tirto.id - Quarter Life Crisis dianggap sebagai masa sulit yang dialami generasi usia 25-30 tahun, di mana mereka mungkin merasakan serangan emosional luar biasa yang datang dari dalam dan luar sehingga menjadi cemas, tidak nyaman, kebingungan dengan arah hidup, merasa salah arah dan putus asa.
Menurut Azri Agustin, Psikolog Klinis Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), quarter life akan menjadi Quarter Life Crisis kalau ada ketimpangan antara tuntutan tugas perkembangan pada masa transisi dengan kemampuan kita untuk mengatasinya.
Selanjutnya, Azri menyebutkan terdapat beberapa ciri seseorang memiliki Quarter Life Crisis. Pertama, kita akan mulai ragu dengan kemampuan diri kita sendiri seperti bertanya “Apakah aku bisa, jangan-jangan aku gagal”.
Kedua adalah tidak termotivasi dan mulai ada kekhawatiran atau cemas terhadap masa depan.
Ketiga, mulai kecewa dengan pencapaian yang sudah didapat. Terakhir, mulai mempertanyakan tujuan hidup seperti untuk apa aku hidup dan untuk apa aku dihadirkan di dunia ini.
Tanda-Tanda dan Cara Menangani Quarter Life Crisis
Berikut ini adalah tanda-tanda Anda mengalami Quarter Life Crisis serta cara menanganinya, seperti dikutip dari laman nib.com:
1. Anda merasa terjebak
Dokter Oliver Robertson dari University of Greenwich menjelaskan bahwa Quarter Life Crisis terjadi dalam transisi antara masa remaja dan dewasa awal, serta melibatkan perjuangan antara kemandirian dan komitmen.
Jika Anda merasa seolah-olah Anda telah berkomitmen di usia muda, apakah itu untuk karier atau hubungan Anda, Anda bisa saja merasa terjebak, kewalahan, dan mendambakan kebebasan.
Cara menanganinya: alih-alih berhenti dari pekerjaan atau putus dengan kekasih Anda, kenali dengan tepat bagian mana yang membuat Anda merasa terjebak.
Anda mungkin mengetahui bahwa Andalah masalahnya, dan dengan mengubah perilaku Anda sendiri, Anda dapat membuat perubahan positif.
2. Merasa Stuck di Fase Tertentu
Mungkin Anda merasa khawatir karena semua teman Anda memiliki kehidupan mereka sendiri, seperti pernikahan yang bahagia, anak-anak, karier yang sukses, sedangkan Anda tidak.
Robertson menjelaskan bahwa ini adalah kebalikan dari perasaan terjebak. Berbeda dengan memiliki tanggung jawab karena sebuah komitmen, Anda malah merasa seolah-olah semua orang bergerak menuju kedewasaan saat Anda terjebak di suatu fase tertentu begitu lama.
Cara menanganinya: Saatnya untuk melatih kecerdasan emosional Anda. Kecerdasan emosional adalah istilah yang digunakan psikolog untuk menggambarkan seberapa baik seseorang dapat menangani emosinya dan bereaksi terhadap emosi orang lain.
Ada lima bidang utama kecerdasan emosional, yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, keterampilan sosial, empati, dan motivasi.
Menjadi sehat dalam hal ini akan membantu Anda mengatasi perasaan tidak mampu dan menyalurkan energi negatif ke sesuatu yang lebih produktif, seperti pergi ke gym, melakukan hobi baru atau memulai kelas meditasi.
Jangan mencurahkan semua usaha Anda untuk uang atau pekerjaan dengan mencari tahu apa yang membuatmu bahagia dan lakukanlah
3. Anda khawatir Tentang Penghasilan
Robertson melihat tanda-tanda Quarter Life Crisis dan menemukan bahwa dua dari lima pemuda yang ditanyai prihatin dengan situasi keuangan mereka, mengatakan bahwa mereka tidak berpenghasilan cukup.
Entah itu berasal dari fakta bahwa kita sangat cemas tentang harga rumah, atau biaya menikah dan menghidupi anak, tekanan finansial adalah salah satu tanda dari Quarter Life Crisis.
Cara menangninya: cobalah untuk tidak terlalu fokus pada jumlah uang yang Anda peroleh dan berusaha lebih keras untuk belajar menata anggaran keuangan Anda.
Ada banyak aplikasi gratis yang tersedia untuk membantu Anda menata keuangan dan pengeluaran Anda sehari-hari.
4. Tidak Yakin dengan Tujuan Anda
Ketika guru bertanya apa yang Anda impikan ketika Anda dewasa, jawabannya umumnya tetap sama, dokter, polisi, dokter hewan, artis, dan lain-lain.
Namu, saat berada di Quarter Life Crisis, Anda malah sulit menentukan dengan tepat apa yang Anda inginkan, baik secara pribadi maupun profesional.
Cara menanganinya: psikolog Frederick Herzberg berteori bahwa ada dua set faktor di tempat kerja. Kumpulan faktor pertama adalah "faktor kebersihan (hygiene factors)", seperti gaji, status, dan keamanan kerja. Meskipun faktor-faktor ini penting, mereka tidak mengarah pada kepuasan Anda.
Set faktor kedua adalah "motivator" dan mencakup hal-hal seperti pengakuan, tanggung jawab, rasa penting dan pertumbuhan pribadi. Inilah hal-hal yang mendatangkan kepuasan.
Triknya adalah fokus pada motivator Anda dan tidak menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan hygiene factors.
Berhentilah berusaha keras untuk mendapatkan gaji besar atau promosi, alih-alih cari tahu apa yang membuat Anda bahagia dan lakukan itu.
Editor: Addi M Idhom