Menuju konten utama

Waspada Saat Hamil di Usia Tak Lagi Muda

Menikah, hamil, dan melahirkan adalah impian sebagian besar wanita di dunia. Namun, ada rentang usia di mana kehamilan justru berisiko bagi kesehatan diri sendiri dan janin, yaitu jika hamil di usia lebih dari 35 tahun.

Waspada Saat Hamil di Usia Tak Lagi Muda
Penyanyi Janet Jackson hamil di usia 50 tahun. FOTO/Entertainment Tonight

tirto.id - Janet Jackson terlihat sedang berjalan keluar dari toko furnitur bayi, di London pada akhir September lalu. Seleb yang menikahi miliarder Wissam Al Mana ini terlihat memakai sweater hitam, ikat kepala, syal, celana, dan sepatu kets. Wajahnya tampak sangat bersinar ketika keluar dari toko tersebut.

Janet Jackson sedang menantikan kelahiran anak pertamanya. Kehamilan ini tentu saja sangat menggembirakan karena terjadi ketika usianya sudah setengah abad. Janet membatalkan tournya yang bertajuk “Unbreakable World Tour” demi jabang bayi yang sudah sangat dinantikannya itu.

"Suami saya dan saya sedang mempersiapkan kehadiran keluarga baru kami, jadi saya harus menunda tur," katanya kepada penggemar dalam sebuah video bulan April lalu.

"Ini sangat penting untuk saya lakukan sekarang. Dokter pun menyarankan saya untuk istirahat,” tambahnya.

Istirahat itu sangat penting karena Janet hamil pada usia yang sudah tidak lagi muda. Hamil pada usia yang berisiko ini sangat membutuhkan penanganan agar tidak membahayakan janin dan ibunya.

Usia Ideal untuk Hamil

Berdasarkan hasil penelitian dari American Society for Reproductive Medicine, usia ideal seseorang untuk hamil ialah di rentang 20-30 tahun. Hal ini berkaitan erat dengan dengan jumlah folikel telur di dalam ovarium.

Saat lahir, di dalam tubuh perempuan terdapat kurang lebih satu juta folikel ovarium. Ketika memasuki masa pubertas, jumlah itu menurun menjadi kurang lebih hanya 300.000. Jumlah ini terus berkurang seiring dengan berjalannya waktu.

Proses ini disebut dengan atresia, yakni proses degeneratif yang terjadi (tak) terlepas dari apakah seseorang hamil, memiliki siklus menstruasi normal, menjalani pengobatan infertilitas, perokok, dan lain sebagainya.

Hasil penelitian American Society for Reproductive Medicine, menyatakan perempuan berusia 30 tahun dengan siklus menstruasi normal memiliki kesempatan hamil sebesar 20 persen. Pada usia awal 40-an, peluang seorang perempuan untuk hamil semakin berkurang, hanya kurang dari 5 persen per siklus. Kebanyakan perempuan sudah tidak bisa hamil di pertengahan usia 40 tahunan dan rata-rata perempuan akan memasuki masa menopause saat memasuki usia 51 tahun.

Meskipun demikian, tak menutup kemungkinan wanita yang sudah berusia lebih dari 40 tahun masih bisa hamil. Bisa dengan cara normal atau penanaman sel telur. Sel telur itu bisa berasal dari donor ataupun dari sel telur milik wanita yang bersangkutan dan sudah dibekukan. Di dunia, sudah terbukti banyak wanita berusia lanjut yang bisa hamil.

Menurut catatan resmi yang dikutip dari BBC, ibu tertua adalah Maria del Carmen Bousada Lara, yang melahirkan bayi kembar di Spanyol pada tahun 2006, saat ia berusia 66 tahun. Namun ada juga sumber yang menyebut rekor ibu tertua dipegang oleh Omkari Panwar, yang diyakini sudah berusia 70 tahun ketika melahirkan bayi kembar dua di India pada tahun 2008.

Risiko Hamil di Usia Tak Lagi Muda

Hamil di usia yang sudah tidak muda memang memungkinkan. Namun, yang harus dipahami adalah meningkatnya risiko hamil di usia yang tidak muda lagi.

Peneliti menemukan beberapa risiko ketika seorang perempuan hamil di usia yang tak lagi muda. Salah satunya adalah peningkatan risiko kanker. Risiko ini terutama muncul jika hamil terjadi setelah proses perawatan kesuburan. Media online khusus kesehatan, health.com melaporkan setelah menjalani perawatan kesuburan, seorang perempuan bernama Elizabeth Edwards bisa melahirkan dua anak di usia 48 tahun dan 50 tahun. Namun, empat tahun kemudian ia didiagnosis mengalami kanker payudara stadium II, kurang lebih saat itu usianya 55 tahun.

Fenomena ini, dijelaskan oleh Julia Smith, MD PhD, direktur Lynne Cohen Breast Cancer Preventive Care Program at the New York University Cancer Institute, bahwa siklus alami hormon reproduksi bisa bermasalah ketika dilaksanakan terapi hormon.

“Perempuan yang semakin berumur, tingkat terserang kanker payudaranya juga tinggi, lebih mengkhawatirkan lagi ketika seorang perempuan memperoleh terapi hormon atau terapi kesuburan, bisa mengganggu proses alami penuaan sel payudara, inilah yang bisa menimbulkan kanker payudara,” ujar Julia.

Hal itu merujuk pada salah satu studi perempuan di Swedia, yang telah melakukan penelitian dengan mengikuti perempuan hamil pada rentang usia subur (antara 20-30 tahun) menemukan tingkat risiko terserang kanker payudara lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan yang memiliki anak pada usia 35 tahun. Perempuan hamil pada usia tersebut risiko terserang kanker payudara bisa sampai 26 persen.

Pernyataan Julia didukung oleh Mary Jane Minkin, MD, profesor kebidanan dan ginekologi di Yale School of Medicine yang mengaku khawatir jika seorang perempuan berumur sudah didiagnosa mengalami kanker payudara stadium awal dan hormon estrogennya naik selama masa kehamilan akan mempercepat pertumbuhan tumor. “Kemungkinan itu nyata,” katanya.

Infografik Hamil di Usia Tua

Sementara itu, selama hamil terjadi peningkatan volume darah untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin sehingga mengakibatkan peningkatan detak jantung dalam mendistribusikan volume darah sesuai dengan kebutuhan. Untuk perempuan yang hamil di usia rawan, detak jantung lebih cepat berisiko menimbulkan komplikasi.

Hal itu diterangkan lebih lanjut oleh Dr. Robert Stillman, MD, direktur medis dari Shady Grove Fertility Center, salah satu klinik kesuburan terbesar, dengan 15 kantor di wilayah Washington, DC. Ia mengatakan perempuan yang hamil di usia lebih dari 40 tahun bisa mengalami komplikasi preeklamsia, yakni komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya ginjal.

Dr. Stillman dalam Health magazine pada Juli 2015 lalu mengatakan masalah tersebut bisa muncul ketika usia kehamilan masuk trimester ketiga. Insiden preeklampsia bisa terjadi pada semua ibu hamil, namun pada perempuan yang hamil di usia lebih dari 40 tahun, risiko terserang preeklamsia bisa mencapai 5 sampai 10 persen, dan jika sudah lebih dari 50 tahun risikonya menjadi 35 persen.

Selain itu, perempuan hamil di usia rawan bisa mengalami percreta plasenta. Hal ini terjadi pada Lauren B. Cohen, seorang pengacara di New Jersey yang melahirkan anak kembar pada usia 59 tahun.

Seperti dikutip dari health, ia bercerita telah menghabiskan dua bulan di rumah sakit sebelum melahirkan bayi kembarnya akibat komplikasi percreta plasenta yaitu kondisi sangat langka, di mana plasenta benar-benar menempel pada dinding rahim dan pada kandung kemih.

"Dokter saya mengatakan dinding rahim saya telah melemah, karena usia dan stres karena hamil kembar," tutur Cohen.

Ia menjalani C-section (operasi caesar) dan selama itu dia mengalami pendarahan sehingga memerlukan transfusi 33 unit darah. Si kembar pun lahir dalam kondisi prematur.

Untuk menghindarkan diri dari risiko-risiko tersebut, perempuan yang hamil di usia rawan disarankan melakukan konsultasi kehamilan pada dokter spesialis, bukan bidan atau dokter umum.

Proses persalinan sebaiknya dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas standar, lengkap dengan sarana prasarana yang memungkinkan untuk berjaga-jaga jika terjadi suatu kelainan pada proses persalinan.

Baca juga artikel terkait IBU HAMIL atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti