Menuju konten utama

Cangkir Menstruasi, Alternatif Lebih Hemat dan Ramah Lingkungan

Saat pembalut plastik menimbulkan limbah dan yang berbahan organik harganya mahal, cangkir menstruasi bisa jadi pertimbanganmu.

Cangkir Menstruasi, Alternatif Lebih Hemat dan Ramah Lingkungan
Header Diajeng Cangkir Menstruasi. tirto.id/Quita

tirto.id - Apa kamu pernah terpikir tentang dampak ekologi dari pemakaian produk untuk merawat organ reproduksi?

Coba telusuri dari kebiasaanmu menjaga area vulva di vagina agar tidak lembap. Setiap kali selesai buang air, kamu pasti mengelapnya sampai kering. Apa yang biasanya dipakai? Yup, lembaran tisu.

Setiap bulan, perempuan menstruasi menyumbang sampah residu di negeri ini. Bekas pembalut plastik yang bahannya sulit terurai pun terus menumpuk.

Menurut Tulus Abadi, pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, pada 2015 jumlah sampah pembalut diperkirakan mencapai 1,4 miliar buah per bulan. Angka ini diperoleh dengan menghitung jumlah perempuan kategori subur di Indonesia, yakni sekitar 67 juta orang.

Meskipun konsisten menyumbang banyak sampah, mayoritas perempuan masih lebih memilih pembalut plastik karena praktis.

Pembalut kain jadi opsi yang tidak populer karena sebagian perempuan kerepotan mencuci dan menjemurnya sebelum digunakan kembali. Terutama kalau lagi musim hujan, pembalut kain jadi susah kering dan bau di tiang jemuran.

Beberapa peneliti mencoba berinovasi untuk menyelesaikan problem sampah residu dari pembalut sekali pakai.

Tim dari Institut Pertanian Bogor pada 2014 menemukan pembalut berbahan dasar umbi gadung dan kulit pisang yang tergolong biodegradable atau dapat terurai. Belakangan ini juga marak produk pembalut berbahan utama kapas organik atau bahan alami yang bisa dikompos—tapi harganya relatif mahal.
Kembali lagi, pengembangan pembalut ramah lingkungan belum dilakukan secara masif sehingga lebih sulit diakses dibanding pembalut merek pasaran.

Eits, problem pemakaian pembalut tak hanya berhenti di perkara lingkungan, lho!

Coba deh, apa kamu pernah menghitung biaya yang dikeluarkan untuk membeli pembalut setiap bulan sejak pertama menstruasi waktu SD atau SMP? Asumsikan kamu mengeluarkan Rp50 ribu setiap bulan untuk beli pembalut. Dalam setahun saja, setidaknya kamu perlu menggelontorkan Rp600 ribu.

Nah, ada alternatif solusi untuk menstruasi yang tak hanya lebih ramah lingkungan tapi juga menghemat biaya. Namanya menstrual cup—cangkir atau cawan menstruasi. Produk yang bisa dipakai dalam jangka tahunan ini dapat kamu temukan dengan mudah di aplikasi e-commerce.

Cangkir Menstruasi

Cangkir menstruasi terbuat dari silikon atau lateks. Wujudnya berupa cawan yang lembut dan lentur. Ia diproduksi dalam aneka ukuran karena disesuaikan dengan ragam bentuk vagina.

Cara memakainya mirip dengan tampon: didorong masuk ke dalam liang vagina. Berbeda dari pembalut atau tampon sekali pakai, cangkir menstruasi bisa dicuci dan dipakai berulang kali.

Masa pakai cangkir menstruasi beragam. Produsen asal Canada, DivaCup, menyatakan banyak penggunanya yang mengatakan produk mereka awet selama 2-4 tahun. Produk Mooncup asal Inggris disebut bertahan 4-5 tahun atau bahkan lebih, sementara Ziggy Cup produksi Intimina dari Swedia menyarankan produknya diganti setiap 2 tahun. Ada juga cangkir berbahan lateks dari Keeper asal AS yang diklaim bisa bertahan 10 tahun.
Lalu, kapan saat yang tepat untuk mengganti cangkir menstruasi? Apakah ada tanda-tanda tertentu?

Darah menstruasi bisa membuat cawan berbahan silikon berubah warna (diskolorasi) seiring waktu. Biasanya, jika warna cawan sudah memudar, perlu diganti yang baru. Selain itu, cawan yang sudah berbau tak sedap juga menjadi indikasi untuk segera diganti. Demikian juga jika sudah ada bagian yang sobek.

Header Diajeng Cangkir Menstruasi

Header Diajeng Cangkir Menstruasi. foto/Isocphoto

Tergantung merek, harga cangkir menstruasi berkisar dari Rp100 ribu hingga Rp800 ribu. Sekilas, angkanya memang terlihat besar, sih. Tapi coba bandingkan dengan pengeluaranmu untuk pembalut selama 2-4 tahun. Tentu masih lebih sedikit biaya yang dikeluarkan untuk cangkir menstruasi.

Kamu ingat dengan ingar-bingar tahun 2015 silam tentang pembalut yang mengandung klorin? Zat ini berbahaya bagi kesehatan karena dapat memicu iritasi, bahkan kanker. Nah, cangkir menstruasi disebut bebas dari zat kimia berbahaya, bahan plastik, pewarna, atau pewangi.
Sebagian dari kamu mungkin merasa tak nyaman atau kurang leluasa beraktivitas ketika pakai pembalut.

Tapi kamu tak perlu khawatir pada semua itu kalau memilih cangkir menstruasi. Pertama, produk ini tak perlu dibilas sesering pembalut. Hal ini diungkapkan oleh Ayunda (23) yang sudah familiar dengan pemakaian cangkir menstruasi.

“Kalau pakai pembalut, karena darahnya menyebar ke permukaannya, saya merasa yang keluar banyak banget. Padahal, kenyataannya enggak begitu. Waktu pakai menstrual cup, pada awal masa menstruasi pun, darah yang tertampung di sana nggak pernah sampai penuh. Paling cuma sepertiga cup,” papar Ayunda.

Ayunda bercerita, cangkir menstruasi yang dipakainya cukup diganti setiap empat jam sekali. Klaim Ayunda juga didukung oleh penjelasan dari situs Cleveland Clinic, bahkan produk tersebut tahan digunakan tanpa dicuci sampai 12 jam.

Cangkir menstruasi juga bisa dipakai untuk berenang. Pasalnya, ia dipasang di dalam vagina dan akan menampung darah yang mengalir tanpa menetes ke luar. Sejumlah perempuan dari berbagai negara memberikan testimoni positif saat berenang pakai cangkir menstruasi dalam situs MenstrualCup Reviews.

Keunggulan Cangkir Menstruasi

Dikutip dari WebMD, cangkir menstruasi cenderung lebih sedikit menimbulkan bau tak sedap dibanding produk menstruasi lainnya.

Acapkali, bau ini tercium saat kita ingin buang air atau hendak mengganti pembalut. Ini terjadi karena bau darah menstruasi akan menguat saat terpapar udara. Ditambah dengan kondisi vagina yang lembap karena keringat dan tertutup rapat oleh pembalut, bau tak sedap pun akan semakin kuat tercium.

Header Diajeng Cangkir Menstruasi

Header Diajeng Cangkir Menstruasi. foto/IStockphoto

Mungkin sebagian dari kamu khawatir cangkir menstruasi atau produk lain yang dimasukkan ke vagina semacam tampon bisa “terjebak” di dalam. Nope. Kenyataannya justru sebaliknya.

Karena didesain menyerupai cawan dengan pinggiran yang dapat menahan posisinya, cangkir menstruasi tidak akan tiba-tiba tersangkut di bagian vagina yang lebih dalam. Lubang kecil di sekitar bibir cangkir berfungsi untuk melepas lekatannya kalau kamu mau mengeluarkan badan cangkir.
Cangkir menstruasi memang punya banyak kelebihan. Meskipun begitu, tetap ada sisi negatifnya.

Pertama, bagi yang belum pernah menjajalnya, pemakaian cangkir ini bisa memakan waktu lebih lama dibanding pembalut. Ia perlu diposisikan dengan tepat agar tak mengganggu kenyamanan.

Kedua, memasukkan cangkir menstruasi ke vagina mungkin bisa merusak selaput dara. Lantaran hal ini masih diagung-agungkan dalam banyak konteks budaya di Indonesia, mereka yang masih perawan kebanyakan enggan memilih produk ini.

Bagi kamu yang alergi lateks, cangkir menstruasi juga bukan pilihan tepat karena bisa bikin iritasi. Selain itu, memilih ukuran cangkir menstruasi juga jadi kendala tersendiri. Tak banyak yang bisa memperkirakan ukuran liang vaginanya sehingga kesulitan memilih ukuran cangkir yang pas saat pertama membeli.

Usaha menjaga lingkungan memang tak serupa membalik telapak tangan.Butuh waktu dan tenaga lebih, tapi setimpal apabila kamu peduli dengan kelestarian lingkungan.

*Artikel ini pernah tayang di tirto.iddan kini telah diubah sesuai dengan kebutuhan redaksional diajeng.

Baca juga artikel terkait PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari Patresia Kirnandita

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Patresia Kirnandita
Editor: Maulida Sri Handayani & Sekar Kinasih