tirto.id - Baru-baru ini penggunaan menstrual cup atau cangkir menstruasi sebagai produk saniter alternatif saat menstruasi sedang jadi tren.
Klaim ramah lingkungan dan “lebih higienis” membikin produk ini populer.
Namun penelitian terbaru mengatakan terdapat beberapa risiko kesehatan ketika menggunakan cangkir menstruasi, termasuk endometriosis.
Cangkir menstruasi merupakan produk saniter yang terbuat dari silikon atau lateks. Bentuknya menyerupai cawan yang lembut dan lentur.
Terdiri dari dua jenis, cangkir menstruasi dibuat sesuai ukuran vagina: ukuran kecil untuk yang belum melahirkan, dan ukuran besar bagi yang sudah melahirkan pervaginam.
Cara memakai cangkir menstruasi sama seperti tampon, yakni dilesakkan ke dalam vagina. Produk ini menampung cairan darah dengan kapasitas 24-40 mL, hingga 12 jam.
Berbeda dari pembalut atau tampon sekali pakai, menstrual cup bisa dicuci dan dipakai berulang kali. Masa pemakaiannya mencapai 2-4 tahun.
Risiko Penggunaan Menstrual Cup
1.Endometriosis dan Adenomiosis
Sebuah studi yang terbit di Gynecologic and Obstetric Investigation (2003) memaparkan kasus seorang perempuan dengan ligasi tuba (kondisi ketika tuba falopi tertutup). Sebelumnya selama empat tahun perempuan tersebut menggunakan menstrual cup merek Keeper.
“Alat pengumpul menstruasi (menstrual cup), mengembangkan endometriosis dan adenomiosis,” demikian kesimpulan penelitian tersebut.
Endometriosis merupakan kondisi ketika jaringan pembentuk lapisan dalam dinding rahim tumbuh di luar rahim. Sementara adenomiosis terjadi ketika jaringan endometrium tumbuh ke dalam dinding uterus.
Sebabnya menstrual cup mengakumulasi darah dan memicu menstruasi retrograde, kondisi ketika aliran darah menstruasi berbalik arah.
Kondisi ini membikin darah menstruasi tidak mengalir ke luar tubuh melalui vagina, tetapi masuk ke rongga panggul melalui tuba falopi (saluran indung telur).
2. Toxic Shock Syndrome (TSS)
TSS merupakan penyakit akibat bakteri Staphylococcus aureus atau bakteri streptococcus masuk ke aliran darah, berkembang biak, kemudian menimbulkan racun dalam darah.
Penelitian Mitchell, dkk (2015) mengonfirmasi kasus pertama TSS akibat penggunaan cangkir menstruasi pada perempuan berusia 37 tahun.
Menstrual cup yang bekerja dengan menyimpan darah berisiko menjadi media pertumbuhan bakteri, sehingga pada akhirnya meningkatkan risiko infeksi bakteri.
3. Hidronefrosis
Hidronefrosis merupakan kondisi pembengkakan ginjal akibat penumpukan urine karena urine tidak bisa mengalir dari ginjal ke kandung kemih.
Studi oleh Diogo Nunes-Carneiro (2018) dan Alexandre Stolz, dkk (2019) menghasilkan kesimpulan yang sama: Menstrual cup meningkatkan risiko hidronefrosis.
Studi pertama yang terbit di International Journal of Surgery Case Report mengambil kasus pengguna berusia 26 tahun.
Perempuan tersebut didiagnosa hidronefrosis ginjal kanan, tapi kemudian segera sembuh setelah cangkir menstruasi dilepas.
“Bentuk dan ukuran perangkat adalah penyebab utama hidronefrosis,” kata peneliti, menurut mereka, pemasangan menstrual cup harus sesuai bentuk vagina dengan ukuran cawan yang tepat, serta peletakan yang pas.
Sementara studi kedua adalah contoh kasus dari perempuan berusia 47 tahun dengan keluhan nyeri di pinggang kanan selama tiga jam.
Ia kemudian didiagnosis komplikasi hidronefrosis unilateral akut. Sama seperti kasus sebelumnya, setelah menstrual cup dicopot, rasa sakit di pinggang kanan berangsur hilang.
Editor: Dhita Koesno