"Wahai Abbas, pamanku, sukakah paman, aku beri, aku ajari 10 macam kebaikan yang dapat menghapus 10 macam dosa? Jika Paman mengerjakan hal tersebut, Allah akan mengampuni dosa-dosa Paman, baik yang awal maupun yang akhir, baik yang sudah lalu maupun yang akan datang, baik yang disengaja maupun tidak, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang samar-samar maupun yang terang-terangan.
10 macam kebaikan itu adalah, Paman mengerjakan salat empat rakaat, dan setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan surah, apabila selesai membaca itu, dalam rakaat pertama dan masih [dalam posisi] berdiri, bacalah "Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar" sebanyak 15 kali, lalu rukuk, dan dalam rukuk membaca bacaan seperti itu sebanyak 10 kali, kemudian mengangkat kepala dari rukuk [iktidal] juga membaca itu 10 kali, lalu sujud juga membaca 10 kali, setelah itu mengangkat kepala dari sujud [duduk di antara dua sujud] juga membaca 10 kali, lalu sujud juga membaca 10 kali, kemudian mengangkat kepala dan membaca 10 kali, jumlahnya ada 75 kali dalam setiap rakaat, paman dapat melakukannya dalam empat rakaat." (H.R. Abu Dawud).
Tata Cara Salat Tasbih
Salat tasbih dikerjakan dengan jumlah empat rakaat, baik itu dengan sekali salam atau dua kali salam. Jika dikerjakan dengan dua kali salam, maka salat Tasbih didirikan masing-masing dua rakaat.
Tata cara pengerjaan salat tasbih adalah sebagai berikut.
1. Membaca niat salat Tasbih, lafalnya adalah:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَسْبِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلهِ تَعَالَى
Bacaan latinnya: "Ushalli sunnat tasbīhi arba‘a rak‘ātin lillāhi ta‘ālā."
Artinya, “Aku menyengaja salat sunah tasbih empat rakaat karena Allah Ta'ala.”
2. Takbiratul Ihram.
3. Membaca Surah Al-Fatihah
4. Membaca surah pendek.
5. Membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 15 kali.
6. Rukuk, membaca tasbih rukuk.
7. Sebelum bangun iktidal, membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 10 kali.
8. Iktidal.
11. Di posisi iktidal sebelum sujud, membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 10 kali.
12. Sujud.
13. Dalam posisi sujud sebelum bangun untuk duduk di antara dua sujud membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 10 kali.
14. Duduk di antara dua sujud.
15. Dalam posisi duduk, sebelum sujud kedua, membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 10 kali.
16. Sujud kedua.
17. Dalam posisi sujud kedua, sebelum bangun, membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 10 kali.
18. Duduk untuk bangun melanjutkan rakaat kedua. Sebelum bangun dalam posisi duduk membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 10 kali.
19. Bangun, melakukan rakaat kedua seperti rakaat pertama.
20. Untuk rakaat terakhir sebelum salam, baik itu rakaat kedua atau rakaat keempat, sebagai ganti poin 15, sebelum salam membaca tasbih (Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar) 10 kali sehingga tetap dalam rakaat tersebut tasbih diucapkan 75 kali.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno