Menuju konten utama

Musim Haji Membawa Rezeki Bagi Para PKL WNI di Tanah Suci

Warga Indonesia yang sudah belasan tahun tinggal di Arab Saudi pada musim haji biasanya berjualan jajanan, pulsa, rokok, sampai jasa ekspedisi. 

Musim Haji Membawa Rezeki Bagi Para PKL WNI di Tanah Suci
Para PKL WNI di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi . tirto.id/ M Taufiq

tirto.id - Berkah musim haji juga dirasakan para mukimin--warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Arab Saudi--terutama di wilayah Makkah. Mereka benar-benar memanfaatkan musim haji untuk mendulang pundi-pundi rezeki. Dari jualan jajanan, pulsa, rokok, sampai jasa ekspedisi.

Para jemaah yang kangen menikmati penganan dari Tanah Air bisa menemukannya cukup mudah. Misalnya di area masuk Masjidil Haram, tepatnya di celah pintu masuk dari Terminal Shib Amir, akan dijumpai banyak penjual jajanan musiman. Salah satunya Suhaeni asal Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Suhaeni, perempuan 50 tahun itu menjual potongan buah-buahan, gorengan, jajanan pasar, minuman sirup, dan jus jeruk. Dagangannya dijual dengan satu harga, cukup 5 Riyal atau setara Rp 22 ribu.

"Saya dari Lombok. Alhamdulillah, jualan kalau musim haji saja, Pak. Sehari bisa dapat 500 sampai 1000 Riyal," katanya saat ditemui sedang melayani pembeli jemaah Indonesia, Selasa (4/6/2024).

Keuntungan Suhaeni bisa dibilang cukup besar untuk ukuran penjual jajanan musiman. Untung 500 sampai 1000 Riyal berarti setara Rp 2.250.000 hingga 4.500.000 sehari. Suhaeni tidak sendirian, penjual lain pun demikian.

Sani, juga asal Lombok, penjual bubur sumsum di area yang sama. Bubur sumsum--penganan hasil olahan beras ketan--juga dijual 5 Riyal. Menurut Sani, rata-rata pembelinya jemaah haji asal Indonesia.

Misalnya Selasa siang itu, bubur sumsum Sani dikerubuti jemaah Indonesia, salah satunya Ahmad, jemaah haji asal Palembang. Di tengah terik matahari Saudi, aa dan kawan-kawannya menyempatkan rehat sejenak sebelum naik bus Sholawat di Terminal Shib Amir.

"Enak buburnya, lumayan mengobati kerindungan jajanan di Tanah Air," ujarnya.

Sani dan Suhaeni sama-sama sudah tinggal sekitar 16 tahun di Arab Saudi. Hampir setiap tahun keduanya berjualan jajanan di pinggir terminal tersebut. Tidak peduli cuaca panas menyengat, keduanya berjualan sembari membantu jemaa haji.

"Setiap tahun Pak jualan di sini. Kadang diusir polisi [Arab Saudi] kalau apes, tapi kadang juga dibiarkan," katanya menambahkan.

Lain ceritanya dengan Umar, warga Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Umar sudah hampir 10 tahun di Arab Saudi. Pekerjaan tetapnya sopir ekspedisi. Namun pada musim haji seperti sekarang ia mencoba mencari sampingan apa saja.

Ia misalnya menyediakan jasa antar travel umrah jemaah. Kadang membantu mencarikan jasa pengiriman barang ke Indonesia. Kadang juga menyediakan jasa tukar uang riyal (money changer) dadakan.

"Kemarin ada jemaah asal Makassar tukar uang Rp100 juta ke Riyal. Tapi kalau saya tidak harus besar, kecil-kecil juga tidak apa-apa," kata pria 38 tahun itu.

Selebihnya, Umar juga menjual rokok bagi jemaah Indonesia. Lewat jaringan kawan dari Indonesia, ia menjajakan rokok sesuai pesanan.

"Rokok juga ada, apa saja mas. Telpon saja, minta berapa. Tapi selisih harganya tidak banyak kok," katanya menambahkan.

Baca juga artikel terkait HAJI 2024 atau tulisan lainnya dari Muhammad Taufiq

tirto.id - Flash news
Reporter: Muhammad Taufiq
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Irfan Teguh Pribadi