Menuju konten utama

9 Terapi Sindrom Asperger Terbaik & Cara Menanganinya

9 macam terapi sindrom Asperger terbaik. Simak ciri-ciri, gejala, jenis terapi, dan cara menanganinya.

9 Terapi Sindrom Asperger Terbaik & Cara Menanganinya
Ilustrasi Sindrom. foto/IStockphoto

tirto.id - Cara menangani sindrom Asperger dapat dilakukan melalui berbagai macam terapi terbaik. Apa saja ciri-ciri, gejala, dan jenis terapi sindrom Asperger?

Artis Jefri Nichol dikabarkan bermain melalui film "Aku Jati Aku Asperger" yang rilis di bioskop pada 31 Oktober 2024. Aktor 25 tahun itu memerankan seseorang yang mengidap sindrom Asperger.

Film "Aku Jati Aku Asperger" merupakan besutan sutradara Fajar Bustomi. Masyarakat nantinya dapat lebih memahami apa itu sindrom Asperger, sekaligus mengurangi stigma terhadap orang-orang yang mengidap sindrom.

Selain Jefri Nichol, film juga dibintangi Hanggini, Livy Renata, Gabriel Prince dan Carissa Perusset. Konon, banyak tokoh dunia yang turut mengidap sindrom yang sama, seperti Elon Musk, Anthony Hopkins, Albert Einstein, hingga Nikola Tesla.

Walaupun seseorang menderita sindrom yang menurut Cleveland Clinic adalah spektrum autisme, ternyata mereka dapat sukses dan menghasilkan karya yang luar biasa.

Ciri-ciri Sindrom Asperger dan Gejala

WebMD menjelaskan, sindrom Asperger adalah istilah yang seringkali digunakan untuk menggambarkan gangguan perkembangan yang menjadi bagian spektrum autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD).

Orang yang memiliki ASD jenis ini cenderung mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain secara sosial. Mereka biasanya terpaku pada rutinitas yang sangat spesifik. Mereka juga memiliki minat yang sempit dan bertindak dengan cara berulang-ulang, seperti mengepakkan tangan.

Kalangan dokter kadang-kadang menyebut sindrom Asperger sebagai tipe ASD yang “berfungsi tinggi”. Artinya gejala sindrom Asperger cenderung tidak separah jenis gangguan spektrum autisme lain. Lalu, apa saja ciri-ciri orang dengan sindrom Asperger?

Gejala sindrom Asperger bisa muncul dari usia kanak-kanak. Sebagian besar diagnosis terhadap sindrom Asperger terjadi antara usia 5 dan 9 tahun. Namun, banyak juga orang yang sudah dewasa dan baru mengetahui gejala-gejala sindrom yang sama.

Berikut ini adalah beberapa ciri dan gejala orang yang hidup dengan sindrom Asperger dan biasanya berkaitan dengan kemampuan emosional, komunikasi, dan perilaku:

  • Kesulitan untuk melakukan kontak mata.
  • Merasa dan seringkali bertindak canggung dalam lingkungan sosial.
  • Kesulitan merespons orang lain saat terlibat dalam sebuah percakapan.
  • Tidak mengerti atau tidak memahami isyarat sosial yang menurut orang lain sudah jelas.
  • Kesulitan membaca bahasa tubuh.
  • Tidak mampu membaca ekspresi wajah.
  • Menunjukkan sedikit emosi.
  • Berbicara dengan nada datar dan seringkali seperti robot.
  • Terus menerus berbicara tentang satu topik tertentu.
  • Mengulang-ulang kata, frasa, atau gerakan.
  • Tidak menyukai perubahan.
  • Taat pada jadwal dan kebiasaan yang sama, seperti makan makanan yang sama.
Sementara pada orang dewasa, sejumlah gejala sindrom Asperger yang bisa dicermati adalah seperti:

  • Seringkali terlihat canggung atau kikuk.
  • Memiliki keterampilan verbal atau berbicara yang kuat.
  • Terobsesi dengan suatu topik tertentu.
  • Kesulitan bersosialisasi
  • Hipersensitivitas.

Jenis Terapi Sindrom Asperger

Saat ini belum ditemukan obat yang benar-benar mampu menyembuhkan ASD. Selain itu, juga tidak ada pengobatan rumahan atau suplemen herbal yang terbukti dapat menyembuhkan sindrom Asperger atau kondisi terkait.

Namun, beberapa perawatan atau terapi bisa digunakan untuk mengatasi sederet gejala sindrom Asperger. Terapi sindrom Asperger juga dapat digunakan untuk terapi terhadap gangguan depresi, kecemasan sosial, dan gangguan obsesif-kompulsif atau Obsessive Compulsive Disorder (OCD).

Salah satu terapi yang terbukti cukup berhasil menangani sindrom Asperger salah satunya adalah terapi wicara. Biasanya diberikan untuk anak kecil. Terapi perilaku kognitif bisa untuk orang dewasa.

Dua terapi di atas termasuk alternatif terbaik dalam menangani penderita sindrom Asperger. Sehingga tetap memiliki kualitas hidup terbaik, seperti orang-orang yang tidak mengidap sindrom Asperger.

Jenis terapi sindrom Asperger di antaranya seperti di bawah ini:

Terapi Fisik

  • Terapi fisik dapat membantu meningkatkan koordinasi dan keseimbangan fisik orang yang menderita sindrom Asperger. Terapi ini juga dapat membantu mereka untuk lebih fokus ketika dihadapkan pada suara atau pemandangan yang mengganggu.
Terapi Wicara

  • Terapi wicara dapat meningkatkan kemampuan penderita sindrom Asperger untuk berbicara dengan jelas dan dengan volume yang sesuai.
Terapi Okupasi

  • Terapi okupasi dapat membantu penderita Asperger mempelajari keterampilan kerja yang diperlukan agar bisa menjadi pribadi yang mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.
Terapi Keluarga atau Terapi Hubungan

  • Jenis terapi ini dapat membantu anak-anak dan orang dewasa yang menderita sindrom Asperger walaupun dengan keterbatasannya akan tetap memiliki hubungan yang lebih sehat dengan teman dan orang yang dicintai.
Terapi Anger Management atau Terapi Mengatur Emosi

  • Penderita sindrom asperger terkadang sulit untuk mengontrol emosi atau kemarahannya. Oleh karena itu terapi anger management ini sangat cocok diberikan kepada penderita sindrom Asperger.
Neurofeedback

  • Suatu terapi yang membantu penderita sindrom Asperger belajar mengendalikan fungsi otak. Penelitian telah menunjukkan bahwa metode ini dapat meningkatkan perhatian, fungsi kognitif, dan gejala lain pada penderita Asperger.
Terapi Applied Behavioral Analysis (ABA)

  • Program komprehensif yang telah digunakan sejak tahun 1960-an. Program ini mengajarkan atau mengubah perilaku dan keterampilan tertentu pada anak-anak dan orang dewasa penderita sindrom Asperger.
Terapi Keluarga

  • Ini adalah terapi yang melatih orang tua atau pengasuh penderita sindrom Asperger. Jenis terapi ini dapat membantu mereka yang paling sering berinteraksi dengan penderita sindrom Asperger agar dapat melakukan berbagai strategi perawatan dengan baik dan tepat sasaran.
Terapi Pendidikan

  • Ini adalah terapi pendidikan yang terstruktur dengan baik sehingga dapat membantu anak-anak dengan gangguan sindrom Asperger untuk meningkatkan komunikasi, keterampilan sosial, dan perilaku lainnya.
Sindrom Asperger
Ilustrasi Sindrom Asperger. foto/IStockphoto

Cara Menangani Anak Sindrom Asperger

Anak-anak yang hidup dengan sindrom Asperger memang lebih sering mengalami kesulitan di sekolah. Salah satunya karena penderita sindrom Asperger cenderung lebih sulit fokus atau susah tetap tenang.

Agar anak-anak dengan sindrom Asperger bisa belajar dengan baik dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya, maka sekolah atau tenaga pendidik perlu menyediakan pendidikan khusus. Termasuk berbagai sarana dan fasilitas khusus bagi penderita sindrom Asperger.

Misalnya adalah orang tua dan guru bekerja sama membuat program pendidikan individu atau Individual Education Program (IEP). IEP memungkinkan tercipta lingkungan belajar yang sesuai untuk anak yang menderita sindrom Asperger.

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menangani anak sindrom Asperger di antaranya adalah:

  • Menjadwalkan rutinitas harian yang teratur hal ini dapat membantu anak dengan sindrom Asperger tetap fokus dan tetap tenang.
  • Membuat tujuan akademik yang jelas. Seperti lulus dari pelajaran olahraga dengan nilai baik, atau mendapatkan nilai A dalam sejumlah ujian sekolah.
  • Membuat panduan belajar atau rencana pelajaran yang disesuaikan. Contohnya menciptakan mata pelajaran mendengarkan musik atau mendengarkan podcast dan siswa menggunakan headphone untuk mendengarnya.
  • Mengasah keterampilan sosial anak. Misalnya mengajak anak bergabung dalam sebuah kelompok namun memberi aturan untuk tidak mengganggu anggota kelompok tersebut.
  • Mengasah teknik pengendalian diri anak. Contohnya melatih anak dengan sindrom Asperger agar tidak mudah mengamuk atau gampang memukul jika ia sedang emosi.

Baca juga artikel terkait TRENDING TOPIC atau tulisan lainnya dari Lucia Dianawuri

tirto.id - Edusains
Kontributor: Lucia Dianawuri
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Beni Jo & Yulaika Ramadhani