Menuju konten utama

Dalil-Dalil tentang Ibadah Haji di Ayat-Ayat Al Quran dan Hadis

Dalil tentang ibadah haji terdapat banyak di ayat-ayat Al Quran dan hadis. Berikut selengkapnya.

Dalil-Dalil tentang Ibadah Haji di Ayat-Ayat Al Quran dan Hadis
Seorang jamaah calon haji berdoa saat mengikuti prosesi puncak haji di Mekkah, Arab Saudi, Jumat (8/7/2022). Jutaan umat muslim berkumpul di Padang Arafah untuk mengikuti prosesi haji 1443 H/2022 M yang memasuki fase puncak pada Jumat (8/7). ANTARA FOTO/Handout/Saudi Press Agency/pras/nym.

tirto.id - Dalil tentang ibadah haji terdapat banyak di ayat-ayat Al Quran dan hadis. Haji memiliki hukum fardhu 'ain bagi muslim yang wajib mengadakan perjalanan ke Baitullah.

Pada hakikatnya, setiap terkena muslim terikat kewajiban untuk melaksanakan haji. Apalagi, ibadah ini menjadi bagian dari rukun Islam. Haji hanya perlu dilakukan setidaknya sekali seumur hidup.

Mengutip laman NU, hukum wajib haji memiliki pengecualian. Hukum berhaji harus dijalankan oleh setiap muslim yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah di Mekkah. Sementara bagi yang tidak mampu dikecualikan dalam kewajiban ini, meski tetap berikhtiar mengusahakannya merupakan suatu keutamaan.

Ibadah haji memang memerlukan persiapan materi dan fisik. Bagi muslim yang tinggal di Arab Saudi Mungkin dengan mudah bisa mengusahakan berhaji. Tapi, bagi muslim yang tinggal amat jauh dari Baitullah di Mekkah akan sangat terasa biaya yang perlu dipersiapkan.

Allah pun tidak memberikan ujian bagi seorang hamba melebihi kemampuannya. Bagi yang belum mampu, diberikan keringanan untuk tidak melaksanakannya. Allah berfirman, "Allah tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya." (QS Al Baqarah: 286).

Dalil tentang ibadah haji dalam Al Quran

1. Perintah Berhaji di Surat Ali Imran ayat 97

Allah subhanahu wa ta'ala telah memerintahkan haji dalam surah Ali Imran ayat 97. Di sana ditegaskan bahwa orang yang mampu berhaji tapi justru mengingkari kewajiban ini, maka peringatan dari Allah telah menanti. Allah berfirman:

فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Fīhi āyātum bayyinātum maqāmu ibrāhīm(a), wa man dakhalahū kāna āminā(n), wa lillāhi ‘alan-nāsi ḥijjul-baiti manistaṭā‘a ilaihi sabīlā(n), wa man kafara fa innallāha ganiyyun ‘anil-‘ālamīn(a)

"Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam." (QS Ali Imran: 97).

2. Dalil ibadah haji di surah Al Baqarah ayat 196

Tidak hanya itu, Allah juga berfirman mengenai beberapa keadaan saat berhaji. Hal itu ditemukan dalam surah Al Baqarah ayat 196. Di situ salah satunya Allah mengingatkan mengenai ketentuan pembayaran dam saat mengerjakan umrah sebelum selesai berhaji.

وَاَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّٰهِ ۗ فَاِنْ اُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ وَلَا تَحْلِقُوْا رُءُوْسَكُمْ حَتّٰى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهٗ ۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ بِهٖٓ اَذًى مِّنْ رَّأْسِهٖ فَفِدْيَةٌ مِّنْ صِيَامٍ اَوْ صَدَقَةٍ اَوْ نُسُكٍ ۚ فَاِذَآ اَمِنْتُمْ ۗ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ اِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ فِى الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ اِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗذٰلِكَ لِمَنْ لَّمْ يَكُنْ اَهْلُهٗ حَاضِرِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

Wa atimmul-ḥajja wal-‘umrata lillāh(i), fa'in uḥṣirtum famastaisara minal-hady(i), wa lā taḥliqū ru'ūsakum ḥattā yablugal-hadyu maḥillah(ū), faman kāna minkum marīḍan au bihī ażam mir ra'sihī fafidyatum min ṣiyāmin au ṣadaqatin au nusuk(in), fa'iżā amintum, faman tamatta‘a bil-‘umrati ilal-ḥajji famastaisara minal-hady(i), famal lam yajid faṣiyāmu ṡalāṡati ayyāmin fil-ḥajji wa sab‘atin iżā raja‘tum, tilka ‘asyaratun kāmilah(tun), żālika limal lam yakun ahluhū ḥāḍiril-masjidil-ḥarām(i), wattaqullāha wa‘lamū annallāha syadīdul-‘iqāb(i).

“Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Akan tetapi, jika kamu terkepung (oleh musuh), (sembelihlah) hadyu yang mudah didapat dan jangan mencukur (rambut) kepalamu sebelum hadyu sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepala (lalu dia bercukur), dia wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah, atau berkurban. Apabila kamu dalam keadaan aman, siapa yang mengerjakan umrah sebelum haji (tamatu’), dia (wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Akan tetapi, jika tidak mendapatkannya, dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (masa) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itulah sepuluh hari yang sempurna. Ketentuan itu berlaku bagi orang yang keluarganya tidak menetap di sekitar Masjidil Haram. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Keras hukuman-Nya.” (QS Al Baqarah: 196)

3. Dalil Haji di QS Al Hajj:27

Dalil selanjutnya ditemukan di dalam surah Al Hajj. Pada ayat ke 27 Allah memberikan mandat kepada Nabi ibrahim agar menyeru umatnya mengerjakan ibadah haji sekali pun dengan berhaji atau mengendarai unta kurus. Allah berfirman:

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ

Wa ażżin fin-nāsi bil-ḥajji ya'tūka rijālaw wa ‘alā kulli ḍāmiriy ya'tīna min kulli fajjin ‘amīq(in)

"Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh." (QS Al Hajj:27).

Dalil haji dari hadis

Perintah berhaji ditemukan pula dalam hadis. Bahkan, salah satu hadis sampai mencapai derajat mutawatir mengenai kewajiban haji. Dengan demikian, muatan hadis tentang haji telah dipastikan memiliki hukum wajib.

Sebuah hadis dari Ibnu ‘Umar, menjelaskan bahwa haji bagian dari rukun Islam. Hal tersebut menjadi petunjuk wajibnya haji. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ

“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)

Di sisi lain, sebuah hadis yang mencepai derajat mutawatir karena memiliki jalur periwatan sangat banyak menjelaskan, Nabi Muhammad menyatakan haji adalah ibadah wajib namun pelaksanaannya tidaklah rutin setiap tahun. Abu Hurairah berkata,

« أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوا ». فَقَالَ رَجُلٌ أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلاَثًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah di tengah-tengah kami. Beliau bersabda, 'Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan haji bagi kalian, maka berhajilah.' Lantas ada yang bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah setiap tahun (kami mesti berhaji)?' Beliau lantas diam, sampai orang tadi bertanya hingga tiga kali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, 'Seandainya aku mengatakan ‘iya’, maka tentu haji akan diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu kalian sanggup.'” (HR. Muslim no. 1337).

Baca juga artikel terkait DALIL atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yulaika Ramadhani