Menuju konten utama

Rangkuman Bahan Kimia: Pembersih, Pemutih, Pestisida, & Zat Aditif

Umumnya bahan kimia yang ada di rumah dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik seperti pembersih, pemutih baju, hingga zat aditif makanan.

Rangkuman Bahan Kimia: Pembersih, Pemutih, Pestisida, & Zat Aditif
Ilustrasi parfum. foto/istockphoto

tirto.id - Berbagai jenis bahan kimia dapat ditemukan dengan mudah di sekitar kita. Bahan-bahan tersebut diciptakan untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia.

Bahkan hampir seluruh aktivitas manusia saat ini menggunakan bahan kimia atau campuran bahan kimia.

Merujuk pada bsd.pendidikan.id, umumnya bahan kimia yang ada di rumah dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik seperti pembersih, pemutih baju, pewangi baju, pestisida tanaman, zat aditif makanan, zat adiktif, juga zat psikotropika.

Infografik SC Pestisida

Infografik SC Pestisida. tirto.id/Quita

1. Bahan Pembersih

Pembersih yang digunakan sehari-hari adalah deterjen dan sabun. Deterjen dan sabun memudahkan lemak mudah bercampur dengan air. Jika sabun atau deterjen diberi tambahan air, maka ia akan melepas ion yang memiliki bagian hidrofilik (mengikat air) dan hidrofobik (mengikat lemak/minyak).

Saat baju kotor yang mengandung lemak dan kotoran diberi deterjen, maka ion hidrofobik masuk ke butiran minyak dan kotoran tersebut lalu melepaskannya dari serat kain dan melarutkannya. S

ementara ion hidrofilik akan bercampur dengan air dan membantu melarutkan kotoran pula.

Pilihlah deterjen dan sabun yang ramah lingkungan, serta mudah diuraikan oleh mikrorganisme (biodegradable) sehingga dalam proses daur ulang air, air akan aman dimanfaatkan kembali.

2. Pemutih Baju/Pakaian

Pemutih baju atau pakaian berfungsi menghilangkan noda pada pakaian yang berwarna putih atau cerah. Umumnya pemutih mengandung bahan aktif natrium hipoklorit (NaOCl) sekitar 5%. Selain itu, bahan tersebut juga dipakai sebagai desinfektan atau membunuh kuman dan bakteri.

3. Pewangi

Saat ini, aneka pewangi yang dipakai untuk mencuci pakaian maupun parfum sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, karena adanya kebiasaan untuk selalu terlihat bersih dan wangi.

Bahan pewangi bisa diambil dari sumber alami semisal kayu manis, kayu cendana, bunga-bunga, buah-buahan, dan sebagainya.

Bahan sintetis pun juga banyak dipakai untuk pewangi dalam kemasan. Campuran pewangi sintetis umumnya adalah alkohol atau tawas.

4. Pestisida

Pestisida adalah pemberantas hama tanaman seperti serangan serangga, jamur, bakteri, virus, tikus, bekicot, dan nematoda (cacing). Pestisida terdiri atas:

  • Insektisida: membasmi serangga (belalang, kepik, wereng, ulat).
  • Fungisida: memberantas dan mencegah pertumbuhan jamur atau cendawan pada tanaman.
  • Bakterisida: pestisida untuk memberantas bakteri atau virus.
  • Rodentisida: pestisida untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat, seperti tikus.
  • Nematisida: pestisida untuk membasmi hama tanaman jenis cacing (nematoda) yang menyerang akar tanaman.
  • Herbisida: pestisida membasmi tanaman pengganggu (gulma), seperti alang-alang dan rumput.

5. Zat aditif dalam Makanan

Zat aditif pada makanan boleh digunakan sebatas tidak mengurangi fungsi makanan bagi tubuh yakni mendapatkan energi, mengganti sel-sel yang rusak, juga mengatur proses dalam tubuh. Makanan sehat harus kaya vitamin, mineral dan zat gizi lainnya.

Gula dan garam termasuk jenis zat aditif atau zat tambahan yang dipakai untuk memperbaiki cita rasa makanan.

Selain itu ada zat warna yang dipakai untuk memperbaiki tampilan makanan. Juga beberapa bahan yang dipakai untuk memperkaya kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan lain-lain.

Bahan aditif harus berfungsi:

  • Memperbaiki kualitas atau gizi makanan
  • Membuat makanan tampak lebih menarik
  • Meningkatkan cita rasa makanan
  • Membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.

Berdasarkan fungsinya zat aditif dikelmpokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet dan penyedap rasa. Zat aditif dari sumber alami misalnya lesitin dan asam sitrat. Zat aditif dari sumber sintetik misalnya amil asetat dan asam askorbat.

a. Zat pewarna alami terbuat dari bahan seperti kunyit, daun pandan suji, cokelat, bunga telang, dan lain-lain. Sedangkan zat pewarna sintetis terbuat dari bahan kimia tertentu.

Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dibagi menjadi dye dan lake. Dye larut dalam air, sedang lake adalah gabungan dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu.

b. Zat pemanis berfungsi menambah rasa manis bagi makanan dan minuman. Yang alami memakai bahan dari tebu, aren, kelapa, madu, dan lain-lain.

Sedangkan pemanis sintetis terbuat dari bahan kimia buatan yang tidak dapat dicerna tubuh. Misalnya sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam dan dulsin.

c. Zat pengawet digunakan untuk menjaga agar makanan dan minuman tetap layak makan dalam waktu lama, dan melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur.

Zat pengawet yang alami bisa menggunakan gula (sukrosa) dan garam. Sedangkan zat pengawet sintetis contohnya adalah asam cuka, natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Ada pula garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat.

Formalin dan boraks adalah jenis pengawet yang tidak dianjurkan untuk bahan makanan sebab dapat mengganggu kesehatan.

d. Zat penyedap makanan dapat dibuat dari rempah-rempah alami seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan lain-lain.

Sedangkan, zat penyedap dari bahan sintetis misalnya adalah oktil asetat (aroma jeruk), etil butirat (aroma nanas), amil asetat (aroma pisang), amil valerat (aroma apel), dan lainnya. Monosodium glutamat (MSG) adalah penyedap makanan yang paling populer.

6. Zat Adiktif dan Psikotropika

A. Zat Adiktif

Zat adiktif dapat membuat pemakai mengalami ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang panjang (drug dependence). Misalnya narkotika baik yang alami maupun sintetik dan semisintetik.

Zat tersebut dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Zat adiktif dibagi menjadi 3 yaitu:

  1. Golongan I: narkotika untuk tujuan ilmu pengetahuan. Berpotensi tinggi memicu sindrom ketergantungan.
  2. Golongan II: narkotika untuk pengobatan atau ilmu pengetahuan. Potensi kuat untuk memicu sindrom ketergantungan.
  3. Golongan III: narkotika untuk pengobatan dan terapi. Berpotensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.

Berikut ini adalah contoh zat adiktif:

  • Ganja/mariyuana adalah zat adiktif dari golongan kanabionoid. Terbuat dari berbagai bagian tumbuhan mariyuana (cannabis sativa) kering.
  • Opium adalah narkotika golongan opioida. Dikenal juga dengan nama candu, morfin, heroin, dan putau. Terbuat dari getah buah mentah Pavaper sommiverum yang mengandung 20 macam senyawa.
  • Morfin terbuat dari getah buah. Pertama kali ditemukan pada 1905 oleh Friedrich Seturner dipakai sebagai penghilang rasa sakit saat luka pada tentara.
  • Heroin adalah hasil sintesis dari senyawa morfin, dan dikenal sebagai putau. Kodein juga hasil sintesis dari morfin, dipakai dalam pengobatan batuk dan nyeri.
  • Kokain didapat dari ekstraksi daun tanaman koka (Erythroxylum coca). Bisa dipakai sebagai obat bius (anaestetik).
  • Sedativa dan hipnotika (penenang/obat tidur).
  • Nikotin dari tanaman tembakau.
  • Alkohol dari proses peragian (fermentasi) bahan semisal beras ketan, singkong, dan perasan anggur.

B. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, bukan narkotika dan berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Bisa menyebabkan ketergantungan.

Berikut ini adalah golongan obat-obatan psikotropika:

  1. Golongan I: psikotropika untuk tujuan ilmu pengetahuan.
  2. Golongan II: psikotropika yang berkhasiat sebagai obat dan dapat digunakan dalam terapi dan tujuan ilmu pengetahuan.
  3. Golongan III: psikotropika untuk obat dan terapi juga tujuan ilmu pengetahuan.
  4. Golongan IV: psikotropika berkhasiat obat dan sangat luas digunakan dalam terapi dan tujuan ilmu pengetahuan.

Baca juga artikel terkait BIOLOGI atau tulisan lainnya dari Cicik Novita

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Maria Ulfa