tirto.id - Teori evolusi perubahan sosial tak dapat terpisahkan dari dinamika masyarakat. Dalam kajian Sosiologi, isu ini menjadi sorotan utama karena menyentuh kehidupan sehari-hari. Masyarakat terus bergerak, berkembang, dan beradaptasi dari masa ke masa.
Salah satu pemikir awal yang membahas perubahan sosial secara sistematis adalah Auguste Comte. Ia merumuskan law of three stages sebagai teori evolusi masyarakat. Contoh teori evolusi perubahan sosial ini terlihat dari cara manusia berpikir yang berkembang dari tahap teologis, ke metafisik, lalu menuju tahap positif.
Gagasan Comte membuka jalan bagi pemikiran para ahli setelahnya. Teori evolusi menurut para ahli berkembang dengan pendekatan dan sudut pandang yang beragam. Dari teori struktural fungsional hingga konflik, tiap pandangan menyoroti proses perubahan dari arah yang berbeda.
Pengertian Teori Evolusi Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah salah satu hal yang pasti akan dihadapi oleh masyarakat. Perubahan bisa terjadi karena adanya suatu hal baru ataupun adanya anggapan bahwa sesuatu yang lama tidak berfungsi lagi.
Selain itu, kebutuhan manusia yang tidak terbatas akan membuatnya melakukan suatu hal untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Meskipun pasti akan terjadi, perubahan sosial pada masyarakat tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya masyarakat yang mengalami perubahan cepat dibandingkan dengan masyarakat lain.
Masyarakat akan terus bergerak mengikuti perkembangan zaman, beradaptasi dengan keadaan baru, dan mengalami perubahan di berbagai dimensi. Itulah kenapa perubahan sosial menjadi perhatian banyak ahli sosiologi.
Mengutip Britannica, terdapat beberapa faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial, salah satunya adalah perubahan lingkungan alam. Misalnya, ketika terjadi wabah, bencana, atau krisis iklim, masyarakat akan turut merasakan perubahan.
Demografi sosial, perkembangan teknologi, hingga situasi politik juga menjadi faktor pendorong perubahan sosial. Masyarakat di suatu daerah dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mengalami perubahan pula.
Salah satu teori perubahan sosial yang populer adalah evolusi. Teori evolusi menjelaskan tentang proses perubahan sosial yang terarah.
Dalam ilmu Sosiologi, teori evolusi menyoroti proses perubahan, perkembangan, dan transformasi masyarakat dari suatu titik ke titik yang berbeda. Misalnya, masyarakat yang awalnya tradisional mengalami evolusi dan bergerak ke arah industrialisasi, automasi, dan modernisasi.
Teori evolusi juga dikenal dalam ilmu Biologi sebagai perubahan biologis yang terjadi pada individu. Hal yang membedakan evolusi biologis dengan evolusi sosial adalah skala perubahannya.
Merujuk artikel Evolutionary Theory in Sociology yang terbit dalam Jurnal Sociological Forum (1990), evolusi biologis terjadi di skala mikro dan genetik pada makhluk hidup. Sedangkan evolusi pada perubahan sosial terjadi di skala makro yang mencakup masyarakat luas.
Perubahan yang dihasilkan oleh evolusi merupakan hal besar di masyarakat. Dalam artikel yang sama dijelaskan bahwa evolusi tidak hanya mengubah individu. Proses ini akan turut mengubah institusi sosial, organisasi, dan budaya.
Namun, menukil artikel Social Change or Social Evolution? yang terbit dalam Corvinus Journal of Sociology and Social Policy (2018), tidak semua proses perubahan sosial membawa sifat evolusioner.
Itulah kenapa muncul kritik terhadap teori evolusi. Salah satu alasan kritik itu ialah adanya kecenderungan teori evolusi mengaitkan perubahan sosial dengan kemajuan masyarakat.
Teori Evolusi dari Para Ilmuwan, Ada Auguste Comte Hingga Lewis Morgan
Evolusi merupakan bentuk perubahan sosial yang terjadi dalam waktu yang lambat atau membutuhkan waktu lama. Perubahan ini biasa terjadi tanpa adanya kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan.
Adanya dorongan masyarakat untuk menyesuaikan diri serta pemenuhan hidup dalam waktu tertentu menjadi penyebab mengapa evolusi terjadi. Salah satu contoh dari evolusi adalah perubahan sistem transportasi serta sistem perbankan.
Perspektif teori evolusi untuk menganalisis perubahan masyarakat mulai berkembang di kalangan ilmuwan sosial pada abad ke-19.
Sejak saat itu, konsep teori evolusi sosial telah dikemukakan oleh sejumlah sosiolog dan filsuf. Dikutip dari Britannica dan University of California Press, berikut teori evolusi dalam perubahan sosial menurut sejumlah ahli.
1. Auguste Comte
Sebagai salah satu sosiolog terkemuka, Auguste Comte turut menyumbangkan idenya tentang evolusi. Salah satu pemikirannya tentang perubahan sosial yang terkenal adalah the law of three stages.Melalui the law of three stages, Comte menjelaskan bahwa masyarakat bergerak melewati tiga fase yaitu teologis, metafisis, dan positivis.
Masyarakat di fase teologis bergantung pada hal-hal spiritual dan magis. Kemudian, masyarakat mulai mengenal pemikiran-pemikiran spekulatif di fase metafisis. Manusia kemudian bergerak ke fase positivis dan mengenal teori-teori empiris.
2. Herbert Spencer
Filsuf asal Inggris ini merujuk teori evolusi biologis dalam menjelaskan perubahan sosial. Herbert Spencer berpendapat bahwa evolusi masyarakat memiliki pola yang mirip dengan evolusi biologis suatu organisme.Seperti anggota tubuh, masyarakat berangkat dari keadaan dan dengan fungsi yang berbeda. Mereka akan saling bergantung dan melengkapi fungsi satu sama lain di tengah masyarakat.
3. James M. Henslin
Teori evolusi menurut James M. Henslin terbagi dalam dua tipe, yaitu linear dan multilinear. Cara pandang linear menganggap bahwa masyarakat berubah melalui proses yang sama. Sebaliknya, teori multilinear dalam evolusi memahami perbedaan cara perubahan yang dialami tiap kelompok di masyarakat.4. Talcott Parsons
Sosiolog asal Amerika Serikat, Talcott Parsons berpendapat bahwa evolusi tidak dapat dilepaskan dari proses adaptasi manusia. Dalam proses evolusi, anggota masyarakat harus bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan segala tantangan yang datang.5. Lewis Henry Morgan
Sebagai salah satu antropolog terkemuka, Lewis H. Morgan turut mencetuskan pemikiran tentang evolusi masyarakat. Menurut Morgan, ada tiga tahap yang dilewati masyarakat ketika berkembang, yaitu kebuasan (savagery), barbarisme (barbarism), dan peradaban (civilization).Mengutip artikel The Mind of Lewis H. Morgan di Jurnal Current Anthropology (Vol. 22, 1981), fase kebuasan yang dimaksud oleh Morgan adalah tahap yang dilewati nenek moyang manusia. Lantas, setelah melewati fase barbarisme, masyarakat kembali mengalami evolusi dan akhirnya mencapai tahap peradaban.
Macam-Macam Teori Evolusi Perubahan Sosial
Perubahan sosial bukan sekadar gejala zaman, melainkan bagian dari nadi kehidupan masyarakat. Seiring waktu, cara hidup, pola pikir, dan struktur sosial terus bergerak, membentuk arah baru. Salah satu cara lama namun tetap relevan dalam membaca pergerakan ini adalah lewat kacamata teori evolusi sosial.
Terdapat berbagai pandangan yang menjelaskan bagaimana perubahan sosial terjadi dalam masyarakat. Setiap teori evolusi sosial memiliki pendekatan dan fokus yang berbeda dalam memahami dinamika perubahan. Beberapa teori telah dikembangkan untuk menjabarkan proses evolusi dalam struktur sosial, sebagai berikut:
1. Teori Evolusi Unilinear
Model ini percaya bahwa semua masyarakat menapaki tangga perkembangan yang sama, dari tahap awal yang primitif menuju modernitas. Tak peduli budaya atau lokasi, semuanya dianggap mengikuti rute tunggal menuju 'kemajuan'.Tokoh seperti Auguste Comte dan Herbert Spencer jadi pelopor gagasan ini, dengan Comte membagi perkembangan sosial dalam tiga tahap: teologis, metafisik, lalu ilmiah.
2. Teori Evolusi Universal
Sedikit lebih terbuka, teori ini menyebut bahwa meski tidak identik, semua masyarakat mengalami pola perubahan besar yang serupa secara garis besar.Masyarakat bergerak menuju bentuk yang lebih kompleks dan beragam secara struktur, dari segi teknologi, ekonomi, hingga norma sosial. Di sini, evolusi dianggap sebagai hukum sosial yang berlaku umum tanpa terlalu kaku pada urutan tahapan.
3. Teori Evolusi Multilinear
Teori ini menolak anggapan bahwa semua masyarakat harus melewati jalan yang sama. Menurut pandangan ini, tiap masyarakat berkembang mengikuti logika dan kondisinya sendiri, bisa dipengaruhi oleh lingkungan, warisan budaya, atau dinamika internalnya.Julian Steward, salah satu tokohnya, menekankan bahwa jalur evolusi sosial itu bukan satu, tapi banyak, dan tidak bisa diseragamkan.
Pembaca yang ingin mengetahui informasi lainnya seputar Materi Ajar dapat mengunjungi tautan di bawah ini.
Penulis: Tara Resya Ayu
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Yulaika Ramadhani & Satrio Dwi Haryono
Masuk tirto.id






































