Menuju konten utama
Khutbah Jumat Bulan Ramadhan

Contoh Teks Khutbah Jumat Akhir Ramadhan beserta Doanya

Khutbah Jumat akhir Ramadhan dapat berisi ajakan agar jemaah makin giat beribadah, termasuk demi menjemput lailatul qadar. Simak selengkapnya di sini.

Contoh Teks Khutbah Jumat Akhir Ramadhan beserta Doanya
Ilustrasi Khutbah Jumat. Khutbah Jumat akhir Ramadhan menjadi momentum tepat untuk mengingatkan dan mengajak jemaah agar banyak beribadah menyambut lailatul qadar. foto/istockphoto

tirto.id - Khutbah Jumat akhir Ramadan disampaikan pada pekan istimewa, yaitu masuk di dalam 10 hari penghujung bulan puasa. Keistimewaan hari-hari tersebut dapat menjadi materi teks khutbah Jumat.

Keistimewaan utama pada 10 hari terakhir Ramadhan yaitu datangnya lailatul qadar. Lailatul qadar adalah suatu malam yang jika hamba melakukan amalan salih akan mendapatkan pahala dengan keutamaan seperti ibadah selama 1000 bulan. Umat Islam dianjurkan memperbanyak ibadah pada malam tersebut.

Hanya saja, kehadiran lailatul qadar tidak bisa diprediksi tanggal tepatnya. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam hanya memberikan bocoran akan hadir pada tanggal ganjil di 10 hari ujung Ramadhan. Oleh sebab itu, khutbah Jumat terakhir Ramadhan diharapkan dapat memotivasi jemaah agar bersemangat menghidupkan malam-malam tersebut dengan berbagai ibadah.

Materi Khutbah Jumat Terakhir Ramadhan

Berikut contoh teks khutbah Jumat untuk pekan terakhir Ramadhan selengkapnya:

1. Khutbah pertama

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ القَوِيْمِ وَدَعَا إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Innal hamda lillahi nahmaduhu wa nasta'inuhu wa nastaghfiruhu wa na'udhu billahi min shururi anfusina wa sayyi'ati a'malina. Man yahdihillahu falaa mudillalaahu wa man yudlil falaa haadiya lah. Wa ashadu anna ilaaha illallah, wahdahu laa shareeka lah, wa ashadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluhu, salla Allahu 'alayhi wa 'alaa aalihi wa ashabihi wa man tabi'ah bi ihsanin ila yawmiddin. Allahumma 'allimna ma yanfa'una wa anfa'na bi ma 'allamtana wa zidna 'ilma wa arina al-haqq haqqan wa rzuqna ittiba'ahu wa arina al-batila batilan wa rzuqna ijtinabahu. Amma ba’du.

Ma’asyiral muslimin, jemaah yang dirahmati Allah...

Pada khutbah Jumat kali ini, kami wasiatkan pada diri kami pribadi dan jemaah sekalian untuk senantiasa memegang teguh keimanan dan ketakwaan sampai akhir hayat. Iman dan takwa menjadi modal kita menggapai rida Allah untuk kebaikan hidup di dunia dan akhirat.

Segala puji dan syukur mari senantiasa kita panjatkan hanya untuk Allah subhanahu wa ta’ala, Tuhan semesta alam yang paling berhak diibadahi. Dari Allah, kita semua mendapatkan limpahan nikmat dan rezeki dengan segala bentuknya. Contohnya, kita diberikan nikmat iman, Islam, kesehatan, hingga kesempatan untuk bertemu dan beribadah di bulan Ramadhan.

Atas izin Allah, kita sekarang telah memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Artinya, kita sedang berada di waktu utama bulan penuh berkah. Di waktu inilah waktunya kita untuk semakin menunjukkan ketaatan kita melalui berbagai ibadah.

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan penjelasan dan teladan tentang cara memperlakukan akhir Ramadhan. Beliau sangat bersungguh-sungguh di 10 hari terakhir Ramadhan sebagaimana diceritakan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha:

"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, apabila memasuki sepuluh hari (yang terakhir di bulan Ramadhan), beliau menghidupkan malam, membangunkan keluarganya, dan mengencangkan kainnya.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)

Menurut Imam An Nawawi dalam kitab Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, kata 'mengencangkan kain' pada hadis tersebut terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sebagian ulama memaknainya dengan sikap bersungguh-sungguh dalam beribadah termasuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya.

Sebagian ulama lain mengartikannya dengan bersegera dalam beribadah. Ada pula ulama yang memaknainya dengan menjauhi istri-istri beliau demi menyibukkan diri dalam beribadah.

Artinya, Nabi Muhammad menaruh perhatian lebih pada 10 hari terakhir Ramadhan. Kesungguhan Rasulullah dalam beribadah di waktu tersebut, bahkan melebihi hari-hari lain. Hal tersebut dikabarkan dalam sebuah hadis berikut:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim no. 1175)

Ma’asyiral muslimin, jemaah yang dirahmati Allah...

Salah satu keutamaan 10 hari terakhir Ramadan adalah datangnya satu malam yang dikenal dengan lailatul qadar. Datangnya lailatul qadar tidak dapat ditentukan waktunya oleh manusia dan hanya Allah yang mengetahui. Malam tersebut dapat dicari di akhir Ramadan, terutama pada malam tanggal ganjil dalam kalender kamariah.

Rasulullah hanya memberikan isyarat mengenai datangnya malam penuh kemuliaan itu di malam ganjil 10 hari terakhir Ramadhan. Peluang hadirnya lailatul qadar ada di malam 21, 23, 25, 27, atau 29 Ramadan.

Hal tersebut dinyatakan dalam sabda beliau: “Carilah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, carilah pada malam-malam ganjil.” (HR. Bukhari no. 2027 dan Muslim no. 1167)

Oleh sebab itu, kaum muslim sebaiknya memperbanyak amal ibadah, terutama sepanjang malam 10 hari terakhir Ramadhan. Meski tidak ada satu pun manusia yang mengetahui kepastian hadirnya, namun bersiaga dengan memaksimalkan ibadah setiap hari akan membantu mendapatkan kemuliaan lailatul qadar.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Kedatangan lailatul qadar berlangsung dari tenggelamnya matahari sampai terbitnya fajar subuh. Allah telah berfirman mengenai berlangsungnya malam tersebut melalui surah Al Qadr ayat 3 sampai 5 yaitu:

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 3-5)

Ada berbagai cara untuk menghidupkan lailatul qadar. Imam Syafi'i dalam kitab Al Umm menukil informasi dari sekelompok ulama Madinah dan bersanad sampai Ibnu Abbas, dikatakan:

“Menghidupkan lailatul qadar bisa dengan melaksanakan shalat isya berjemaah dan bertekad untuk melaksanakan shalat subuh secara berjemaah.”

Imam Malik dalam Al Muwatha' menyebutkan, Ibnul Musyyib berkata, "Siapa yang menghadiri salat berjemaah pada malam lailatul qadar, maka ia telah mengambil bagian dari menghidupkan malam lailatul ladar tersebut.”

Riwayat yang disampaikan Imam Syafi'i, Imam Malik, dan para ulama lain tersebut sejalan dengan hadis dari Utsman bin Affa radhiyallahu 'anhu. Dirinya mengatakan bahwa Rasulullah bersabda:

“Siapa yang menghadiri shalat isya berjemaah, maka baginya pahala salat separuh malam. Siapa yang melaksanakan salat isya dan subuh berjemaah, maka baginya pahala shalat semalam penuh.” (HR. Muslim no. 656 dan Tirmidzi no. 221)

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, kita hendaknya jangan sampai kelewatan minimal melaksanakan salat isya dan subuh secara berjemaah di 10 hari terakhir Ramadhan. Jika pada malam tersebut bertepatan dengan turunnya lailatul qadar, maka kita telah mengambil bagian dari kemuliaan malam qadar.

Di samping memuliakan lailatul qadar dengan salat berjemaah, kaum muslimin juga dapat melakukan amalan lain. Misalnya, memperbanyak membaca Al Quran, zikir, bersedekah, serta berdoa. Ada doa khusus yang diajarkan Rasulullah saat lailatul qadar datang yaitu:

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni

Artinya: "Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf— menghapus kesalahan, karenanya maafkanlah aku — hapuslah dosa-dosaku."

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Jangan sia-siakan 10 hari terakhir Ramadhan. Isi setiap hari dan malamnya dengan berbagai amal ibadah. Siapa tahu di antara hari tersebut, kita dipertemukan dengan lailatul qadar.

Malam tersebut lebih mulia dibanding hari-hari lain bahkan nilai keutamaannya lebih baik daripada 1.000 bulan. Orang-orang yang menghidupkan malam qadar dengan ibadah karena iman dan mencari ridha Allah, dijanjikan untuk mendapatkan ampunan dari dosa yang pernah diperbuat. Rasulullah bersabda:

"Barangsiapa yang menghidupkan lailatul qadar (dengan shalat dan berbagai ibadah) dengan dilandasi keimanan dan niat semata mengharap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang yang telah lalu" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Semoga Allah mempertemukan kita dengan lailatul qadar, lalu mengampuni dan memberikan kita berbagai keutamaan di dalamnya. Mari kita perbanyak amal ibadah di 10 hari terakhir Ramadan.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

Akuulu qawlii haadzaa wa astaghfiru Allah lii wa lakum wa li saa'iril muslimiin, innahu huwas samii'u al-aliim.

2. Khutbah kedua (Doa)

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Bacaan latin:

Alhamdulillahi rabbil 'alamin, wa ash-shalatu wa as-salamu 'ala ashrafil anbiya'i wal-mursalin, nabiyyina Muhammadin wa 'ala alihi wa sahbihi ajma'in.

Amma ba'du, faya ayyuha an-nasu, ittaqu Allaha ta'ala, wa tharu al-fawahisha ma daharawa ma batan, wa hafizu 'ala at-ta'ati wa huduri al-jum'ati wal-jama'ati. Wa 'alamu anna Allaha amarakum bi-amrin badaa fihi binafsihi, wa thanna bi-mala'ikati qudsihi. Fa qala ta'ala wa lam yazal qayilan 'aliman: "Inna Allaha wa mala'ikatahu yusalluna 'ala an-nabiyyi ya ayyuha alladhina amanu sallu 'alayhi wa sallimu tasliman."

Allahumma salli 'ala Muhammadin wa 'ala ali Muhammadin kama sallayta 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim, innaka Hamidun Majid. Wa barik 'ala Muhammadin wa 'ala ali Muhammadin kama barakta 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim, innaka Hamidun Majid.

Allahumma ighfir lil-muslimina wal-muslimat, wal-mu'minina wal-mu'minat, al-ahyaa'i minhum wal-amwat, innaka Sami'un Qaribun Mujibu ad-da'wati.

Rabbana la tuzigh qulubana ba'da idh hadaytana wa hab lana min ladunka rahmatan innaka antal Wahhab.

Allahumma inna nas'aluka al-huda wa at-tuqaa wa al-'afafa wa al-ghina.

Allahumma ahsin 'aqibatana fi al-umuri kulliha wa ajirna min khizyi al-dunya wa 'adhabi al-akhirah.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2025 atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Edusains
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Fadli Nasrudin
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar & Ilham Choirul Anwar