tirto.id - Islam menganjurkan umatnya untuk melaksanakan salat sunah sebagai pelengkap salat wajib lima waktu.
Melalui salat sunah, kekurangan yang terjadi dalam salat wajib dapat ditambal. Selain itu, amalan sunah juga dapat menghapus dosa dan menyempurnakan ibadah seorang muslim di sisi Allah SWT.
Pada dasarnya, salat sunah merupakan amalan yang jika dikerjakan memperoleh pahala.
Namun, jika tidak dikerjakan tidak apa-apa atau tidak terkena dosa, kendati yang meninggalkannya termasuk dalam golongan merugi karena sudah melewatkan kesempatan untuk beribadah kepada Allah SWT.
Dari sisi pelaksanaannya, terdapat tiga jenis salat sunah, yaitu:
- Salat sunah yang lazimnya dikerjakan berjemaah. Contohnya, salat Idulfitri, Iduladha, Istiska, dan salat gerhana.
- Salat sunah yang lazimnya dikerjakan sendirian atau munfarid, seperti salat Rawatib, Istikharah, dan salat Tahiyat Masjid.
- Salat sunah yang dapat dikerjakan berjemaah dan dapat dikerjakan munfarid. Contohnya adalah salat Tarawih, Witir, Duha, Tahajud, dan salat Tasbih.
Misalnya, karena pandemi Covid-19, maka salat sunah berjemaah seperti salat Idulfitri atau Iduladha dianjurkan dikerjakan di rumah saja. Jika benar-benar tidak memungkinkan, boleh dikerjakan sendirian.
Namun, dalam situasi normal, salat sunah berjemaah seyogyanya dikerjakan bersama-sama, baik itu berkumpul di masjid atau lapangan sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Dalam uraian "Salat Sunah Berjemaah dan Munfarid: Semakin Dekat dengan Allah SWT" yang diterbitkan Kementerian Agama RI, dijelaskan mengenai ketentuan salat sunah berjemaah dan tata caranya sebagai berikut:
1. Salat Idulfitri
Salat Idulfitri dilakukan pada lebaran satu Syawal setiap tahunnya. Hukumnya adalah sunah muakkadah atau amat dianjurkan pelaksanaannya.
Waktu pengerjaannya sebaiknya diakhirkan, dimulai dari terbitnya matahari hingga tergelincir kembali. Sebelum berangkat mengerjakan salat, seorang muslim dianjurkan untuk makan terlebih dahulu.
Tata Cara Shalat Idulfitri Berjemaah
Sebelum melaksanakan salat Idulfitri berjemaah, harus diketahui ketentuan jumlah jemaah minimalnya, yakni empat orang, yakni satu imam dan tiga makmum.
Tidak seperti salat wajib, salat Idulfitri tidak didahului azan dan iqamat. Niat dan takbir yang dilafalkan juga berbeda dari salat lima waktu. Jumlah rakaatnya sebanyak dua rakaat, serta terdapat khotbah usainya.
Berikut tata cara salat Idulfitri berjemaah:
1. Sebelum salat Idulfitri, disunnahkan untuk memperbanyak bacaan takbir, tahmid, dan tasbih.
2. Salat Idulfitri dimulai dengan menyeru “Ash-shalâtu jâmi‘ah” yang artinya "Salat jemaah akan segera didirikan".
3. Membaca niat salat Idulfitri
Sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, salat Idulfitri juga mesti didahului dengan niat sebagai berikut:
أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًاإِمَامًا) لِلهِ تَعَــــالَى
Bacaan latinnya: "Ushallii sunnatan lii'idil fitri rak'ataini [imaaman / makmuuman] lillahi ta'aala"
Artinya: “Aku berniat salat sunnah Idul Fitri dua rakaat [menjadi makmum atau imam] karena Allah ta’ala”
4. Membaca takbiratul ihram (الله أكبر/Allahu Akbar) sambil mengangkat kedua tangan.
5. Tujuh takbir pada rakaat pertama
Pada rakaat pertama salat Idulfitri, setelah membaca doa iftitah, dilanjutkan dengan membaca takbir lagi sebanyak tujuh kali. Takbir sebanyak tujuh kali tersebut diucapkan sambil mengangkat tangan.
Di sela-sela setiap dari tujuh takbir itu dianjurkan membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Bacaan latinnya: "Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar"
Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Maha Besar.”
6. Membaca Surah Al-Fatihah
Setelah takbir tujuh kali, kemudian membaca surah Al-Fatihah sebagai rukun salat. Setelah itu, disunahkan membaca surah Al-A'la.
7. Kemudian dilanjutkan dengan rukuk, iktidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua, seperti salat biasa. Lalu, berdiri kembali untuk melaksanakan rakaat kedua.
8. Lima takbir pada rakaat kedua
Selepas berdiri lagi pada rakaat kedua, membaca takbir lagi sebanyak lima kali sambil mengangkat tangan seperti sebelumnya. Kelima takbir itu di luar takbir saat berdiri pada rakaat kedua (takbir qiyam). Di sela-sela setiap dari lima takbir itu dianjurkan membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Bacaan latinnya: "Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar."
Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Maha Besar.”
9. Setelah lima takbir, membaca surah Al-Fatihah, dan kemudian disunahkan membaca surah Al-Ghasyiyah.
10. Kemudian dilanjutkan dengan rukuk, Iktidal, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kedua, duduk tasyahud akhir dan salam.
11. Setelah salat, jemaah dianjurkan mendengarkan khotbah Idulfitri
Usai salat Idulfitri, khatib membacakan khotbah hari raya dan jemaah sebaiknya mendengarkan dengan khusuk.
2. Salat Iduladha
Salat Iduladha dilakukan pada Hari Raya Kurban 10 Zulhijjah setiap tahunnya. Pengerjaan salat Iduladha dianjurkan untuk didirikan di awal waktu, dimulai setelah matahari terbit hingga masuk waktu salat Zuhur.
Tidak seperti salat wajib, salat Iduladha tidak didahului azan dan iqamat. Niat dan takbir yang dilafalkan juga berbeda dari salat lima waktu. Jumlah rakaatnya sebanyak dua rakaat, serta terdapat khotbah usainya.
Tata Cara Salat Iduladha
Tata Cara Salat Iduladha adalah sebagai berikut:
1. Salat Iduladha diawali dengan pelafalan niat. Jika dilafalkan, bunyinya sebagai adalah:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًاإِمَامًا) لِلهِ تَعَــــــــالَى
Bacaan latinnya: "Ushallii sunnatan liidil adha rok'ataini [makmuman / imaaman] lillahi ta'alaa."
Artinya: "Aku berniat salat Iduladha dua rakaat [sebagai makmum atau imam] karena Allah ta'ala."
2. Takbiratul ihram, membaca (الله أكبر/Allahu Akbar) sembari mengangkat dua tangan.
3. Membaca doa iftitah
4. Takbir tujuh kali untuk rakaat pertama
Bunyi takbirnya dianjurkan membaca:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Bacaan latinnya: "Allahu akbar kabiiroo, walhamdulillahi katsiroo, wa subhanallahi bukrata wiashiilaa."
Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”
Atau boleh juga membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Bacaan latinnya: "Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallah wallahu akbar."
Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.”
5. Membaca surah Al-Fatihah
6. Membaca salah satu surah atau ayat dalam Alquran, dianjurkan untuk membaca surah Al-A'lâ.
7. Rukuk
8. Iktidal
9. Sujud pertama
10. Duduk di antara dua sujud
11. Sujud kedua
12. Duduk sejenak sebelum bangkit mengerjakan rakaat kedua
13. Takbir lima kali untuk rakaat kedua
14. Membaca surah Al-Fatihah
15. Membaca salah satu surah atau ayat dalam Alquran, dianjurkan untuk membaca surah Al-Ghâsyiyah.
16. Rukuk
17. Iktidal
18. Sujud pertama
19. Duduk di antara dua sujud
20. Sujud kedua
21. Duduk tasyahud akhir
22. Salam
Selepas salat, jemaah Iduladha sebaiknya tidak langsung pulang. Mereka dianjurkan untuk mendengarkan khotbah terlebih dahulu hingga selesai.
3. Salat Istiska
Salat Istiska dilakukan untuk meminta turunnya hujan. Lazimnya, ia dikerjakan pada saat musim kemarau. Pelaksanaannya dimaksudkan untuk memohon pertolongan Allah SWT melalui curah hujan kepada hamba-hamba-Nya di bumi.
Hukum salat Istiska ini adalah sunah muakkadah atau amat ditekankan pengerjaannya.
Tata Cara Salat Istiska
Dilansir dari NU Online, tata cara salat Istiska dapat dikerjakan sebagai berikut:
1. Salat dua rakaat, dengan ketentuan
- Sebelum takbiratul ihram membaca niat salat Istiska:
Bacaan latinnya: "Ushallī sunnatal istisqā’i rak‘ataini [imaaman/ma’mūman] lillāhi ta‘ālā".
Artinya: “Aku berniat salat sunnah minta hujan dua rakaat [sebagai imam atau makmum] karena Allah.”
- Rakaat pertama takbir tujuh kali sebelum membaca Surah Al-Fatihah, dilanjutkan dengan rukuk, sujud, duduk di antara sujud, dan sujud kedua seperti salat sunah lain.
- Rakaat kedua takbir lima kali sebelum membaca Surah Al-Fatihah, dilanjutkan dengan rukuk, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kedua, dan salam.
- Sebelum khotbah pertama, khatib membaca istighfar sembilan kali.
- Sebelum khotbah kedua, khatib membaca istighfar tujuh kali.
- Pada saat sepertiga khotbah kedua, khatib menghadap kiblat lalu berdoa dengan lantang dengan doa sebagai berikut:
Allāhummasqināl ghaitsa, wa lā taj‘alnā minal qānithīn.
Allāhumma inna bil ‘ibādi wal bilādi wal bahā’imi wal khalqi minal balā’i wal juhdi wad dhanki mā lā nasykū illā ilaika.
Allāhumma anbit lanaz zar‘a, wa adirra lanad dhar‘a, wasqinā min barakātis samā’i, wa anbit lanā min barakātil ardhi.
Allāhummarfa‘ ‘annal jahda wal jū‘a wal ‘urā, waksyif ‘annal balā’a mā lā yaksyifuhū ghairuka.
Allāhumma innā nastaghfiruka, innaka kunta ghaffārā, fa arsilis samā’a ‘alainā midrārā.
Artinya:
Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah, menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi.
Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami orang yang putus harapan.
Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, dan segenap makhluk lainnya mengalami bencana, paceklik, dan kesempitan, kami tidak mengadu selain kepada-Mu.
Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu ternak kami, turunkan pada kami air hujan karena berkah langit-Mu, dan tumbuhkan tanaman kami dari berkah bumi-Mu.
Ya Allah, angkatlah kesusahan paceklik, kelaparan, ketandusan dari bahu kami. Hilangkan dari kami bencana yang hanya dapat diatasi oleh-Mu.
Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu, karena Kau Maha Pengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-Mu.
Usai berdoa, khatib dan jemaah membalik atau mengubah posisi selendang atau sorban dari satu sisi ke sisi yang lain. Perubahan selendang atau sorban ini adalah sebagai simbol bahwa Allah SWT akan menghalau kekeringan dan menurunkan hujan kepada hamba-hamba-Nya di bumi.
4. Salat Kusuf atau Salat Gerhana
Salat Kusuf atau salat gerhana ini terbagi menjadi dua, yaitu ketika terjadi gerhana matahari dan gerhana bulan.
Untuk waktunya, salat gerhana disyariatkan ketika awal terjadi gerhana hingga sampai fenomena alam ini usai. Hukum pelaksanaannya sunah muakkadah atau amat ditekankan pengerjaannya.
Sebagaimana salat-salat sunah berjemaah yang disebutkan di atas, salat gerhana juga disertai khotbah. Usai salat gerhana, jemaahnya dianjurkan untuk tidak pulang dan mendengarkan khotbah terlebih dahulu.
Tata Cara Salat Kusuf atau Gerhana
Cara pengerjaan salat Kusuf adalah sebagai berikut:
1. Memulai berniat salat Kusuf. Jika gerhana matahari, lafal niatnya adalah sebagai berikut:
صَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
Bacaan latinnya: "Ushalli sunnatan-likhusuufi-syamsi imaaman/makmuman lillali ta'ala"
Artinya: "Saya niat salat sunah Kusuf gerhana matahari dua rakaat [sebagai makmum atau imam] karena Allah taala”
Jika gerhana bulan, niat salat Kusufnya adalah sebagai berikut:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
Bacaan latinnya: "Ushalli sunnatan-likhusuufil qomari imaaman/makmuman lillali ta'ala".
Artinya: "Saya berniat mengerjakan salat sunah gerhana bulan sebagai [imam atau makmum] karena Allah semata".
2. Membaca takbiratul ihram (الله أكبر/Allahu Akbar) dan doa iftitah, kemudian imam/makmum membaca surah Al-Fatihah dan dilanjutkan membaca surah Alqur’an.
3. Melakukan rukuk dan membaca tasbih.
4. Iktidal, kemudian tangan bersedekap di dada dan membaca surah Al-Fatihah serta surah Alquran yang lain.
5. Kembali rukuk dan membaca tasbih.
6. Iktidal.
7. Melanjutkan sujud seperti biasa namun agak panjang dengan membaca doa-doa.
8. Duduk di antara dua sujud.
9. Sujud yang kedua lebih dipanjangkan.
10. Berdiri rakaat yang kedua, pada sujud terakhir rakaat kedua dianjurkan untuk memperbanyak istigfar dan membaca tasbih.
11. Diakhiri dengan salam, kemudian khatib menyampaikan khotbah terkait dengan gerhana matahari atau bulan.
Usai salat gerhana, jemaah dianjurkan mendengarkan khotbah salat gerhana. Lazimnya, isi khotbahnya adalah anjuran untuk berzikir, berdoa, beristighfar, sedekah, dan mengerjakan amal kebaikan lain.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno