tirto.id - Tidur setelah sahur mungkin sering dilakukan oleh banyak orang selama menjalani rutinitas di bulan puasa.
Tidak dipungkiri bahwa sulit menahan kantuk setelah bangun pada dini hari untuk keperluan sahur. Sayangnya, tindakan ini justru memicu dampak negatif bagi kondisi tubuh.
Dalam pandangan agama, tidur setelah sahur bukanlah hal yang disarankan. Melansir laman resmi Universitas Pakuan, alasan untuk tetap terjaga saat sahur karena waktu subuh merupakan turunnya rezeki.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibaad yang menyebutkan bahwa, "Tidur setelah subuh mencegah rezeki, karena waktu subuh adalah waktu mahluk mencari rezeki mereka dan waktu dibagikannya rezeki."
Selain itu disebutkan pula bahwa tidur setelah subuh adalah suatu hal yang makruh kecuali disertai dengan penyebab atau keperluan.
Sejalan dengan hal tersebut, tidur setelah sahur juga tidak disarankan dalam pandangan medis. Tidur setelah mengonsumsi makanan sering dikaitkan dengan masalah pencernaan serta gangguan metabolisme.
Berikut ini sejumlah dampak negatif dari tidur selepas sahur bagi tubuh.
Memicu gejala GERD
Dampak negatif yang banyak dialami orang terkait tidur setelah makan adalah munculnya gejala Gastro Esophageal Reflux Disease atau GERD.
MenurutMayo Clinic, GERD adalah kondisi ketika asam lambung merambat naik ke kerongkongan atau saluran penghubung antara mulut dan lambung.
Kondisi ini juga disebut dengan refluks asam, yang dapat mengakibatkan iritasi di lapisan esofagus. Makan setelah sahur memiliki efek yang sama, apalagi jika makanan yang dikonsumsi berlemak, asam, atau pedas.
Arifatuzzahro, Dokter Umum di RSI Harapan Anda Tegal, menyebutkan bahwa hal ini dapat terjadi karena tubuh tidak diberi kesempatan untuk mencerna makanan terlebih dahulu.
"Ini bisa mengakibatkan asam lambung naik serta penyakit GERD gejalanya lebih ke nyeri ulu hati dan tenggorokan terasa panas,” kata dr. Arifatuzzahro seperti yang dilansir NU Online.
Menyebabkan tubuh lelah setelah bangun tidur
Makanan yang dikonsumsi sebelum tidur menyebabkan metabolisme tubuh bekerja lebih kuat dibanding biasanya. Menurut Live Strong, hal ini mengakibatkan otak menjadi lebih aktif dan menyebabkan mimpi buruk.
Selain itu, beberapa jenis makanan yang dikonsumsi saat sahur dapat menyebabkan tubuh membuang lebih banyak cairan dibanding biasanya.
Hal ini menyebabkan tubuh terus bangun dalam jeda waktu tertentu untuk pergi ke toilet. Akibatnya, tubuh tidak dapat tidur dengan nyenyak dan bangun dalam kondisi lelah.
Merusak ritme tidur
Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, tidur selepas sahur bisa merusak ritme tidur. Saat bangun tidur dalam kondisi lelah, menyebabkan tubuh memaksa kembali tidur di luar jam kebiasaan, seperti siang atau sore hari.
Akibatnya, pada malam hari tubuh terjaga hingga larut karena tidur pada siang atau sore hari dalam jangka waktu lama.
Kemudian menyebabkan kesulitan untuk tetap terjaga setelah sahur dan mengulang tidur setelah makan. Kondisi ini dapat merusak ritme tidur normal, yang berujung pada gangguan tidur.
Meningkatkan risiko stroke
Menurut UF Health, makan setelah tidur dapat meningkatkan risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan gangguan metabolisme yang mengakibatkan meningkatnya gula darah serta kadar kolesterol dalam aliran darah. Maka dari itu penting untuk memberi tubuh waktu untuk mencerna makanan sebelum tidur.
Tidak ada waktu yang pasti untuk mencerna makanan, mengingat porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi setiap orang berbeda-beda. Namun, para ahli menyebutkan sekitar dua hingga tiga jam adalah jarak yang aman untuk memberikan ruang bagi tubuh untuk mencerna.
Meningkatkan penumpukan kalori
Para ahli percaya bahwa tidur setelah makan tidak menyebabkan obesitas secara langsung. Namun, apabila sering dilakukan dapat menyebabkan kebiasaan makan yang buruk, yaitu langsung tidur setelah makan.
Menurut Live Strong, kalori pada dasarnya akan dibakar dalam setiap kegiatan tubuh termasuk bernapas dan tidur.
Sayangnya, rata-rata orang tidak membakar kalori yang cukup sebagaimana yang dikonsumsi saat tidur. Terutama pada orang-orang yang tidak banyak menjalani aktivitas lain selama siang hari.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yandri Daniel Damaledo