Menuju konten utama

Apa Saja Format Penilaian Lomba Puisi? Simak Penjelasannya

Lomba puisi dapat menjadi salah satu jenis lomba dalam peringatan hari-hari besar. Apa saja kriteria dan format penilaian dalam lomba puisi? Ini infonya.

Apa Saja Format Penilaian Lomba Puisi? Simak Penjelasannya
Seorang siswa sekolah dasar (SD) membaca puisi dalam kegiatan Lomba Baca Puisi yang diadakan oleh komunitas Guru Literasi Jakarta (Gliter Jak) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (21/12/2023). ANTARA FOTO/Bagus Ahmad Rizaldi/Ak/nym.

tirto.id - Lomba puisi dapat menjadi salah satu jenis lomba yang digelar dalam peringatan hari-hari besar. Lalu, apa saja kriteria dan format penilaian dalam lomba puisi?

Puisi merupakan karya sastra untuk menyampaikan suatu gagasan lewat penataan kata yang kreatif, irama, serta makna khusus. Membuat dan membaca puisi membutuhkan keahlian tersendiri sehingga tidak semua orang bisa melakukannya.

Karena itulah lomba cipta dan baca puisi kerap digelar di berbagai kesempatan, misalnya saat perayaan Hari Kemerdekaan, Hari Pahlawan, Hari Guru, atau hari-hari besar keagamaan. Lomba ini tak hanya mengadu kemampuan peserta dalam berpuisi, tapi juga dapat melatih mental dan keberanian untuk tampil di hadapan publik.

Format Penilaian Lomba Baca Puisi

Format penilaian lomba baca puisi bisa berbeda-beda tergantung kebijakan pihak penyelenggara. Namun, umumnya terdapat sejumlah aspek yang akan dinilai oleh juri, mulai dari isi puisi itu sendiri hingga penampilan peserta.

Berikut beberapa kriteria penilaian dalam lomba baca puisi:

1. Kesesuaian Tema

Baik membawakan puisi karya orang lain maupun karya sendiri, tema puisi yang dibacakan tentunya harus relevan dengan tema lomba itu sendiri. Misalnya mengikuti lomba dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan, tentunya puisi yang sesuai adalah puisi dengan tema perjuangan, cinta tanah air, hingga pahlawan.

2. Diksi dan Gaya Bahasa

Dalam lomba cipta dan baca puisi, peserta akan membawakan puisi hasil karyanya sendiri. Para juri akan menilai naskah puisi tersebut dari berbagai aspek, salah satunya pemilihan diksi dan gaya bahasa yang digunakan.

Diksi sendiri merupakan pilihan kata yang tepat, selaras, dan mampu memberikan efek yang lebih puitis. Misalnya untuk menggambarkan suasana sepi, diksi yang dapat digunakan bisa berupa hampa, sunyi, senyap, atau hening.

Sementara itu, gaya bahasa merupakan seni dalam kata-kata untuk menyampaikan suatu makna secara tidak langsung. Sebagai contoh, kalimat ‘bulan pun tertawa dan bintang menari saat melihatnya’ dapat menggambarkan suasana yang riang gembira.

3. Penafsiran Makna

Dalam lomba cipta dan baca puisi, kedalaman makna dalam karya puisi yang dibuat menjadi salah satu kriteria penilaian oleh juri. Begitu juga saat membaca puisi karya orang lain atau tokoh-tokoh terkenal.

Penggunaan diksi dan gaya bahasa yang beragam membuat puisi dapat ditafsirkan bermacam-macam. Oleh karena itu, saat membacakan puisi karya orang lain, peserta wajib memahami makna yang terkandung di dalamnya karena hal ini akan berpengaruh pada aspek lain seperti ekspresi, intonasi, hingga bahasa tubuh.

4. Artikulasi

Aspek lain yang akan dinilai oleh juri adalah hal-hal yang berkaitan dengan vokal, salah satunya artikulasi. Artikulasi berarti pelafalan atau pengucapan kata-kata dalam puisi yang sedang dibawakan.

Dalam lomba baca puisi, setiap kata harus diucapkan dengan jelas. Sebagai contoh, huruf vokal i jangan sampai samar dan terdengar mirip huruf vokal e, misalnya saat mengucapkan kata ‘indonesia’ jangan diucapkan ‘endonesia’.

5. Intonasi

Selain artikulasi, intonasi juga akan menjadi kriteria penilaian dalam lomba baca puisi. Intonasi berkaitan dengan tinggi rendahnya nada hingga lemah dan kuatnya suara saat mengucapkan kata-kata dalam puisi.

Misalnya puisi tentang perjuangan, umumnya terdapat kata atau kalimat yang diucapkan menggebu-gebu dengan nada yang agak tinggi untuk menggugah emosi pendengar/penonton. Berbeda saat membaca puisi yang bermakna sedih atau syahdu, biasanya intonasi akan lebih rendah dan kadang dibawakan dengan suara agak berbisik.

6. Tempo dan Ritme

Tempo dan ritme menjadi faktor yang berpengaruh dalam penggambaran makna puisi. Tempo berkaitan dengan kecepatan dan jeda, sedangkan ritme berhubungan dengan irama dalam pembacaan puisi.

Peserta harus bisa menentukan di bagian puisi mana saja ia harus membaca dengan cepat atau lambat. Misalnya ketika harus menggambarkan perasaan yang sedih, umumnya puisi akan dibaca dengan tempo yang agak lambat dan kadang memiliki jeda di beberapa katanya.

7. Penghayatan (Emosi, Ekspresi, dan Gestur)

Kriteria terakhir dan tak kalah penting adalah penghayatan. Penghayatan berkaitan dengan ketepatan emosi, ekspresi, serta gestur atau bahasa tubuh saat membaca puisi.

Puisi memiliki makna tersendiri sehingga peserta wajib memahaminya dan harus bisa membawakannya dengan emosi yang tepat. Emosi ini kemudian diwujudkan secara visual lewat ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang sesuai.

Misalnya membacakan puisi yang bermakna sedih, peserta bisa memasang ekspresi wajah yang sendu dengan tangan menyentuh dada atau saling bertangkup. Berbeda ketika membaca puisi perjuangan yang penuh semangat, peserta dapat menunjukkan ekspresi yang menggebu-gebu dengan gestur tangan mengepal.

Berikut contoh format penilaian lomba puisi:

Link Unduh Format Penilaian Lomba Puisi

Baca juga artikel terkait HUT RI 2024 atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Yulaika Ramadhani