tirto.id - Makanan yang mengandung zat aditif bisa jadi lebih dekat dengan keseharian kita, mulai dari camilan manis hingga minuman favorit.
Meski zat aditif berperan penting dalam menjaga kualitas, rasa, dan daya tahan makanan yang kita konsumsi, mengkonsumsi secara berlebihan dan terus menerus memiliki dampak kesehatan yang perlu diperhatikan.
Lantas, apa saja dampaknya?
Sebelum membahas tentang dampak zat aditif bagi kesehatan, Anda perlu memahami apa itu zat aditif terlebih dahulu.
Zat aditif adalah bahan tambahan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas makanan, baik dari segi rasa, warna, tekstur, maupun daya simpan.
Sebagian besar zat aditif pada makanan tercantum pada label produk, bersama dengan bahan-bahan lain, dalam urutan menurun berdasarkan berat.
Informasi ini diatur oleh peraturan keamanan pangan untuk memastikan konsumen dapat mengetahui kandungan setiap produk yang dikonsumsi.
Dengan membaca label, konsumen dapat mengidentifikasi jenis zat aditif tertentu seperti pewarna, pengawet, atau pemanis buatan, dan mengevaluasi kesesuaiannya dengan kesehatan masing-masing.
Disamping itu, zat aditif sendiri memiliki berbagai kegunaan penting dalam makanan. Zat aditif berfungsi untuk memperpanjang umur simpan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak produk.
Zat aditif juga digunakan untuk meningkatkan rasa dan aroma makanan, seperti penambahan penyedap rasa pada camilan atau minuman.
Selain itu, zat aditif sangat berperan dalam meningkatkan penampilan makanan dengan pewarna yang membuatnya lebih menarik.
Jenis-Jenis Zat Aditif dalam MakananMonosodium glutamat (MSG). Foto/iStock
Memahami jenis zat aditif yang aman bagi tubuh menjadi salah satu upaya untuk menjaga kesehatan dalam jangka panjang.
Menurut Mayo Clinic, zat aditif terdiri dari dua kategori yaitu zat aditif alami dan zat aditif sintetis.
Zat aditif alami berasal dari bahan-bahan yang ditemukan di alam tanpa melalui proses kimia kompleks seperti garam, rempah-rempah, dan cuka.
Sedangkan zat aditif sintetis diproduksi secara kimia untuk meningkatkan fungsi alami seperti pengawet, pewarna, MSG, dan pemanis buatan.
Zat aditif pada makanan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan fungsi utamanya. Berikut ini adalah jenis zat aditif pada makanan beserta contoh dan fungsinya:
1. Pengawet
Pengawet digunakan untuk memperpanjang umur simpan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri, jamur, atau ragi.Contoh pengawet sintetis adalah natrium benzoat yang sering digunakan dalam minuman ringan, dan kalium sorbat yang terdapat dalam produk roti.
Sedangkan garam, cuka, dan gula merupakan pengawet alami yang kerap digunakan dalam pengawetan daging, acar, dan selai.
Pengawet membantu menjaga keamanan dan kualitas makanan lebih lama. Menurut FDA, pengawet merupakan salah satu jenis zat aditif yang paling umum digunakan di industri pangan.
2. Pewarna
Pewarna makanan bertujuan untuk meningkatkan atau mengembalikan warna makanan agar lebih menarik secara visual.Pewarna alami seperti beta-karoten ditemukan dalam wortel, sementara pewarna sintetis seperti tartrazin (kuning) sering digunakan dalam permen dan minuman ringan.
Pewarna ini memberikan daya tarik estetika sekaligus membantu membedakan produk di pasar.
3. Pemanis
Pemanis memberikan rasa manis pada makanan dan minuman, baik dari bahan alami seperti madu dan stevia, maupun sintetis seperti aspartam dan sukralosa.Pemanis sintetis sering digunakan pada produk rendah kalori untuk menggantikan gula tanpa meningkatkan jumlah kalori, sehingga bermanfaat bagi mereka yang sedang mengontrol berat badan.
4. Penyedap Rasa dan Aroma
Sedangkan rempah-rempah seperti kayu manis dan pala atau vanilin dari ekstrak vanila merupakan zat aditif alami yang memberikan aroma khas pada produk seperti kue dan es krim.
Menurut Mayo Clinic, penyedap rasa membantu meningkatkan pengalaman konsumen terhadap makanan.
5. Pengental dan Penstabil
Zat pengental dan penstabil berfungsi untuk memperbaiki tekstur dan konsistensi makanan. Contohnya adalah pektin dan gelatin merupakan jenis zat aditif alami yang digunakan dalam selai untuk memberikan kekentalan.
Sementara pengental dan penstabil sintetis seperti guar gum kerap digunakan dalam pembuatan es krim agar tetap halus dan tidak berbutir. Kedua jenis zat aditif ini dapat menjaga kualitas produk selama masa penyimpanan.
6. Antioksidan
Antioksidan mencegah oksidasi yang dapat menyebabkan kerusakan makanan, seperti perubahan warna, bau, atau rasa.
Contoh jenis zat aditif alami adalah asam askorbat (vitamin C) dan tokoferol (vitamin E). Antioksidan ini sering digunakan dalam makanan kemasan untuk mempertahankan kesegarannya.
Sedangkan Butylated Hydroxyanisole (BHA), Butylated Hydroxytoluene (BHT) merupakan jenis zat aditif sintetis.
WebMD menyebutkan bahwa antioksidan juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh.
7. Pengemulsi
Pengemulsi membantu mencampur bahan yang biasanya sulit bercampur, seperti minyak dan air.
Contoh pengemulsi alami adalah lesitin yang diperoleh dari kuning telur, digunakan dalam pembuatan kue, cokelat dan saus.
Sementara monogliserida dan digliserida yang tergolong jenis zat aditif sintetis, sering ditemukan dalam margarin. Pengemulsi memberikan tekstur yang seragam dan stabil.
8. Pengatur Keasaman
Jenis zat aditif ini mengatur atau menstabilkan tingkat keasaman makanan, yang penting untuk rasa dan daya tahan produk.
Asam sitrat yang berasal dari buah jeruk atau asam tartarat dari buah anggur, sering digunakan dalam minuman untuk memberikan rasa segar.
Sementara natrium bikarbonat (baking soda), merupakan jenis zat aditif sintetis yang kerap digunakan dalam pembuatan kue untuk membantu adonan mengembang.
9. Antikempal
Antikempal mencegah bahan bubuk seperti garam, gula bubuk, atau susu bubuk dari penggumpalan.
Contoh jenis zat aditif sintetisnya adalah kalsium silikat dan magnesium karbonat. Dengan antikempal, produk tetap mudah digunakan dan terjaga kualitasnya.
10. Peningkat Tekstur
Zat aditif ini digunakan untuk memperbaiki struktur atau kepadatan makanan, seperti pada roti, daging olahan, atau produk kue.
Contoh jenis zat aditif alami adalah gluten pada tepung terigu, yang memberikan elastisitas pada adonan roti, serta agar-agar yang berasal dari ganggang laut dan sering digunakan sebagai pengental atau pembentuk gel dalam berbagai makanan.
Sementara itu, karagenan, yang juga diekstraksi dari ganggang laut, biasanya digunakan sebagai aditif sintetis alami untuk memberikan tekstur lembut pada produk daging olahan dan makanan lainnya.
Makanan yang Mengandung Zat Aditif
Tanpa disadari, banyak makanan di sekitar kita yang mengandung zat aditif, baik alami maupun sintetis.
Menurut FDA, zat aditif dalam makanan, baik alami maupun sintetis, digunakan secara luas dalam produk makanan untuk menjaga rasa, tekstur, keamanan, dan daya tahan produk.
Berikut ini beberapa contoh makanan yang mengandung zat aditif didalamnya:
1. Makanan Olahan (Sosis, Bakso, Nugget)
Banyak produk olahan daging seperti sosis, bakso, dan nugget mengandung pengawet dan penyedap rasa seperti natrium nitrit dan monosodium glutamat (MSG).
Pengawet ini membantu memperpanjang umur simpan dan mencegah pertumbuhan bakteri, sementara MSG digunakan untuk meningkatkan rasa gurih pada makanan.
2. Minuman Kemasan
Minuman kemasan, seperti jus buah siap minum, soda, dan minuman energi, sering mengandung pewarna sintetis, pemanis buatan (seperti aspartam), dan pengawet.
Pemanis buatan digunakan untuk memberikan rasa manis tanpa menambah kalori, sedangkan pengawet menjaga produk tetap aman dikonsumsi dalam jangka waktu lama.
3. Camilan Ringan (Keripik, Kue Kering)
Camilan ringan seperti keripik dan kue kering umumnya mengandung pewarna makanan, pengawet, dan pengemulsi.
Pewarna digunakan untuk memberikan warna yang menarik, pengawet memperpanjang usia simpan, dan pengemulsi menjaga bahan-bahan seperti minyak dan air tetap tercampur dengan baik, meningkatkan tekstur camilan.
4. Produk Susu (Es Krim, Yogurt, Susu UHT)
Es krim, yogurt, dan susu UHT sering mengandung pengental seperti guar gum dan pektin, serta pemanis buatan atau alami untuk meningkatkan rasa manis tanpa menambah kalori berlebih.
Pengawet juga digunakan untuk menjaga kesegaran produk susu agar tidak cepat rusak meskipun disimpan dalam waktu lama.
5. Makanan Kaleng (Sup Kaleng, Sayuran Kaleng)
Makanan kaleng seperti sup kaleng dan sayuran kaleng sering mengandung pengawet seperti asam sorbat dan natrium benzoat, yang mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan memperpanjang umur simpan produk.
Selain itu, beberapa makanan kaleng juga mengandung pengatur keasaman untuk menjaga rasa dan kualitas produk selama penyimpanan.
Dampak Konsumsi Zat Aditif pada Kesehatan
Meskipun zat aditif memiliki banyak manfaat dalam pengolahan makanan, mengkonsumsinya dalam jumlah besar atau jangka panjang dapat berisiko bagi kesehatan.
Mengkonsumsi zat aditif berlebihan juga dapat mengganggu keseimbangan tubuh dan berpotensi menimbulkan efek samping gangguan pencernaan, alergi, atau bahkan penyakit kronis.
Berikut ini beberapa dampak mengkonsumsi zat aditif pada kesehatan yang perlu Anda ketahui:
1. Alergi atau Reaksi Sensitif
Beberapa jenis zat aditif, seperti pewarna sintetis dan pengawet, dapat memicu reaksi alergi atau sensitivitas pada sebagian orang.Misalnya, tartrazin (pewarna kuning) dapat menyebabkan ruam kulit, gatal, atau pembengkakan pada individu yang sensitif terhadap bahan ini.
Dilansir dari Mayo Clinic, reaksi ini dapat bervariasi tergantung pada individu, tetapi bisa cukup parah pada orang yang memiliki riwayat alergi atau sensitivitas makanan tertentu.
2. Gangguan Pencernaan
Beberapa pengemulsi dan pengental, seperti karboksimetil selulosa (CMC) dan guar gum, dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti kembung, gas, atau diare pada sebagian orang.Terlalu banyak mengonsumsi jenis zat aditif ini, terutama dalam jumlah besar, dapat mengganggu keseimbangan mikrobiota usus dan mempengaruhi pencernaan.
3. Risiko Kanker
Beberapa zat aditif sintetis, seperti nitrat dan nitrit yang digunakan sebagai pengawet dalam produk daging olahan, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker, terutama kanker saluran pencernaan.Menurut Mayo Clinic, paparan jangka panjang terhadap nitrosamin, senyawa yang terbentuk saat nitrat dan nitrit terurai dalam tubuh, dapat meningkatkan risiko kanker.
4. Peningkatan Risiko Obesitas dan Diabetes
Pemanis buatan seperti aspartam, sakarin, dan sukralosa digunakan dalam produk rendah kalori atau bebas gula, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pemanis buatan dapat mempengaruhi metabolisme tubuh dan meningkatkan risiko obesitas serta diabetes tipe 2.Menurut WebMD, beberapa studi menyarankan bahwa penggunaan pemanis buatan dapat meningkatkan keinginan untuk makan manis, yang dapat memicu peningkatan berat badan.
5. Gangguan Perkembangan pada Anak
Beberapa jenis zat aditif, terutama pewarna makanan sintetis dan pengawet, dapat memengaruhi perkembangan neurologis pada anak-anak.Misalnya, konsumsi pewarna seperti tartrazin dan MSG telah dikaitkan dengan gangguan perhatian dan hiperaktif (ADHD) pada anak-anak.
Penelitian yang diterbitkan oleh Mayo Clinic menunjukkan bahwa konsumsi zat aditif dalam jumlah berlebihan dapat mempengaruhi perilaku dan kemampuan kognitif anak-anak.
6. Kecemasan dan Gangguan Mood
Jenis zat aditif seperti MSG (monosodium glutamat) sering dikaitkan dengan gejala yang dikenal sebagai "Chinese Restaurant Syndrome", yang mencakup sakit kepala, berkeringat, dan peningkatan kecemasan.
Beberapa penelitian juga mengaitkan konsumsi zat aditif dengan perubahan suasana hati dan kecemasan, terutama bagi individu yang sensitif terhadap zat-zat ini.
Menurut WebMD, meskipun dampak ini belum sepenuhnya dipahami, beberapa orang melaporkan bahwa mereka merasa cemas atau stres setelah mengonsumsi makanan dengan MSG.
Untuk mengurangi dampak zat aditif yang berisiko bagi kesehatan, langkah pertama yang dapat diambil adalah dengan memilih makanan segar dan alami, seperti buah-buahan, sayuran, dan produk olahan rumahan yang minim bahan tambahan.
Selain itu, penting untuk lebih teliti dalam membaca label produk, sehingga kita dapat mengidentifikasi jenis zat aditif yang terkandung dalam makanan yang dibeli.
Mengurangi konsumsi makanan olahan dan memprioritaskan makanan yang lebih sehat dapat membantu menjaga keseimbangan gizi dan mengurangi paparan terhadap zat aditif berbahaya.
Dengan cara ini, kita tidak hanya melindungi tubuh dari risiko kesehatan, tetapi juga mendukung gaya hidup yang lebih sehat dan alami.
Penulis: Robiatul Kamelia
Editor: Yulaika Ramadhani