tirto.id - Momen hamil menjadi sesuatu yang menyenangkan sekaligus mendebarkan bagi para ibu. Apalagi bagi para ibu yang mengalami kehamilan saat pandemi virus corona (Covid-19) sedang terjadi.
Hamil pada saat pandemi Covid-19 membuat para ibu tidak bebas untuk mengunjungi dokter atau rumah sakit secara rutin. Padahal, pada masa normal, para ibu hamil dianjurkan berkonsultasi ke dokter secara berkala untuk mengecek kondisi janin dan kehamilannya.
Di banyak negara yang terdampak pandemi, termasuk Indonesia, masyarakat disarankan supaya membatasi kunjungan ke dokter atau rumah sakit, jika tidak ada kebutuhan yang mendesak. Hal ini untuk mencegah penularan virus corona. Imbauan ini juga berlaku bagi para ibu hamil.
Apabila tidak ada kondisi yang mendesak, konsultasi dengan dokter dianjurkan berlangsung lewat sarana telekomunikasi jarak jauh, terutama online.
Presiden Konfederasi Bidan Internasional, Franka Cadee juga pernah menganjurkan para ibu hamil berkonsultasi dengan dokter kandungan melalui sarana komunikasi daring.
"Saya harap para ibu hamil mengurangi pertemuan dengan dokter atau tenaga kesehatan, untuk melindungi diri mereka sendiri dan tenaga medis dari risiko penularan [Covid-19]," kata Franka, pada pertengahan Mei 2020 lalu, seperti dilansir laman UNICEF.
"Mereka [dokter dan ibu hamil] bisa bertemu, jika sangat diperlukan," tambah Franka.
Sayangnya, tidak semua ibu hamil bisa mengakses sarana komunikasi online untuk berkonsultasi dengan dokter ataupun bidan.
Sebagian ibu hamil mungkin juga mencemaskan kondisi janinnya karena tidak bisa rutin bertemu langsung dengan dokter untuk menjalani pemeriksaan USG (ultrasonography), atau yang sejenis.
Meskipun demikian, sebenarnya para ibu bisa mengetahui kesehatan janinnya dengan mengenali tanda-tanda tertentu. Tanpa harus menjalani pemeriksaan USG atau semacamnya, kondisi janin yang sehat atau tidak bisa diketahui oleh sang ibu.
Sebagaimana dilansir laman Livestrong, janin umumnya mengalami pertumbuhan yang cepat usai masa 10 minggu kehamilan atau setelah fase embrionik.
Namun, pada usia tersebut, janin menghadapi risiko tertinggi mengalami gangguan. Masalah bisa muncul dari faktor eksternal, maupun dampak dari kondisi kesehatan sang ibu. Oleh sebab itu, ibu hamil sebaiknya lebih memperhatikan kondisi janinnya setelah usia 10 pekan kehamilan.
Berikut cara mengenali tanda-tanda janin dalam kondisi sehat, sesuai dengan perkembangannya, yang perlu untuk diperhatikan oleh para ibu hamil.
1. Pergerakan janin
Pastikan ada gerakan yang dilakukan janin. Sejak sekitar lima bulan setelah kehamilan janin akan mulai bergerak. Lalu, setelah usia 6 bulan, janin biasanya bisa bereaksi dengan gerakan tersentak. Gerakan tersentak yang dibuat bayi menandakan bayi mengalami cegukan.
Selanjutnya pada usia 7 bulan, janin mulai merespons rangsangan seperti rasa sakit, suara dan cahaya. Kemudian pada bulan kedelapan, janin mulai bisa melakukan perubahan posisi, dan sering menendang.
Selanjutnya, pada usia sembilan bulan, janin biasanya tetap memberikan gerakan dan tendangan namun sedikit berkurang karena ruang gerak yang semakin sempit. Pastikan ibu selalu mengingat seberapa sering buah hati dalam perutnya bergerak sebagai tanda janin sehat dan aktif.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan yang Normal
Secara umum, pemeriksaan USG merupakan cara yang termudah untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan janin. Namun, pertumbuhan dan perkembangan janin juga bisa diketahui dengan cara mengukur tinggi fundus uteri, atau titik tertinggi dari rahim, dengan menggunakan meteran dalam satuan sentimeter.
Pada usia kehamilan 20 minggu, tinggi fundus niormal berkisar antara 17-23 cm. Apabila mengacu pada pemeriksaan USG, janin usia 5 bulan memiliki panjang sekitar 10 inci, dengan kenaikan 2 inci setiap bulan.
Kemudian, pada trimester ketiga, atau setelah 28 pekan kehamilan, janin akan tumbuh 750 gram setiap minggu dan saat usia sembilan bulan bisa mencapai 3,5 kg, dengan panjang 18-20 inci atau sekitar 45-50 cm.
3. Detak Jantung
Pemantauan detak jantung pada janin biasanya juga dilakukan melalui tes USG. Menurut kongres Obstetri dan Ginekolog Amerika, tes non-stres dan tes stres kontraksi memungkinkan dokter untuk mencari masalah potensial dan memastikan kesehatan jantung pada janin. Pemantaun pada detak jantung juga dilakukan selama persalinan untuk memastikan janin sehat.
Detak jantung pada janin bervariasi antara 110-160 detak per menit. Tak perlu khawatir, saat ini alat pengukur detak jantung bayi sudah banyak beredar di pasaran, sehingga para orang tua bisa memeriksanya tanpa perlu mengunjungi dokter.
Namun, perlu diingat, ibu hamil tetap perlu berkonsultasi dengan dokter, meskipun tanpa bertemu langsung.
4. Posisi Bayi
Pada usia sembilan bulan, janin biasanya mengurangi gerakan dan berusaha mengubah posisinya, seperti hendak menyambut masa kelahirannya. Biasanya posisi janin yang normal ditandai dengan kepala yang memasuki panggul ibu dan menghadap belakang.
- Cara Menghitung Usia Kehamilan dan Hari Perkiraan Lahir
- Studi: Kehamilan Tidak Tingkatkan Risiko COVID-19 yang Parah
- WHO Berikan Cara Mencegah Kehamilan Selama Pandemi Corona
- Tips Menjalani Kehamilan Saat Pandemi COVID-19
- Ketahui Pertolongan Pertama Pada Ibu Hamil Saat Alami Sakit Gigi
- Seks Saat Pandemi: Kurang Kontrasepsi Hingga Dilarang Hamil
Penulis: Meigitaria Sanita
Editor: Addi M Idhom