tirto.id - Monosodium glutamate atau sering disebut dengan MSG merupakan penyedap rasa yang kerap digunakan pada berbagai olahan makanan. Bagi sebagian orang, MSG merupakan penyebab alergi yang menunjukkan gejala sakit kepala dan gatal-gatal.
Adanya reaksi gatal tersebut dibuktikan dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2016. Para ahli menemukan, sejumlah MSG bersifat genotoksik yang merusak sel dan materi genetik serta limfosit manusia, sejenis sel darah putih.
Sebelumnya pada tahun 2015, terdapat publikasi, mengonsumsi MSG berlebih dapat menyebabkan kerusakan ginjal pada hewan.
Sementara itu, penelitian lainnya pada hewan tahun 2014 menunjukkan, konsumsi MSG dapat menyebabkan perilaku seperti depresi akibat adanya perubahan pada serotonin, neurotransmitter di otak yang mempengaruhi suasana hati dan emosi.
Pada tahun yang sama, Clinical Nutrition Research merepresentasikan hubungan antara MSG dan reaksi alergi pada sebagian orang yang mengalami biduran kronis. Gejala yang dilaporkan antara lain kulit kesemutan, sakit kepala, dan sensasi terbakar di dada.
Mayo Clinic menuliskan, Food and Drug Administration (FDA) mengklasifikasikan MSG sebagai salah satu makanan yang secara umum aman meskipun penggunaannya tetap kontroversial.
Oleh karena itu, FDA pun menyarankan kepada para produsen makanan untuk mencantumkan MSG pada kemasan bila makanan diolah menggunakan bahan penyedap tersebut.
Beberapa gejala yang akan dialami oleh orang yang menderita alergi MSG antara lain sebagai berikut.
- Sakit kepala
- Mual
- Berkeringat
- Sesak napas
- Mati rasa
- Kesemutan
- Detak jantung cepat atau berdebar-debar
- Nyeri dada
- Lemah dan lemas
Andy Nish, MD., seorang dokter anak bersertifikat dan ahli imunologi alergi yang praktik di Gainesville, Ga., mengatakan, alergi dan sensitivitas adalah dua hal yang berbeda. Kedua reaksi tersebut dibedakan atas keterlibatan protein yang disebut IgE, antibodi yang bekerja dalam sistem alergi di imun tubuh.
Alergi, sebagaimana reaksi tubuh yang alergi pada serbuk dari atau rambut hewan peliharaan, direspons oleh protein IgE dalam sistem imun tubuh. Sementara itu, sensitivitas tubuh terhadap zat-zat luar tubuh tidak. Tanpa keterlibatan protein IgE tersebut, reaksi yang muncul pada tubuh tidak dapat disebut dengan alergi.
Cara Mengobati Alergi MSG
Penting untuk membedakan alergi dan sensitivitas karena perawatan untuk keduanya sangat berbeda. Reaksi alergi memiliki tahapan pengobatan yang telah banyak dilakukan mulai dari gejala, termasuk pemberian obat-obatan dan suntikan. Sementara itu, sensitivitas terhadap MSG belum memiliki tahapan perawatan yang pasti.
Glutamate yang merupakan bahan utama dalam MSG merupakan neurotransmitter, bahan kimia yang membawa pesan dalam sistem saraf.
Para ahli telah menyelidiki hubungan antara glutamate dalam sistem saraf dan gejala sensitivitas MSG tersebut. Akan tetapi, mereka belum menemukan jawabannya.
Untuk saat ini, Andy Nish mengatakan, sebaiknya orang menghindari konsumsi MSG bila mengganggu tubuh dan menimbulkan reaksi.
Ketika Anda mengetahui Anda memiliki sensitivitas terhadap MSG, langkah pertama yang harus dilakukan untuk mewaspadainya adalah dengan memeriksa kandungan setiap makanan olahan yang dikonsumsi. Katakan kepada pelayan Anda tidak menginginkan tambahan MSG di makanan bila Anda sedang makan di restoran.
Perawatan terbaik untuk alergi makanan adalah dengan menghindari makanan tersebut. Beberapa makanan yang memiliki protein tinggi juga mengandung MSG secara alami seperti daging, unggas, keju, dan ikan sebagaimana tertulis dalam Healthline.
Perbanyak makanan mentah termasuk buah-buahan, sayuran, dan daging organik.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Dipna Videlia Putsanra