Menuju konten utama

Apa Itu Sindrom Asperger, Gejala, dan Bedanya dengan Autistik?

Penderita sindrom asperger menunjukkan gejala seperti mengalami kesulitan berinteraksi sosial hingga terlibat perilaku yang berulang-ulang.

Apa Itu Sindrom Asperger, Gejala, dan Bedanya dengan Autistik?
Ilustrasi Sindrom Asperger. foto/IStockphoto

tirto.id - Sindrom asperger merupakan gangguan neurologis atau saraf yang tergolong ke dalam gangguan spektrum autisme. Sindrom asperger dianggap berada di ujung spektrum yang ringan.

Gangguan spektrum autisme (autism spectrum disorder) atau dikenal degan penyakit autisme adalah gangguan pada sistem saraf yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Meskipun sama-sama masuk dalam spektrum autisme, penderita sindrom asperger berbeda dengan autistik. Penderita autistik mengalami kemunduran kecerdasan (kognitif) dan penguasaan bahasa.

Sedangkan pada penderita sindrom asperger, mereka cerdas dan mahir dalam bahasa, namun terlihat canggung ketika berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya.

Gejala Sindrom Aperger

Melansir kembali dari Healthline, biasanya, penderita sindrom asperger menunjukkan empat gejala utama seperti mengalami kesulitan berinteraksi sosial, terlibat perilaku yang berulang-ulang, berdiri teguh terhadap apa yang mereka pikirkan, serta selalu fokus terhadap aturan dan rutinitas.

Mengutip dari laman resmi USM, gejala sindrom asperger dapat dilihat dari sisi kognitif, sisi bahasa, sisi sosial, dan sisi motorik. Berikut penjelasan gajala sindrom asperger:

1. Dari Sisi kognitif

  • Memiliki kepintaran rata-rata bahkan bisa lebih. Oleh sebab itu, para penyandang asperger mampu menyerap pengetahuan dan ilmu pasti dengan baik.
  • Penyandang sindrom asperger menguasai kosa kata yang banyak, selalu membicarakan tentang topik yang sangat disukai, dan cenderung sulit untuk dialihkan.
  • Memiliki IQ verbal lebih tinggi dibandingkan dengan IQ performance, namun memiliki gangguan dalam konsep belajar, imajinasi, dan kreatifitas.

2. Dari Sisi Bahasa

  • Penyandang sindrom asperger biasanya tidak mengalami masalah hingga 5 tahun, sehingga belum terdiagnosis. Namun, dalam pola komunikasi dapat dilihat dari cara bicara dengan pola intonasi yang terbatas, datar, terlalu cepat, dan dengan volume yang kurang modulasi. Misalnya, bicara dengan suara keras meskipun lawan bicaranya berdiri dengan jarak yang dekat.
  • Topik pembicaraan favorit sering dijelaskan dengan bertele-tele, sulit dialihkan, dan terlihat tidak memedulikan reaksi lawan bicaranya.

3. Dari Sisi Sosial

  • Penyandang sindrom asperger mengalami isolasi sosial meskipun tidak selalu menarik diri dari orang lain.
  • Berusaha menunjukkan persahabatan, namun dengan pendekatan yang kaku dan tidak peka terhadap perasaan orang lain.
  • Kurang mampu mengomentari aktivitas sosial.
  • Kurang sensitif dengan isyarat sosial dan mengalami gangguan empati.
  • Penderita sindrom ini sangat menyukai lingkungan rutinitas dan terstruktur.
  • Pola pilir kurang fleksibel, terlalu kaku, kurang bisa menerima kritik dan pemikiran orang lain, serta kurang siap dengan kegagalan yang dialami.

4. Dari Sisi Motorik

  • Memiliki hambatan perkembangan motorik, seperti kesulitan dalam mengayuh sepeda, mengikat tali sepatu, dan menangkap bola.
  • Memiliki kemampuan menulis yang kurang rapi, sehingga terkesan acak-acakan.

Diagnosis dan Perawatan Sindrom Asperger

Tidak terdapat tes tunggal yang dapat memberitahu apakah seseorang menderita sindrom asperger. Dalam sejumlah kasus, orang tua melaporkan kesulitan dan keterlambatan perkembangan atau perilaku.

Dilansir dari laman Healthline, setidaknya hal-hal ini akan menjadi landasan diagnosa anak dengan sindrom asperger:

  • Perkembangan bahasa.
  • Interaksi sosial.
  • Ekspresi wajah ketika berbicara.
  • Minat berinteraksi dengan orang lain.
  • Sikap terhadap perubahan.
  • Koordinasi motorik dan keterampilan motorik.

Melansir dari laman Autism Speaks, terdapat beberapa jenis terapi yang dapat digunakan untuk perawatan balita pengidap sindrom asperger, antara lain:

  • Terapi perilaku kognitif untuk membantu mengatasi kecemasan dan tantangan pribadinya.
  • Kelas pelatihan ketrampilan sosial untuk membantu ketrampilan percakapan dan memahami isyarat sosial.
  • Terapi wicara untuk membantu penderita sindrom asperger mengontrol suara yang dikeluarkan.
  • Terapi fisik dan okupasi untuk meningkatkan koordinasi.
  • Obat-obatan psikoaktif untuk membantu mengelola kecemasan seperti depresi, defisit perhatian, dan gangguan hiperaktif (ADHD)

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Yunita Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yunita Dewi
Penulis: Yunita Dewi
Editor: Yonada Nancy