tirto.id - Menunggu chat dibalas, menunggu dia mengubah status, atau menunggu komitmen diucapkan, sudah berapa banyak waktu yang kamu habiskan untuk menanti kepastian darinya?
Hubungan yang diwarnai ketidakpastian ini tentunya menjadi siksaan emosional.
Kita sering diajarkan bahwa cinta sejati akan memberikan kepastian. Padahal kenyataannya, hidup ini sarat kejutan dan keabu-abuan.
Berharap orang lain berubah atau memberi jaminan 100 persen tentang suatu perubahan? Tunggu dulu, satu-satunya yang bisa dikendalikan mungkin hanya respons dari diri kamu sendiri.
Sumber Ketidakpastian dalam Relasi
Menurut Knobloch dan Solomon di jurnal Communication Studies(1999), ketidakpastian dalam hubungan bisa muncul dari tiga sumber utama.
Pertama, ketidakpastian diri, yaitu saat kita ragu terhadap perasaan dan komitmen kita sendiri dalam hubungan.
Misalnya, kita bertanya-tanya, “Apa aku benar-benar mau bersama dia?” atau, “Apa aku cuma takut sendirian?”
Kedua, ketidakpastian terhadap pasangan, yaitu ketika kita tidak yakin dengan perasaan atau niat pasangan. Kita mungkin merasa dekat dengan dia, tetapi juga bingung karena sikapnya tidak konsisten, kadang hangat, kadang menjauh.
Ketiga, ketidakpastian hubungan itu sendiri, yaitu ketika kita tidak tahu sebenarnya hubungan ini akan mengarah ke mana. Apa ini akan menjadi hubungan yang serius, atau sekadar iseng dan main-main sehingga berisiko kandas di tengah jalan?
Penting dipahami, bahwa jenis keraguan yang ketiga inilah yang sering kali “menjembatani” dua keraguan lainnya.
Artinya, apabila kita mengalami kebingungan soal hubungan yang tengah dijalani, baisanya kita juga akan merasa bingung soal diri sendiri dan pasangan.
Studi Knobloch dan Solomon bisa jadi semacam pengingat bahwa perjalanan sebuah hubungan tidak selalu lurus-lurus saja atau linear.
Kadang-kadang kita merasa yakin, lalu ragu, kemudian yakin kembali. Kita juga bisa merasa dekat, lalu merasa jauh dengan pasangan.
Alih-alih menandakan kegagalan, itu semua menunjukkan bahwa hubungan adalah ruang yang "hidup" dan dinamis.
Lima Cara Menjadi “Jangkar Diri” di Tengah Ketidakpastian
Tak ada seorang pun yang bisa benar-benar menghindari hal tak terduga.
Namun, ada beberapa langkah sederhana yang bisa membantu kita tetap tenang dan kuat saat hidup atau hubungan tidak berjalan sesuai harapan seperti dilansir situs APA berikut ini.
1. Berbaik hati pada diri sendiri
Tidak semua orang memiliki tingkat ketahanan yang sama dalam menghadapi ketidakpastian.Jadi sebaiknya jangan terlalu keras pada diri sendiri hanya karena kamu merasa lebih cemas atau bingung dibanding orang lain.
Ingat, setiap orang punya ritme pemulihan yang berbeda. Bersabarlah dengan dirimu sendiri dan izinkan waktu bekerja untuk menyembuhkan.
2. Fokus pada hal yang bisa kamu kendalikan
Saat pikiran mulai membayangkan skenario terburuk, berhentilah sejenak.Alihkan energi pada hal-hal kecil yang bisa kamu atur hari ini seperti menjaga rutinitas, merapikan tempat tidur, atau menyusun rencana sederhana untuk esok hari.
Mengendalikan hal kecil bisa memberi rasa stabil di tengah ketidakpastian besar.
3. Rawat diri dengan penuh kesadaran
Tubuh dan pikiran saling terhubung.Makan bergizi, tidur cukup, bergerak, dan bernapas dengan sadar bisa menjadi jangkar yang menenangkan.
Praktik sederhana seperti meditasi, jalan santai, atau yoga bukan sekadar aktivitas fisik, melainkan juga cara untuk menenangkan batin yang gelisah.
4. Cari dukungan dari orang-orang yang dipercaya
Kita tidak selalu harus kuat sendirian.Ada kekuatan besar dalam bercerita, berbagi, dan didengarkan. Hubungi teman, keluarga, atau siapa pun yang kamu percayai.
Kadang-kadang, satu percakapan tulus bisa membantu kita melihat situasi dengan lebih jernih.
5. Renungkan perjalananmu
Ingat, sebelumnya kamu pernah melewati masa sulit dan kamu berhasil melaluinya.Setiap pengalaman itu meninggalkan pelajaran dan bukti bahwa kamu mampu bertahan.
Mengenang kekuatan masa lalu bisa menumbuhkan keyakinan baru untuk melangkah ke depan.
Kehidupan percintaan tidak akan pernah benar-benar berjalan secara pasti. Selalu ada ruang kosong di antara harapan dan kenyataan.
Namun begitu, ketika kamu belajar untuk menambatkan diri di tengah badai, ketidakpastian bukan lagi musuh, melainkan pelajaran dari perjalanan panjang untuk menjadi sosok lebih bijak dan kuat.
Jangkar itu bukanlah orang lain, bukan pula kepastian yang kita kejar di luar sana.
Jangkar itu adalah dirimu sendiri yang belajar untuk tenang, sabar, dan berani percaya bahwa apapun yang terjadi, kamu akan tetap baik-baik saja.
Baca juga artikel terkait kesehatan mental di sini.
Editor: Sekar Kinasih
Masuk tirto.id







































