tirto.id - Belakangan ini media sosial dikejutkan dengan kasus kekerasan seksual yang dialami seorang anak berusia 12 tahun di Binjai, Sumatra Utara.
Akibat kekerasan seksual yang dialaminya, bocah 12 tahun itu kini hamil. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, mengungkapkan bahwa usia anak tersebut masih terlalu muda untuk hamil dan mengurus anak.
"Dia mengurus dirinya enggak bisa, bagaimana mengurus bayi? Setelah melahirkan harus dipikirkan anak ini supaya bisa melanjutkan pendidikannya dan menyangkut bayi," kata Bintang saat mengunjungi korban kekerasan seksual tersebut pada Sabtu (7/1/2023).
Tentu ada batasan usia khusus yang dinilai aman bagi seorang perempuan untuk hamil. Usia minimal ini dipertimbangkan dari segi kesiapan fisik hingga mental sang ibu.
Melansir Healthline, bayi yang lahir dari ibu terlalu muda atau terlalu tua memiliki risiko kesehatan, baik saat kehamilan maupun persalinan. Lalu, berapa sebenarnya usia yang aman bagi seorang perempuan untuk hamil?
Usia Aman Seorang Perempuan untuk Hamil Menurut Dokter
Perempuan mulai bisa bereproduksi antara usia 12 hingga 51 tahun. Namun, rentang usia kehamilan yang ideal bukan berdasarkan usia reproduksi.
Masih dikutip dari Healthline, dokter dan para ahli kesehatan menyatakan bahwa waktu terbaik seorang perempuan untuk hamil adalah antara usia 20 hingga awal 30-an.
Sebaliknya kehamilan remaja, yaitu di bawah usia 17 tahun ataupun kehamilan lanjut di atas usia 40 tahun rentan mengalami berbagai masalah kesehatan. Risiko tersebut dapat memengaruhi ibu dan bayi baik secara fisik dan mental.
Berapa Usia Ideal Untuk Hamil?
Usia ideal ini dilihat dari segi kesiapan fisik, mental, dan juga finansial seorang perempuan untuk memulai keluarga.
Berdasarkan studi yang diunggah di Oxford Academic (2002), usia yang paling ideal untuk perempuan hamil dan memiliki anak adalah 30,5 tahun.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengungkapkan bahwa di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat (AS) usia ibu memiliki anak meningkat secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir.
Jika dulu masyarakat mulai memiliki anak pada usia awal 20-an, maka saat ini naik di usia antara 26 hingga 31 tahun.
Sementara itu, di Indonesia sendiri rata-rata usia perempuan hamil masih tergolong muda meskipun masuk pada usia aman.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) rata-rata perempuan di Indonesia mengalami kehamilan pertamanya pada usia 21,57 tahun pada 2022.
Usia tersebut masih sedikit lebih muda dibanding data pada 2021 dengan rata-rata di usia 21,61 tahun. Bahkan menurut data KemenPPPA yang dirilis pada 2018, angka kelahiran anak di Indonesia kemungkinan akan kembali menurun pada 2023.
Risiko Hamil di Bawah Usia Aman?
Hamil di bawah usia aman atau kehamilan remaja rentan mengalami risiko kesehatan yang serius, baik untuk ibu maupun bayi.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan bahwa komplikasi kehamilan dan persalinan adalah penyebab utama kematian secara global untuk anak perempuan usia 15 hingga 19 tahun.
Hal inilah yang menyebabkan mengapa kehamilan di bawah umur reproduksi sangat tidak disarankan. Selain itu, ada beberapa risiko lain yang dapat terjadi pada kehamilan di bawah umur, termasuk:
1. Kelahiran Prematur
Masih menurut WHO, ibu remaja lebih mungkin mengalami kelahiran bayi prematur dibanding ibu yang hamil di usia ideal.
Hal ini dapat menyebabkan perkembangan tubuh dan otak bayi belum berkembang secara sempurna, sehingga berisiko mengalami disfungsi organ maupun disabilitas intelektual.
Selain itu, bayi lahir prematur juga rentan mengalami berat badan rendah, lemah, hingga kesulitan bernapas.
2. Risiko preeklampsia
Ibu hamil remaja juga rentan mengalami tekanan darah tinggi terkait kehamilan atau yang disebut dengan preeklampsia.
Kondisi ini sangat membahayakan ibu dan bayi. Menurut Healthline, preeklampsia pada ibu dapat membahayakan kerusakan ginjal.
3. Anemia selama hamil
Kehamilan remaja juga berisiko lebih tinggi mengalami anemia. Anemia sendiri merupakan kondisi berkurangnya jumlah sel darah merah.
Akibatnya sang ibu selalu lemas dan tidak bertenaga selama hamil. Kondisi ini juga dapat memengaruhi perkembangan janinnya.
4. Ketidaksiapan mental ibu
Ibu yang hamil di bawah umur biasanya akan mengalami lebih banyak masalah mental dibanding yang cukup usia.
Ibu remaja juga dapat mengalami berbagai kesulitan saat merawat dan menyusui anaknya sendirian. Hal ini menyebabkan ibu lebih mudah merasa takut, khawatir, hingga depresi.
Beberapa kasus kehamilan remaja usia di bawah 17 tahun mengakibatkan ibu hamil kesulitan menempuh pendidikan yang layak.
Ini bisa terjadi karena berbagai alasan, mulai dari stigma masyarakat hingga kehilangan kepercayaan diri.
5. Risiko terulang kembali di generasi berikutnya
Anak yang lahir dari ibu remaja rentan mengulang kejadian serupa. Hal ini karena pada ibu yang melahirkan di usia terlalu muda berisiko tidak bisa menempuh pendidikan yang maksimal seperti remaja lainnya.
Selain itu, ibu yang melahirkan di usia muda juga lebih mungkin mempunyai anak lebih dari satu.
Akibatnya, tidak sedikit kasus di mana ibu muda hidup dalam kemiskinan. Ini kemudian memengaruhi kehidupan sang anak di kemudian hari yang juga rentan mengalami hamil muda atau dinikahkan selagi muda seperti sang ibu.
Editor: Yantina Debora