tirto.id - Diksi dapat menambah nilai estetis pada puisi. Maka dari itu, diksi juga bisa disebut menjadi salah satu unsur pembentuk puisi.
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang sering disajikan dalam bahasa indah dan memiliki sifat imajinatif. Rangkaian kata-kata dalam puisi menggambarkan perasaan penyair (penulis) serta dapat menimbulkan kesan makna mendalam bagi para pembaca.
Mengutip Modul Bahasa Indonesia terbitan Kemdikbud (2020), diksi bisa menjadi kekuatan utama pada puisi. Sebab, dengan diksi yang tepat, penyair dapat menampilkan keindahan kata ataupun kedalaman makna dalam puisinya.
Pengertian dan Kegunaan Diksi dalam Puisi
Pengertian diksi adalah pemilihan kata. Di KBBI, kata diksi bermakna: pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
Diksi dalam puisi memiliki kegunaan tersendiri, yakni mengambarkan ide atau gagasan yang bisa diterima oleh pembaca, mencegah salah paham, dan mengefektifkan capaian target komunikasi.
Mengutip buku Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia (2021) dari Kemdikbudristek RI, diksi dalam puisi digunakan oleh para penyair untuk memunculkan efek dan makna tertentu.
Pemilihan kata untuk puisi biasanya akan terkait dengan makna, keselarasan bunyi, hingga urutan kata. Sebagai contoh, saat ingin mengungkapkan rasa kesepian, penyair bisa memilih diksi dengan memilah sejumlah pilihan kata, seperti sunyi, diam, nelangsa, sendiri, sedih, sepi, maupun hening.
Umumnya, penyair menggunakan gaya bahasa atau majas, pengimajian, kata konkret, serta kata konotatif guna mendukung estetika dan pemaknaan puisi.
Contoh Diksi dalam Puisi
Contoh diksi dapat dilihat di penggalan puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul "Selamat Pagi Indonesia" berikut ini:
Selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil
mengangguk dan menyanyi kecil buatmu.
Aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu
dalam kerja yang sederhana;
Pada puisi di atas, Sapardi Djoko Damono menggunakan diksi dengan memilih kata “mungil” yang disandingkan dengan kata “burung.” Sang penyair lebih memilih kata "mungil" ketimbang “kecil” yang masih memiliki arti yang sama.
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Addi M Idhom