Menuju konten utama
Refleksi Diri

Purpose Anxiety: Ketika Hidup Terasa Hampa dan Tak Bermakna

Kecemasan dalam menyelami kehidupan bukanlah suatu tanda kelemahan, melainkan respons manusiawi terhadap dunia yang dinamis dan penuh tuntutan.

Purpose Anxiety: Ketika Hidup Terasa Hampa dan Tak Bermakna
Header diajeng Purpose Anxiety. tirto.id/Quita

tirto.id - “Aku ngerasa hidup gini-gini aja. Bangun, kerja, tidur. Aku hidup buat apa, sih?”

Kalimat ini mungkin familier bagi kamu.

Ketika bangun pagi, kamu merasa penuh harapan untuk menjalani hari yang baru. Namun, setelah menjalani aktivitas dan pekerjaan seharian—apalagi jika harimu terasa sangat berat dengan segala keruwetan yang ditemui di luar rumah—mungkin akan tebersit pikiran di atas.

Rasa hampa dan tersesat muncul, membuatmu mempertanyakan apakah hidup yang kamu jalani sekarang sudah ada di jalur yang tepat.

Tak jarang, pada akhirnya kamu akan mempertanyakan tujuan hidupmu di dunia.

Kegalauan yang kamu alami tersebut bisa jadi merupakan purpose anxiety atau kecemasan akan tujuan hidup.

Psychology Today mendeskripsikan purpose anxiety sebagai stres, rasa tidak aman, kelelahan, dan frustrasi yang muncul saat seseorang mencoba mendefinisikan dan mencapai tujuan hidupnya.

Menurut Divani Aery Lovian, psikolog klinis di TigaGenerasi, Arsanara Development Partner, dan TemanBincang, purpose anxiety sebenarnya bukanlah istilah resmi yang digunakan untuk mendiagnosis dalam ilmu psikologi.

Meski begitu, kecemasan ini nyata dan dirasakan oleh banyak orang.

Senada dengan penjelasan dari Psychology Today, Diva juga menggambarkan purpose anxiety sebagai kecemasan yang muncul ketika seseorang merasa belum menemukan tujuan hidupnya dan merasa belum cukup memenuhi ekspektasi terkait makna hidupnya.

Penyebab Purpose Anxiety

Menurut Diva, ada beberapa faktor pemicu yang membuat purpose anxiety semakin banyak dialami oleh masyarakat modern.

Faktor pertama berkaitan dengan tekanan sosial dan budaya produktivitas.

Tekanan dan kultur serba sibuk ini muncul seiring kita hidup pada era yang mengglorifikasi kesuksesan, pencapaian, dan mengenali vocation atau panggilan hidup.

“Ini semakin banyak kita temukan di masyarakat, yang akhirnya justru membentuk kultur tertentu. Dan itu bisa berpengaruh ke banyak hal, bisa berkaitan juga dengan budaya produktivitas, hustle culture misalnya,” kata Diva.

Diva melanjutkan, “Apabila kita tidak bisa memenuhi kultur-kultur tersebut, tumbuh kecemasan dan kita jadi mempertanyakan hidup kita sendiri. Muncullah si purpose anxiety.”

Nah, pertanyaan selanjutnya, bagaimana bisa tekanan sosial menjadi sangat berpengaruh.

Ternyata hal ini ada kaitannya dengan faktor pemicu yang kedua, yaitu pengaruh media sosial.

Tak bisa dimungkiri, media sosial menyerupai pedang bermata dua.

Di satu sisi, media sosial membantu kita melek informasi, termasuk yang berhubungan dengan pengambilan keputusan tentang tujuan hidup.

Di sisi lain, dengan paparan informasi yang merujuk ke standar tertentu dan berlangsung terus-menerus, bukan tidak mungkin kita akan terdampak efek negatifnya, seperti merasa tidak cukup baik dan akhirnya kesulitan menyesuaikan diri dengan standar tersebut.

Efek-efek tersebut dapat membahayakan karena kamu bisa jadi akan mempertanyakan alasan-alasan tentang kondisimu yang “masih seperti ini”.

Pada waktu sama, di luar sana, kamu mendapati teman-temanmu ada yang berhasil melanjutkan sekolah atau bekerja di luar negeri, sudah memiliki rumah tapak, sukses membangun usaha, bahkan memiliki tabungan sampai miliaran rupiah.

Ya, pada tahapan tertentu, kamu pun akan membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain—dan merasa kalah.

Padahal, realitasnya, kondisimu sebenarnya baik-baik saja, tidak ada masalah apapun. Bahkan, apa yang sudah kamu dapatkan, bisa jadi sangat diinginkan oleh orang lain.

Faktor ketiga yang dapat memicu purpose anxiety, menurut Diva, adalah perubahan struktur ekonomi dan dunia kerja.

“Kita mengerti kondisi saat ini seperti apa: susah dapat kerja, dan karier mulai tak pasti. Ada orang yang awalnya sudah meyakini jalur kariernya, lalu ada guncangan sehingga merasa ada ketidakjelasan dan ketidakpastian. Padahal ketidakjelasan (unclarity) dan ketidakpastian (uncertainty) adalah dua faktor yang sangat erat dengan anxiety.”

Banyak Dialami oleh Kelompok Dewasa Muda

Apa saja ciri atau pertanda yang bisa menjadi alarm bahwa kamu mengalami purpose anxiety?

Divani menyebutkan, ciri yang utama adalah rasa cemas berlebihan saat memikirkan masa depan. Kecemasan tersebut akan membawamu untuk mempertanyakan eksistensi diri sendiri dan meragukan kompetensi.

Ciri lainnya adalah kamu merasa tidak puas dengan rutinitas sehari-hari.

Ketidakpuasan ini muncul karena kamu berasumsi bahwa hidupmu tidak seseru dan semenyenangkan orang lain, padahal sebenarnya hidupmu baik-baik saja.

Ciri selanjutnya, kamu sering membandingkan diri dengan orang lain dan merasa tertinggal karena tidak bisa memenuhi standar sosial.

Ciri-ciri lainnya adalah sulit membuat keputusan karena takut salah arah, serta merasa tidak berharga apabila belum meraih sesuatu yang besar.

“Uniknya, kalau kalau aku bertanya ke klien-klien, ‘Memang sukses itu apa, sih?’, kebanyakan dari mereka susah sekali untuk menjawab dan menjelaskan. Karena sebenarnya tidak ada satu aturan yang pakem dan ajeg soal kesuksesan dan pencapaian. Itu semua subjektif,” papar Diva.

Apabila sekarang usiamu termasuk dalam kelompok usia dewasa muda, yaitu antara 18-25 tahun, maka kamu perlu mewaspadai tanda-tanda di atas.

Berdasarkan laporan On Edge: Understanding and Preventing Young Adults’ Mental Health Challenges(2023) dari Harvard Graduate School of Education, kelompok usia inilah yang paling rentan mengalami kecemasan dan depresi, termasuk purpose anxiety.

Mengomentari hasil penelitian di atas, Diva mengatakan bahwa memang populasi di kelompok usia ini sedang mengalami transisi fase kehidupan.

Secara teori, tugas perkembangan kelompok dewasa muda sudah jelas berbeda dari kelompok usia sebelumnya, yaitu remaja.

Orang-orang dengan usia dewasa muda perlahan memasuki ranah intimacy, karier, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan stabilitas kehidupan.

Kondisi ini juga beririsan dengan quarter life crisis, yang meskipun tak selalu berujung negatif, bisa menjadi pemicu purpose anxiety jika tidak disadari dan ditangani dengan tepat.

Bagaimana Mengelola Purpose Anxiety?

Diva menekankan bahwa menemukan tujuan hidup adalah sebuah proses, bukan perlombaan.

“Menemukan tujuan hidup adalah perjalanan sendiri, yang ditemukan lewat eksplorasi dan tidak didapat secara instan. Kita terus berjalan dalam hidup, dan dalam perjalanan kita menjumpai banyak hal. Mungkin, yang kita pikir sudah menjadi tujuan hidup kita itu bergeser. Nah, semua adalah prosesnya. It's a journeyto find your purpose,” ungkapnya.

Berdasarkan pemikiran tersebut, Diva memiliki saran berupa langkah-langkah praktis yang bisa kamu terapkan untuk mengelola rasa cemas akan masa depan.

Yang utama, cobalah fokus pada hal-hal kecil yang bermakna. Alih-alih menargetkan pencapaian besar, pusatkan energimu pada kemajuan-kemajuan kecil yang kamu capai. Ingatlah bahwa mereka semua valid dan bermakna.

Selain itu, kamu tidak perlu menekan diri untuk segera menemukan tujuan hidup. Menurut Diva, pencarian tujuan hidup bisa berlangsung sepanjang hidup. Tidak ada patokan usianya.

Tidak ada salahnya juga untuk mengeksplorasi variasi aktivitas baru. Bukan tidak mungkin, kehampaan yang kamu rasakan muncul karena kamu sudah sangat menguasai hal-hal yang kamu kerjakan sehari-hari. Artinya, mungkin saja kamu butuh tantangan baru.

Selanjutnya, membangun support system. Kamu mungkin berproses sendirian, akan tetapi pada waktu sama kamu juga memerlukan umpan balik dari orang lain agar memperoleh perspektif baru dan mendapatkan dukungan saat dibutuhkan.

Penting juga untuk melakukan refleksi diri secara rutin. Cobalah untuk self check-in dan ingat kembali value dari dirimu. Pertanyakan lagi, apakah hal-hal yang membuatmu cemas selama ini sebenarnya sesuai atau tidak dengan value yang kamu miliki?

Kemudian, cobalah untuk menjadi lebih selektif dalam menggunakan media sosial. Pilih konten-konten yang menurutmu baik, mendukung perkembangan diri, dan sehat untuk mental.

Terakhir, jangan ragu berkonsultasi ke profesional apabila purpose anxiety yang kamu alami sudah mengganggu fungsi-fungsi dalam keseharianmu.

Ingat, purpose anxiety bukanlah tanda kelemahan.

Kecemasan adalah respons manusiawi terhadap dunia yang terus berubah dan penuh tuntutan.

Kamu berhak memilih untuk hidup sesuai nilai-nilaimu, dengan kecepatan dan versi sukses yang sejalan dengan prinsipmu.

Baca juga artikel terkait DIAJENG PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari Yunita Lianingtyas

tirto.id - Me Time
Kontributor: Yunita Lianingtyas
Penulis: Yunita Lianingtyas
Editor: Sekar Kinasih