tirto.id - Zat aditif dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari, terlebih yang ada pada makanan. Lantas, apa saja jenis dan fungsi zat aditif pada makanan? Seberapa aman bagi kesehatan manusia?
Dikutip dari riset Johnly Alfreds Rorong dan Wiesje Fenny Wilar bertajuk "Studi tentang Aplikasi Zat Aditif pada Makanan yang beredar di Pasaran Kota Manado" dalam Techno Science Journal(2019), zat aditif pada makanan adalah zat kimia yang ditambahkan ke produk makanan.
Zat aditif digunakan untuk menjaga agar makanan tetap segar. Selain itu, zat aditif juga dapat meningkatkan warna, aroma, dan tekstur makanan. Pemakaian zat aditif makanan harus selalu dikontrol karena penggunaan yang berlebih dapat merugikan kesehatan.
Kategori Zat Aditif pada Makanan
Bahan tambahan atau zat aditif pada makanan yang paling umum digunakan dikelompokkan menjadi dua kategori:
- Antioksidan dan bahan pengawet; untuk mencegah degradasi makanan dan menjaga kesegarannya. Antioksidan menghambat efek oksigen pada makanan (oksidasi), termasuk aroma dan hilangnya warna.
- Zat Adiktif yang mengubah tekstur dan meningkatkan kualitas sensorik bahan makanan. Agen tekstur mempengaruhi rasa makanan, pengemulsi dan stabilisator menjaga struktur dan mencegah pemisahan bahan yang tidak bercampur, sementara zat pengental meningkatkan viskositas.
Fungsi Zat Aditif pada Makanan
Zat aditif pada makanan memiliki beberapa fungsi, di antaranya adalah:
- Menjaga komposisi nutrisi makanan dan tetap aman untuk dimakan.
- Membuat makanan terlihat atau terasa lebih enak.
- Memperpanjang umur simpan dan penyimpanan produk makanan.
- Memperbaiki komposisi nutrisi suatu produk, misalnya meningkatkan kandungan vitamin dengan menambahkan asam askorbat.
- Membantu dalam pemrosesan dan pembuatan, misalnya pengemulsi untuk membantu mencampur bahan-bahan.
Food and Drug Administration
atau FDA (otoritas makanan dan obat-obatan) di Amerika Serikat, mengevaluasi keamanan aditif makanan dan menentukan bagaimana dapat digunakan dalam pasokan makanan.Jika zat aditif disetujui, FDA mengeluarkan peraturan mencakup jenis makanan yang dapat digunakan, jumlah maksimum yang akan digunakan, dan bagaimana harus diidentifikasi pada label makanan.
Contoh Jenis Zat Aditif pada Makanan
Dilansir Healthline, beberapa zat adiktif yang aman dan dapat dikonsumsi dengan risiko minimal adalah sebagai berikut:
1. Monosodium Glutamat (MSG)
Adalah zat aditif makanan yang umum digunakan untuk mengintensifkan dan meningkatkan cita rasa hidangan gurih, seperti makan malam beku, camilan asin, dan sup kalengan. MSG juga sering ditambahkan ke makanan di restoran dan tempat makanan cepat saji.
Zat aditif ini kemungkinan hanya memiliki sedikit atau tidak berpengaruh pada kesehatan otak manusia karena tidak dapat menembus sawar darah-otak (2Trusted Source).
MSG digunakan untuk meningkatkan cita rasa banyak makanan olahan. Beberapa orang mungkin memiliki kepekaan terhadap MSG, tetapi aman bagi kebanyakan orang jika digunakan dalam jumlah sedang.
2. Pewarna Makanan Buatan
Digunakan untuk mencerahkan dan meningkatkan penampilan segala sesuatu mulai dari permen hingga bumbu. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak kekhawatiran tentang potensi efek kesehatan.
Pewarna makanan khusus telah dikaitkan dengan reaksi alergi pada beberapa orang. Namun, beberapa percobaan pada hewan telah menemukan bahwa pewarna makanan lain tidak terkait dengan efek penyebab kanker.
3. Xanthan Gum
Xanthan Gum (sejenis permen karet) adalah bahan tambahan umum yang digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan berbagai jenis makanan seperti saus salad, sup, sirup, dan jenis saus lainnya.
Xanthan Gum Kadang juga digunakan dalam resep bebas gluten untuk membantu meningkatkan tekstur makanan. Xanthan Gum dikaitkan dengan beberapa manfaat kesehatan.
Satu studi menemukan bahwa mengonsumsi nasi dengan tambahan Xanthan Gum menghasilkan kadar gula darah yang lebih rendah daripada mengonsumsi nasi tanpa itu.
Jika Anda mengalami gejala negatif setelah makan Xanthan Gum, sebaiknya kurangi asupan atau pertimbangkan untuk menghilangkannya dari diet Anda.
4. Ekstrak Ragi
Ekstrak ragi, juga disebut ekstrak ragi autolyzed atau ekstrak ragi terhidrolisis, ditambahkan ke makanan gurih tertentu, seperti keju, kecap, dan camilan asin untuk meningkatkan rasa.
Sama seperti MSG, mengonsumsi makanan dengan ekstrak ragi dapat menyebabkan gejala ringan seperti sakit kepala, mati rasa, dan bengkak pada orang yang sensitif terhadap efeknya.
Selain itu, ekstrak ragi relatif tinggi natrium, dengan sekitar 400 miligram di setiap sendok teh (8 gram). Mengurangi asupan natrium terbukti membantu menurunkan tekanan darah, terutama untuk penderita tekanan darah tinggi.
Jika Anda mengalami efek negatif, pertimbangkan untuk membatasi asupan makanan olahan dengan ekstrak ragi dan menambahkan lebih banyak makanan segar dan utuh ke dalam menu diet Anda.
5. Pemanis Buatan
Pemanis buatan digunakan dalam banyak makanan dan minuman diet untuk meningkatkan rasa manis sekaligus mengurangi kandungan kalori.
Jenis pemanis buatan yang umum digunakan antara lain: aspartam, sukralosa, sakarin, dan kalium acesulfame.
Studi menunjukkan bahwa pemanis buatan dapat membantu menurunkan berat badan dan membantu mengatur kadar gula darah.
Satu studi menemukan bahwa orang yang mengonsumsi suplemen yang mengandung pemanis buatan selama 10 minggu memiliki asupan kalori yang lebih rendah dan memperoleh lebih sedikit lemak tubuh dan berat badan daripada mereka yang mengonsumsi gula biasa.
Pemanis buatan umumnya dianggap aman bagi kebanyakan orang bila dikonsumsi dalam jumlah sedang. Namun, jika Anda mengalami efek samping negatif setelah menggunakan pemanis buatan, periksa label bahan dengan hati-hati dan batasi asupan Anda.
Penulis: Adi Pranata
Editor: Iswara N Raditya