tirto.id - Malam lailatul qadar adalah malam yang lebih baik daripada malam 1.000 bulan. Lailatul qadar adalah salah satu dari rangkaian peristiwa yang terjadi pada bulan Ramadhan pada masa Nabi Muhammad saw. hidup, selebihnya di antaranya Perang Badar (17 Ramadhan) dan Fathu Makkah (20 Ramadhan).
Dalam "Perbedaan Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar" (NU Online), M. Mubasysyarum Bih menyebutkan bahwa pakar tafsir berpendapat bahwa Al-Qur'an diturunkan dalam 2 proses.
Yang pertama, adalah Al-Qur'an diturunkan secara utuh (jadi satu) di Baitul Izzah. Setelahnya, Al-Qur'an diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantaraan Malaikat Jibril dalam rentang waktu lebih dari 20 tahun sejak beliau diangkat menjadi rasul hingga menjelang wafat.
Diriwayatkan, Ibnu Abbas berkata, "Al-Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada lailatul qadar. Setelah itu, ia (Al-Qur'an) diturunkan selama 20 tahun". Selain itu dalam kesempatan lain, Ibnu Abbas menyebutkan, "Al-Qur'an itu dipisahkan dari al-zikr, lalu diletakkan di Baitul ’Izzah di langit dunia. Kemudian, Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi saw."
Terdapat pula pendapat lain bahwa Al-Qur'an tidak diturunkan dengan 2 proses, tetap hanya satu tahap saja, yaitu turun berangsur-angsur pada Rasulullah saw. Permulaan turunnya Al-Qur'an terjadi pada malam lailatul qadar di bulan Ramadhan.
Pendapat ini didasarkan pada penafsiran Surah Al-isra': 106, "Dan Al-Qur'an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap."
Pendapat lainnya, Al-Qur'an diturunkan ke langit dunia dalam rentang waktu 20 malam lailatul qadar setiap tahunnya, lalu diturunkan kepada Rasulullah saw. secara berangsur-angsur.
Turunnya Al-Qur'an pertama kali kepada Nabi Muhammad saw. berupa Surah Al-Al-Alaq ayat 1 hingga 5 terjadi di Gua Hira. Tanggal pastinya tidak diketahui karena ada berbagai macam versi, seperti 17, 21, atau 24 Ramadhan.
Safiur Rahman Mubarakpuri berpendapat bahwa wahyu pertama itu diterima Rasulullah pada 21 Ramadhan yang bertepatan dengan 10 Agustus 610 Masehi. Sementara itu, di Indonesia, lumrahnya diyakini bahwa wahyu pertama terjadi pada malam 17 Ramadhan, dengan merujuk tafsir tentang tanggal pasti perang Badar.
Allah berfirman dalam Surah Al-Anfal:41, " ... jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) pada hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."
Hari furqan atau hari bertemunya dua pasukan diyakini adalah hari terjadinya Perang Badar, yang berlangsung pada 17 Ramadhan 2 H (13 Maret 624 M). Oleh karenanya, Al-Qur'an diperkirakan juga turun pada 17 Ramadhan.
Lailatul Qadar bukanlah satu-satunya peristiwa besar pada bulan Ramadhan bagi umat Islam. Setidaknya terdapat dua peristiwa bersejarah lain yang terjadi pada bulan tersebut, yaitu Perang Badar (17 Ramadhan 2 H) dan Fathu Makkah (20 Ramadhan 8 H).
Perang Badar
Perang Badar terjadi pada 17 Ramadan tahun 2 H bertepatan dengan 13 Maret 624 Masehi. Bagi para sejarawan Islam, perang ini menandai awal kejayaan umat Islam. Perang ini adalah perang besar pertama antara kaum muslim melawan kaum Quraisy. Meskipun jumlah umat Islam saat itu hanya 313 orang, mereka mampu mengalahkan lawan yang berkekuatan lebih dari 1.000 orang.
Karen Amstrong dalam Islam: A Short History (2004:23) menyebutkan, walau orang Makkah lebih kuat dalam jumlah, mereka berperang dengan gaya Arab lama, dengan seruan beraturan dan setiap pemimpin mengendalikan pasukan mereka sendiri. Ini berkebalikan dengan kaum muslim yang dilatih Nabi dengan cermat dan berperang dalam satu komando saja.
Fathu Makkah/Penaklukan Makkah
Pembebasan Makkah terjadi pada 20 Ramadhan 8 H. Dalam misi ini, Rasulullah saw. dan para sahabatnya berhasil menaklukkan kota Makkah secara damai nyaris tanpa pertumpahan darah. Peristiwa ini terkenal dengan nama Fathu Makkah.
Dalam Fathu Makkah, tentara muslim yang berangkat ke Makkah berjumlah sekitar 10.000 orang yang merupakan balatentara muslim terbesar pada saat itu.
Sebagai bukti Islam datang bukan untuk menghunus senjata, Nabi Muhammad saw. memberikan pengumuman kepada orang-orang di Mekkah, "Siapa saja yang masuk ke rumah Abu Sufyan akan aman, siapa yang meletakkan senjata akan aman, siapa yang mengunci pintunya akan aman."
Editor: Iswara N Raditya