tirto.id - Mendeteksi penyakit sejak dini sangat penting untuk mempercepat proses penyembuhan.
Namun, ada beberapa jenis penyakit yang justru sulit didiagnosis oleh dokter dan sayangnya hal ini kerap terjadi pada perempuan.
3 Kondisi Kesehatan Wanita yang Jarang Terdeteksi Dokter
Berdasarkan informasi dari situs Medical News Today, setidaknya ada tiga kondisi kesehatan yang dialami oleh perempuan dan jarang terdeteksi oleh dokter.
Ketiga kondisi kesehatan tersebut antara lain endometriosis, penyakit jantung koroner, dan attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketiga penyakit ini sulit terdiagnosis dokter, yaitu:
- Penderitanya tidak segera memeriksakan diri ke dokter.
- Gejalanya dianggap biasa. Contohnya pada endometriosis, rasa sakit pada bagian pinggul dianggap sebagai nyeri haid yang normal.
- Perempuan lebih berisiko mengalami penyakit jantung koroner non-obstruktif yang ironisnya jauh lebih sulit terdeteksi oleh alat medis.
- Selama puluhan tahun, penelitian medis (khususnya penyakit jantung) lebih fokus pada laki-laki. Hal ini menyebabkan terjadinya kekurangan data tentang gejala penyakit yang dialami oleh perempuan.
- Pada kasus ADHD, kebanyakan orang (baik itu keluarga maupun ahli medis) meyakini bahwa laki-laki lebih rentan mengalami ADHD. Karena itu, perempuan yang mengalami gejala yang sama cenderung diabaikan.
Jadi, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, mari mengenal lebih jauh tentang endometriosis, penyakit jantung koroner, dan ADHD.
1. Endometriosis
Endometriosis adalah salah satu jenis penyakit yang menyerang sistem reproduksi perempuan.
Kondisi ini bisa terjadi pada perempuan berusia sekitar 30-40 tahun dan dapat menyebabkan sulit hamil.
Endometriosis terjadi ketika ada jaringan yang menyerupai endometrium (lapisan dalam rahim) tumbuh di luar uterus.
Endometriosis biasanya ditemukan di ovarium, tuba fallopi, jaringan yang menahan uterus di tempatnya, atau permukaan luar uterus.
Meski jarang terjadi, endometriosis juga bisa ditemukan di bagian tubuh lain seperti vagina, leher rahim, usus, kandung kemih, rektum, hingga organ lain seperti paru-paru.
A. Penyebab Endometriosis:
Dikutip laman Women's Health, berikut beberapa hal yang diduga menjadi penyebab endometriosis:
1. Aliran menstruasi yang bermasalah (retrograde menstruation)
Hal ini terjadi ketika jaringan yang luruh (darah menstruasi) tidak keluar melalui vagina, melainkan menuju tuba fallopi dan pinggul.
2. Faktor genetik
Endometriosis termasuk kondisi kesehatan yang bisa diturunkan. Jadi, apabila ada anggota keluarga yang mengalami endometriosis, Anda pun berpotensi mengalami penyakit yang sama.
3. Masalah kekebalan tubuh
Sistem kekebalan tubuh yang rusak bisa gagal mendeteksi dan menghancurkan jaringan endometrium yang tumbuh di luar uterus.
4. Faktor hormon
Hormon estrogen diduga menjadi salah satu pemicu terjadinya endometriosis. Namun, sampai saat ini masih diperlukan banyak penelitian tentang kaitan endometriosis dengan hormon tubuh.
5. Kesalahan operasi
Kesalahan saat operasi caesar (C-section) atau hysterectomy (angkat rahim) juga bisa menjadi penyebab endometriosis.
Saat operasi berlangsung, ada kemungkinan jaringan endometrium terangkat secara tidak sengaja dan berpindah tempat, misalnya di bekas luka perut.
B. Gejala Endometriosis
Perempuan yang mengalami endometriosis biasanya mengalami beberapa gejala sebagai berikut:
- Nyeri atau kram menstruasi yang menyakitkan. Rasa sakitnya juga bisa bertambah buruk seiring berjalannya waktu.
- Nyeri kronis (jangka panjang) di area panggul dan punggung bawah.
- Nyeri selama berhubungan intim atau setelahnya. Rasa sakitnya berbeda dengan rasa sakit di vagina saat dimulainya penetrasi.
- Sakit saat buang air besar atau buang air kecil selama periode menstruasi. Pada kasus yang jarang terjadi, terdapat darah pada feses dan urine.
- Pendarahan atau muncul bercak darah di luar masa menstruasi. Gejala ini bisa disebabkan hal lain dan tidak selalu karena endometriosis. Jika pendarahan sering terjadi, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
- Infertilitas (tidak bisa hamil)
- Mengalami gangguan pencernaan, terutama selama menstruasi. Contoh masalah pencernaan antara lain diare, sembelit, kembung, dan mual.
Penyakit jantung koroner disebut juga sebagai coronary heart disease (CHD) atau coronary artery disease (CAD).
Penyakit ini disebabkan adanya penumpukan plak di dinding arteri jantung. Plak tersebut berupa endapan kolesterol atau zat lain yang semakin lama semakin menumpuk dan menghambat aliran darah.
Penghambatan arteri ini membuat jantung tidak mendapatkan suplai darah sebagaimana mestinya.
Jika dibiarkan, plak akan semakin menumpuk dan bisa menutup arteri secara total hingga berujung pada serangan jantung yang berakibat fatal.
A. Penyebab Penyakit Jantung Koroner
Dilansir dari situs CDC, ada beberapa hal yang bisa menyebabkan penumpukan plak hingga mengakibatkan terjadinya penyakit jantung koroner. Beberapa di antaranya adalah:
- Mengonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak jenuh, lemak trans, dan tinggi kolesterol.
- Kurang olahraga atau jarang melakukan aktivitas fisik.
- Punya kebiasaan minum alkohol.
- Merokok. Perlu diketahui bahwa rokok bisa merusak jantung dan pembuluh darah. Nikotin meningkatkan tekanan darah, sedangkan karbon monoksida akan mengurangi suplai oksigen ke jantung.
B. Gejala penyakit jantung koroner
Mayoritas orang baru menyadari bahwa mereka terkena penyakit jantung koroner setelah mengalami serangan jantung.
Berikut beberapa gejala serangan jantung yang paling umum terjadi:
- Nyeri atau rasa tidak nyaman di bagian dada (angina)
- Rasa nyeri menjalar ke bagian lengan atau bahu.
- Merasa lemah, pusing, mual, atau berkeringat dingin.
- Sesak napas.
Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya gagal jantung, yaitu kondisi kesehatan serius ketika jantung tidak mampu lagi memompa darah sebagaimana mestinya.
Penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh plak biasanya juga disebut sebagai obstructive CAD.
Ada pula non-obstructive CAD atau penyakit jantung koroner non-obstruktif yang jarang terjadi, tapi tetap membahayakan. Dibandingkan laki-laki, perempuan dianggap lebih berisiko terkena penyakit ini.
Dilansir laman Healthline, penyakit jantung koroner non-obstruktif terjadi ketika arteri jantung tertekan atau terhimpit oleh jaringan maupun otot yang ada di sekitarnya.
Secara garis besar, gejalanya mirip dengan penyakit jantung koroner obstruktif.
Sayangnya, mendiagnosis penyakit jenis ini bisa jadi lebih sulit. Hasil tes mungkin akan menunjukkan arteri dalam keadaan bersih (tidak ada plak), tapi kondisinya yang terhimpit oleh jaringan lain tidak mudah terdeteksi sehingga butuh ketelitian para ahli medis.
3. Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD)
ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang dapat terjadi pada anak-anak dan bisa berlangsung hingga dewasa.
ADHD membuat seorang anak sulit memusatkan perhatian, kesulitan mengendalikan perilaku impulsif (bertindak tanpa berpikir), atau menjadi terlalu aktif.
A.Penyebab ADHD
Belum diketahui pasti apa yang menyebabkan terjadinya ADHD. Namun, seperti dikutip dari situs CDC, sejumlah studi menunjukkan bahwa ADHD mungkin bisa disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
- Faktor genetik
- Kerusakan otak
- Terkena paparan polusi (misalnya timbal) selama dalam kandungan atau di usia muda
- Sang ibu mengonsumsi alkohol dan merokok selama hamil
- Kelahiran prematur
- Lahir dengan berat badan kurang
Tetapi, hal-hal tersebut mungkin bisa memperburuk gejala ADHD pada sebagian penderitanya.
B. Gejala ADHD
Perlu diketahui bahwa seorang anak yang sulit memusatkan perhatiannya adalah hal yang wajar terjadi.
Pada anak dengan ADHD, kesulitan fokus seperti ini bisa berkelanjutan dan semakin parah sehingga mengganggu aktivitasnya.
Selain itu, kesulitan fokus juga dibarengi oleh gejala lain seperti:
- Sering melamun
- Sering lupa atau sering kehilangan barang
- Sering menggeliat dan merasa gelisah
- Banyak bicara
- Cenderung ceroboh atau melakukan hal yang berisiko
- Sulit menahan keinginan
- Sulit menunggu giliran
- Susah bersosialisasi atau bergaul dengan orang lain
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dhita Koesno