Menuju konten utama

Khutbah Jumat tentang Rezeki yang Halal dalam Islam & Keberkahan

Contoh teks khutbah Jumat tentang "Rezeki yang Halal dalam Islam & Keberkahan" berisi penjelasan pentingnya mencari rezeki yang halal dalam kehidupan Muslim

Khutbah Jumat tentang Rezeki yang Halal dalam Islam & Keberkahan
Syeikh Dr. Abudarrahman Assudais berkhutbah Jumat di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, pada Jumat (10/5). (ANTARA/HO/Pemerintah Arab Saudi)

tirto.id - Khutbah Jumat tentang "Rezeki yang Halal dalam Islam & Keberkahan" berisi penjelasan mengenai pentingnya mencari rezeki yang halal serta keberkahannya dalam kehidupan seorang Muslim.

Rezeki yang halal adalah nikmat dari Allah Swt. yang tiada duanya. Sebab, mendapatkan rezeki yang halal bukanlah perkara yang mudah bagi semua orang. Berapa banyak orang-orang di luar sana yang melakukan tindakan tercela, hanya untuk sesuap nasi.

Maka dari itu, dapat memperoleh rezeki yang halal sudah sewajarnya harus disyukuri. Kaum muslim dalam Islam, diharuskan untuk senantiasa mencari rezeki yang halal. Rezeki yang halal diperoleh melalui cara-cara yang diridai Allah Swt.

Di sisi lain, rezeki yang halal memberikan banyak keberkahan kepada kita. Salah satu tanda rezeki yang halal dan berkah adalah mampu mencukupi kebutuhan harian meskipun sedikit, terlebih bermanfaat bagi orang lain. Berikut ini contoh khutbah tentang rezeki yang halal dan berkah.

Khutbah Jumat: Rezeki yang Halal dalam Islam & Keberkahan

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Hadirin, jemaah Jumat rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Swt. Tidak ada bekal apapun selain takwa yang dapat menolong kita dunia maupun akhirat kelak. Senantiasalah bertakwa dalam segala keadaan, baik saat bahagia maupun sedih, sewaktu senang maupun susah.

Dalam kesempatan penuh berkah ini, khotib akan menyampaikan khotbah tentang rezeki yang halal dalam Islam dan keberkahan.

Hadirin, jemaah Jumat rahimakumullah,

Dalam kehidupan dunia ini, kaum muslim tidak sekedar untuk beribadah kepada Allah Swt. Namun, kaum muslim juga dianjurkan untuk mencari sumber penghidupan atau bekerja mencari bekal untuk beribadah. Allah Swt. dalam Surah Al-Jumuah ayat 10 berfirman sebagai berikut:

فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Arab Latinnya:

Fa iżā quḍiyatiṣ-ṣalātu fantasyirū fil-arḍi wabtagū min faḍlillāhi ważkurullāha kaṡīral la‘allakum tufliḥūn(a).

Artinya:

"Apabila salat [Jumat] telah dilaksanakan, bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung," (QS. Al-Jumuah [52]: 10).

Dalam mencari sumber penghidupan, kaum muslim tidak boleh sembarangan atau asal-asalan. Mereka harus mencari rezeki-rezeki yang halal. Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 168 sebagai berikut:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Arab Latin:

Yā ayyuhan-nāsu kulū mimmā fil-arḍi ḥalālan ṭayyibā(n), wa lā tattabi‘ū khuṭuwātisy-syaiṭān(i), innahū lakum ‘aduwwum mubīn(un).

Artinya:

“Wahai manusia, makanlah sebagian [makanan] di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata,” (QS. Al-Baqarah [2]: 168).

Rezeki yang halal adalah makanan atau barang yang tidak haram atau tak dilarang untuk dikonsumsi dalam syariat. Ada dua aspek yang menjadi tolak ukur, rezeki halal atau haram.

Pertama, halal secara zat, yakni suatu makanan atau barang tidak berasal dari materi yang dilarang seperti babi, bangkai, hingga darah. Kedua, halal dari perolehan, yaitu suatu makanan atau barang didapatkan melalui cara membeli, memperoleh, atau mengolah yang tidak dilarang syariat.

Hadirin, jemaah Jumat rahimakumullah,

Rezeki yang halal akan mendatangkan keberkahan bagi hidup kita. Berkah dalam hal ini dapat dimaknai bertambahnya suatu kebaikan. Sebagai contoh, rezeki yang berkah, akan membuat seorang muslim bersemangat untuk beribadah. Allah Swt. dalam Surah A'raf ayat 96 berfirman sebagai berikut:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Arab Latinnya:

Wa lau anna ahlal-qurā āmanū wattaqau lafataḥnā ‘alaihim barakātim minas-samā'i wal ardḍi wa lākin każżabū fa akhażnāhum bimā kānū yaksibūn(a).

Artinya:

"Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan [para rasul dan ayat-ayat Kami]. Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan," (QS. Al-A'raf [7]: 96).

Pentingnya Rezeki yang Halal

Jamaah yang berbahagia,

Dalam mencari rezeki, kita harus memastikan bahwa cara kita memperoleh harta adalah dengan cara yang sesuai dengan syariat. Nabi Muhammad SAW bersabda:

إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا

“Sesungguhnya Allah itu baik, dan tidak menerima kecuali yang baik...” (HR. Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa Allah hanya menerima yang baik dan halal, baik dalam ibadah maupun dalam amalan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk mencari rezeki yang halal, jauh dari segala bentuk kecurangan, penipuan, riba, atau praktik yang bertentangan dengan syariat.

Menjauhi Rezeki yang Haram

Jamaah sekalian,

Kita juga diingatkan untuk menjauhi sumber-sumber rezeki yang haram, karena harta yang diperoleh dengan cara yang haram akan membawa dampak buruk bagi kita dan keluarga. Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّ جَسَدٍ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

“Setiap daging yang tumbuh dari yang haram, maka nerakalah yang lebih pantas untuknya.” (HR. Tirmidzi)

Harta haram tidak hanya merusak diri kita di dunia, tetapi juga menjadi penyebab terhalangnya doa dan ibadah kita. Makanan dan harta yang berasal dari sumber haram dapat menjauhkan kita dari rahmat dan keberkahan Allah SWT.

Keberkahan dalam Rezeki yang Halal

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Rezeki yang halal membawa keberkahan. Keberkahan tidak hanya diukur dari jumlahnya, tetapi dari manfaat dan kebaikan yang dihasilkannya. Harta yang halal akan membawa ketenangan, kebahagiaan, dan kelapangan dalam hati. Sebaliknya, sebanyak apapun harta yang diperoleh dari sumber yang haram, tidak akan membawa ketenangan, dan hanya akan menjadi sumber kegelisahan dan masalah.

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 97:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik...” (QS. An-Nahl: 97)

Ayat ini menegaskan bahwa kehidupan yang baik dan penuh keberkahan hanya dapat diraih dengan amal saleh, termasuk mencari rezeki dengan cara yang halal.

Menjaga Niat dan Tawakkal

Jamaah yang dirahmati Allah,

Dalam mencari rezeki, niat kita harus lurus, yaitu untuk memenuhi kewajiban kita kepada Allah dan keluarga kita. Jangan sampai kita terjebak dalam ambisi duniawi yang menghalalkan segala cara. Setiap usaha yang kita lakukan, baik itu berdagang, bekerja, atau berinvestasi, jika diniatkan untuk mendapatkan ridha Allah, maka usaha tersebut akan mendapatkan pahala dan keberkahan.

Setelah berusaha, kita juga harus bertawakkal kepada Allah, karena pada akhirnya semua rezeki datang dari-Nya. Kita harus yakin bahwa Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki, dan Dia tidak akan membiarkan hamba-Nya kekurangan jika kita berusaha dan berdoa kepada-Nya.

Hadirin, jemaah Jumat rahimakumullah,

Marilah kita selalu berusaha untuk mencari rezeki yang halal dan menjauhi segala bentuk rezeki yang haram. Semoga Allah SWT memberikan kepada kita rezeki yang penuh berkah, dan menjadikan kita hamba-hamba yang selalu bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan-Nya.

Demikianlah khotbah tentang keutamaan rezeki yang halal dan berkah. Semoga apa yang telah disampaikan memberikan manfaat bagi kita semua. Terlebih, Allah Swt. menjadi rida atas segala amalan yang kita perbuat. Aamiin allahumma aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

Bacaan Khutbah Kedua Sholat Jumat, Arab, Latin, dan Artinya

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.

Allahummagh fir lilmuslimiina wal muslimaati, wal mu’miniina wal mu’minaatil ahyaa’I minhum wal amwaati, innaka samii’un qoriibun muhiibud da’waati. Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa. Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina. Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.

Artinya: "Ya Allah, ampunilah seluruh kaum muslimin dan kaum muslimat, kaum mukminin dan kaum mukminat, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, Sesungguhnya, Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar, Mahadekat, Dzat yang mengabulkan doa. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir. Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka."

Baca juga artikel terkait KHUTBAH JUMAT atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Edusains
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Yulaika Ramadhani