tirto.id - Cuka sari apel merupakan jenis cuka yang dibuat dari proses fermentasi sari buah apel menggunakan ragi dan bakteri. Fermentasi ini mengubah karbohidrat dalam apel menjadi asam asetat sehingga memberikan cuka rasa dan aroma yang khas.
Cuka apel biasa digunakan sebagai bahan dalam makanan seperti saus salad, acar, dan bumbu perendam. Tak hanya itu, Web MD mencatat pemanfaatan cuka apel sebagai obat rumahan, seperti melawan kuman hingga mencegah mulas, juga telah dikenal selama berabad-abad.
Belakangan cuka apel diyakini memiliki beberapa manfaat kesehatan, seperti membantu menurunkan berat badan, mengurangi kadar kolesterol, hingga menurunkan gula darah. Nah, apa benar ada manfaat cuka apel untuk diet? Jika benar, bagaimana cara minum cuka apel untuk diet? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini!
Kandungan dan Manfaat Cuka Apel
Carol S. Johnston dan Cindy A. Gaas dalam laporan ilmiah bertajuk "Vinegar: Medicinal Uses and Antiglycemic Effect di Jurnal Medscape General Medicine (2006), menjelaskan bahwa kandungan cuka apel hampir sama dengan buah apel segar.
Cuka apel merupakan hasil fermentasi asam asetat dan alkohol dari buah apel. Variasi senyawa dalam setiap jenis cuka dipengaruhi oleh perbedaan bahan baku dan proses produksi.
Sementara itu, laporan Singh Akansha dan Sunita Mishra dalam Asian Journal of Science and Technology Vol. 08, No. 12 (2017), menjelaskan kandungan cuka apel terdiri dari berbagai macam zat yang sebagian besar bermanfaat bagi tubuh.
Cuka apel mengandung 13 jenis asam karbol, 20 jenis keton, 4 jenis aldehida, 8 jenis etil asetat, 18 jenis alkohol, serta senyawa seperti polifenol, asam asetat, asam propionat, asam laktat, asam amino, asam malat, enzim, tanin, flavonoid, serta serat seperti kalium dan pektin.
Mineral juga ditemukan dalam cuka apel, termasuk kalium, kalsium, magnesium, fosfor, klorin, natrium, belerang, tembaga, besi, silikon, fluor. Selain itu, kandungan cuka apel lainnya berupa vitamin C, vitamin E, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, dan provitamin betakaroten.
Hasil kajian Singh Akansha dan Sunita Mishra juga memaparkan, cuka apel telah terbukti memberikan sejumlah manfaat bagi kesehatan, yakni:
- Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah;
- Membantu penurunan berat badan;
- Mengontrol kadar darah
- Memiliki efek antijamur dan antibakteri yang disebabkan oleh kandungan asam asetat, flavonoid, dan tanin;
- Dapat mengurangi kekurangan kalium dalam tubuh;
- Bisa menjadi antioksidan;
- Membantu detoksifikasi tubuh;
- Mengurangi kadar kolesterol jahat (LDL);
- Meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL);
- Menjaga tingkat pH yang seimbang dalam tubuh.
Keduanya menyimpulkan diet cuka apel bermanfaat untuk menurunkan berat badan atau menjaga kesehatan jantung. Konsumsi cuka apel pun berguna bagi pasien diabetes sebab dapat mengurangi kadar hemoglobin A1C (HbA1C), LDL, serta trigliserida, sekaligus bisa meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL).
Sebagai bahan perbandingan, sebuah laporan penelitian klinis dalam Journal of Functional Foods Vol. 43 (2018) juga menyimpulkan bahwa konsumsi cuka apel dapat menurunkan berat badan dan lemak tubuh.
Penelitian tersebut melibatkan 39 peserta yang menjalankan diet kalori terbatas sembari mengonsumsi 2 sendok makan (30 mL) cuka apel per hari selama 12 minggu. Hasilnya, terjadi penurunan berat badan dan lemak tubuh yang signifikan dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengonsumsi cuka apel.
Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan. Semua peserta memiliki kelebihan berat badan atau obesitas, mereka mengetahui bahwa mereka mengonsumsi cuka apel, dan tidak ada kelompok kontrol yang jelas.
Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut yang mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti pola makan keseluruhan dan aktivitas fisik untuk mengevaluasi manfaat cuka apel dalam diet secara lebih komprehensif.
Cara Minum Cuka Apel untuk Diet yang Benar
Jika memang bermanfaat menurunkan berat badan, bagaimana cara konsumsi cuka apel yang benar untuk diet? Merujuk pada laporan penelitian Singh Akansha dan Sunita Mishra (2017), cuka sari apel kaya akan nutrisi, terutama jika tidak disaring dan organik.
Dua peneliti dari Central University dan Ambedkar University, India tersebut menyarankan konsumsi cuka apel dilakukan teratur sebelum makan. Cukup minum 2 sendok cuka apel yang dicampur dengan segelas air.
Sementara itu, dengan mengacu pada sejumlah laporan riset, Franziska Spritzler dalam artikel “Can Apple Cider Vinegar Help You Lose weight” (2023) di situs Healthline juga menjelaskan cara minum cuka apel untuk diet yang hampir mirip.
Franziska menyarankan agar cuka apel dicampur dengan air sebelum dikonsumsi. Adapun dosis cuka apel yang direkomendasikan adalah 1–2 sendok makan (15-30 mL) per hari, dicampur dengan air dan diminum sebelum makan.
Cara konsumsi cuka apel untuk diet juga dapat dilakukan dengan mencampurkan minyak zaitun sebagai saus untuk salad. Saus cuka apel dan minyak zaitun cocok untuk sayuran berdaun, mentimun dan tomat. Selain itu, cuka apel dapat digunakan untuk mengasinkan sayuran.
Penting untuk tidak melebihi dosis yang telah direkomendasikan karena cuka apel dapat menimbulkan efek samping, seperti interaksi obat atau kerusakan gigi.
Sebaiknya mulai konsumsi cuka apel dengan dosis rendah, 1 sendok teh (5 mL), dahulu untuk melihat toleransi tubuh. Pastikan selalu mencampur cuka apel dengan air. Sebab, cuka yang tidak diencerkan dapat membakar mulut dan kerongkongan.
Apakah Cuka Apel Bisa Mengecilkan Perut Buncit?
Karena cuka apel berpotensi membantu penurunan berat badan, tidak jarang ia dianggap berguna pula untuk mengurangi lemak perut alias mengecilkan perut buncit.
Namun, mengutip artikel Apple Cider Vinegar (2023) di situs Web MD, belum ada bukti yang mendukung efektivitas cuka apel untuk mengecilkan perut buncit. Sekalipun ada penelitian yang telah mensinyalir manfaat ini, sebagian besar didasarkan pada pengujian terhadap hewan.
Dengan demikian, meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa cuka apel dapat membantu mengurangi lemak perut, hasilnya belum definitif atau belum pasti. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan efektivitasnya pada manusia.
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Addi M Idhom