tirto.id - Detak jantung janin laki-laki dan perempuan normalnya berkisar 110-160 beats per minute (BPM). Jika detak jantung janin 160 atau lebih cepat, artinya bayi mengalami takikardia. Itu berpotensi menimbulkan komplikasi serius seperti gagal jantung, hidrops janin nonimun, dan dan kematian janin.
Penyebab detak jantung janin tidak normal yang paling umum adalah demam ibu. Muasalnya bisa beragam, mulai dari infeksi intrauterin, analgesia epidural (pengobatan penghilang nyeri), dan sekresi katekolamin
Di sisi lain, detak jantung janin tidak normal juga berpotensi disebabkan oleh kesalahan pengukuran atau alasan medis lain. Di antaranya seperti perhitungan alatnya salah, bayi berpindah posisi, terdapat plasenta anterior, hingga progesteron rendah.
Oleh karenanya, para ibu mesti menjaga kesehatannya serta memeriksa kondisi bayi secara rutin, termasuk denyut jantungnya. Cara mengetahui bayi dalam kandungan sehat, salah satunya melalui pemeriksaan Ultrasonografi (USG).
Berapa Frekuensi Denyut Jantung Janin Normal?
Detak jantung bayi dalam kandungan mulai terdengar pada rentang usia 5 setengah hingga 6 minggu. Hal itu juga ditandai dengan munculnya kutub janin, yang bisa dideteksi melalui USG vagina.
Pengecekan dengan hasil lebih baik dapat dilakukan pada usia kandungan 6 setengah hingga 7 minggu. Pada usia ini detak jantung janin seharusnya telah mencapai rentang 90-110 BPM.
Cara mengetahui detak jantung janin normal dapat dilakukan menggunakan doppler janin, USG perut, USG Transvagina, dan Stetoskop. Detak jantung bayi berubah setiap trimester.
Berikut ini detak jantung janin normal di setiap trimester kehamilan:
1. Trimester 1
Pada trimester pertama, ketika usia kehamilan 5-7 minggu, detak jantung janin berkisar 90-110 BPM.
Sementara itu, saat usia bayi dalam kandungan menginjak 8-12 minggu, detak jantungnya berkisar 140-170 BPM.
2. Trimester 2
Pada usia kehamilan 13-26 minggu, detak jantung janin berkisar 110-160 BPM.
Detak jantung bayi dalam kandungan pada trimester 2 dapat diketahui melalui cek laboratorium. Selain memeriksa denyut jantung janin, dokter akan melakukan cek kadar glukosa, cek golongan darah, serta pengambilan sampel darah janin.
3. Trimester 3
Pada usia kehamilan 27-40 minggu, detak jantung janin berkisar 110-160 BPM. Namun akan turun sedikit di 10 minggu terakhir menjelang hari kelahiran.
Apa Perbedaan Detak Jantung Janin Laki-laki dan Perempuan?
Healthline menuliskan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara detak jantung janin normal untuk bayi laki-laki maupun perempuan. Detak jantung janin laki-laki pada trimester pertama adalah 154,9 BPM. Sementara itu, denyut jantung bayi perempuan pada usia itu rata-rata 151,7 BPM.
Selain itu, di beberapa kalangan masyarakat, beredar mitos terkait prediksi jenis kelamin bayi yang akan lahir. Mitos tersebut mengatakan bahwa, jika detak jantung janin lebih dari 140 BPM, bayi yang akan lahir perempuan. Begitupun sebaliknya, anak yang dikandung diyakini berjenis kelamin laki-laki jika detak jantungnya di bawah 140 BPM.
Terkait mitos detak jantung janin, Cleveland Clinic menjelaskan bahwa tidak ada penelitian ilmiah yang bisa membuktikan hal itu. Jenis kelamin bayi ditentukan secara genetik, bukan melalui detak jantung janin.
Pengecekan kelamin bayi dapat dilakukan dengan tes genetic prenatal seperti chorionic villus sampling (CVS) dan Amniosentesis. Namun, tes-tes tersebut membawa risiko keguguran atau infeksi karena mengambil sampel plasenta dan cairan ketuban. Ibu hamil sebaiknya menunggu kehamilan sedikit lebih tua untuk mengetahui jenis kelamin secara kasat mata melalui USG.
Apa Penyebab Detak Jantung Janin Tidak Normal?
Detak jantung janin normal tidak dialami semua bayi. Terdapat beberapa keadaan tidak normal yang disebut aritmia. Kondisi ini bisa berupa detak jantung janin yang terlalu cepat, lambat, atau tidak beraturan.
Masalah tersebut didiagnosa ketika detak jantung janin di luar kisaran normal 120-180 BPM. Terdapat 3 jenis aritmia janin, meliputi:
- Bradikardia atau bradiaritmia: Denyut jantung di bawah 110 BPM yang berlangsung selama lebih dari 10 menit.
- Takikardia atau takiaritmia: Denyut jantung janin 160 BPM atau di atasnya, yang berlangsung selama lebih dari 10 menit.
- Ritme ektopik: jantung janin menghasilkan detakan awal yang terdengar seperti denyut ekstra atau menurun.
Di samping itu, sebagian besar aritmia janin memiliki signifikansi klinis yang kecil. Kalaupun terjadi, seringkali hanya sementara serta tidak berbahaya.
Namun, dalam beberapa kasus, kondisi tersebut membutuhkan penanganan medis. Misalnya, aritmia supraventrikular, yang berisiko terjadinya gagal jantung janin, hidrops janin, dan/atau kematian janin
Cincinnati Children’s menuliskan bahwa aritmia disebabkan gangguan sistem sinyal listrik pada jantung. Penyebab lain dari aritmia di antaranya seperti cacat jantung bawaan (hadir saat lahir), ketidakseimbangan elektrolit, peradangan, dan aliran darah terbatas.
Beberapa penelitian lain menyatakan kemungkinan kafein dan kecemasan ibu hamil dalam kasus aritmia janin.
Detak jantung janin yang rendah juga dapat diakibatkan beberapa keadaan sebagai berikut:
1. Kesalahan manusia
Menemukan detak jantung menggunakan beberapa metode pengecekan membutuhkan keterampilan yang mumpuni dari dokter. Maka dari itu, ada kemungkinan terjadi ketidaktelitian dalam pemeriksaan. Apabila dirasa kurang maksimal, pasien dapat mencoba pemeriksaan di tempat lain.
2. Bayi berpindah posisi
Bayi di usia awal kehamilan memiliki ruang luas, sehingga dapat bergerak berpindah posisi. Jika detak jantung janin melemah, ada kemungkinan dia sedang bergerak ke posisi canggung serta menghindari doppler. Solusinya melakukan pemeriksaan kembali sesuai rekomendasi dokter.
3. Perhitungan yang salah
Perhitungan kehamilan yang salah dapat memengaruhi pemeriksaan detak jantung, sehingga tidak terkonfirmasi. Terutama jika pemeriksaan dilakukan terlalu dini.
4. Terdapat plasenta anterior
Wanita hamil memungkinkan memiliki plasenta anterior yang berposisi di depan rahim. Itu berpotensi menghalangi doppler sehingga detak jantung bayi dalam kandungan tidak terdeteksi.
5. Rahim yang miring
Beberapa wanita memiliki rahim miring ke tulang belakang. Kendati bukan masalah besar, itu bisa menghalangi doppler saat mengecek denyut jantung janin.
6. Wanita berukuran besar
Wanita berukuran besar memungkinkan lebih banyak jaringan dalam rahim sehingga mengganggu pemeriksaan detak jantung bayi. Dalam keadaan ini dapat memilih pemeriksaan deteksi dengan USG transvaginal.
7. Abnormalitas kromosom
Lebih dari 50 persen keguguran disebabkan kromosom yang salah pada sperma atau sel telur. Maka dari itu, perkembangan bayi terganggu, dan dapat menyebabkan keguguran.
8. Tali pusar bermasalah
Kondisi bayi terlilit tali pusar juga bisa menyebabkan suplai darah terganggu, yang kemudian menyebabkan detak jantung bayi melemah.
9. Masalah Pasokan Darah
Pembekuan darah dan autoimun dapat menyebabkan masalah aliran darah ke plasenta sehingga jantung bayi terlalu lemah bahkan berhenti berdetak.
10. Infeksi
Infeksi seperti rubella, cytomegalovirus, vaginosis bakteri, dan beberapa PMS dapat menyebabkan keguguran.
11. Progesteron rendah
Progesteron yang rendah akan menyebabkan keguguran spontan terjadi. Progesteron merupakan hormon yang berfungsi menjaga janin di awal kehamilan.
Editor: Fadli Nasrudin