Menuju konten utama

Sleep Training pada Bayi: Ini Manfaat dan Cara Melakukannya

Artikel berikut ini akan membahas tentang sleep training pada bayi. Mulai dari kapan diterapkan, manfaat, hingga cara sleep training bayi.

Sleep Training pada Bayi: Ini Manfaat dan Cara Melakukannya
Sleep Training pada Bayi: Ini Manfaat dan Cara Melakukannya. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Bayi dikenal memiliki waktu tidur yang tidak teratur sehingga cukup menyulitkan para orang tua. Itulah kenapa banyak orang tua mulai menerapkan sleep training bayi agar jadwal tidurnya lebih teratur.

Apa itu sleep training pada bayi? Sleep training adalah metode untuk melatih si kecil agar dapat tidur nyaman dan tenang tanpa bantuan orang tua. Walaupun terbangun di malam hari, mereka tetap tenang dan dapat tidur kembali dengan sendirinya.

Sleep training memiliki banyak manfaat. Manfaat utamanya adalah meningkatkan kualitas tidur pada bayi sehingga mereka dapat tidur nyenyak di malam hari tanpa sering terbangun.

Tak hanya berguna untuk bayi, sleep training juga menimbulkan dampak positif bagi orang orang tua. Jika bayi memiliki jam tidur yang teratur, tentunya orang tua juga bisa beristirahat dan dapat mengasuh sang buah hati secara maksimal.

Kapan Bayi Bisa Mulai Sleep Training?

Pada dasarnya, bayi lebih sering tidur dan membutuhkan setidaknya 9-12 jam sehari untuk tidur pada 1 tahun pertamanya. Masalahnya, bayi belum bisa membedakan kapan mereka harus tidur atau terjaga. Itulah kenapa bayi sering terbangun saat malam dan justru tidur di siang hari.

Perlu diketahui bahwa bayi baru mulai mengenal jam biologis tubuh atau ritme sirkadian sekitar usia 3-6 bulan. Di usia inilah bayi secara alami mulai ingin tidur saat malam dan terjaga di siang hari.

Lalu, kapan bayi bisa sleep training? Tentunya ketika bayi sudah mulai mengenal ritme sirkadian secara alami. Para ahli pun menyarankan agar sleep training bayi dimulai ketika usianya menginjak 4-6 bulan.

Pada usia ini, bayi dianggap memiliki ketahanan fisik yang sudah cukup baik. Mereka dapat bertahan selama 6-8 jam semalaman tanpa makanan (ASI).

Manfaat Sleep Training untuk Bayi

Sleep training bayi diketahui memiliki beberapa manfaat, bahkan berdampak positif hingga jangka panjang. Berikut manfaat sleep training untuk bayi yang patut diketahui:

1. Tidur Lebih Cepat

Sleep training membuat bayi memiliki jadwal tidur yang teratur. Kebiasaan ini akan membuat bayi tahu kapan mereka harus tidur sehingga mereka akan tidur lebih cepat dan tidak akan begadang semalaman.

2. Tidak Rewel Tengah Malam

Sleep training melatih bayi mandiri sejak dini. Mereka akan tidur tanpa bantuan orang tua, bahkan ketika mereka terbangun di tengah malam. Jadi, bayi tidak sering rewel dan dapat tidur nyenyak kembali dengan tenang.

3. Tidur Lebih Lama dan Berkualitas

Sleep training juga membuat bayi jarang terbangun tengah malam. Hal ini akan berdampak pada peningkatan kualitas tidur bayi sehingga sangat baik bagi tumbuh kembangnya.

4. Membantu Perkembangan Kognitif

Memiliki jam tidur yang teratur sejak bayi dapat membantu meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan kognitifnya. Sebuah penelitian dari The Japanese Society of Child Neurology mengungkapkan bahwa bayi 18 bulan yang selalu terlambat tidur mengalami perkembangan kognitif yang lebih lambat.

5. Membantu Perkembangan Emosi dan Bahasa

Kebiasan tidur yang baik juga berdampak positif di masa depan anak. Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Sleep Medicine Reviews menemukan fakta bahwa rutinitas tidur yang baik dapat meningkatkan perkembangan bahasa, literasi, hingga regulasi emosi dan perilaku.

6. Meningkatkan Mood Bayi

Bayi yang memiliki waktu tidur yang cukup biasanya lebih bahagia dan jarang rewel. Mereka juga lebih mudah beradaptasi atau menyesuaikan diri dibandingkan bayi yang tidak punya waktu istirahat cukup.

7. Mengurangi Risiko Penyakit

Tidur selalu berkaitan dengan kesehatan. Oleh karena itu, bayi dengan waktu tidur yang cukup pastinya akan terhindar dari berbagai risiko penyakit.

Sebuah studi dari jurnal SLEEP menyimpulkan bahwa durasi tidur optimal di malam hari menurunkan risiko kelebihan berat badan pada bayi 1-6 bulan. Maka, secara tidak langsung, sleep training bayi juga mencegah si kecil dari risiko obesitas.

Cara Sleep Training Bayi

Menerapkan sleep training pada bayi tidak serta merta meninggalkan bayi tidur sendirian tanpa persiapan. Setidaknya ada lima cara sleep training bayi yang bisa dicoba, yaitu:

1. Metode Ferber

Pada metode ini, orang tua harus bisa menidurkan bayinya, lalu keluar dari kamar. Saat bayi menangis, orang tua boleh langsung masuk ke dalam kamar dan menenangkannya. Setelah bayi kembali tenang dan tertidur, orang tua kembali keluar kamar.

Beberapa hari kemudian, orang tua dianjurkan tidak langsung masuk kamar. Saat bayi menangis, tunggu beberapa saat dan biarkan bayi menangis, setelah itu masuk ke kamar dan tenangkan si kecil hingga tertidur. Setelah bayi tidur, orang tua kembali keluar dari kamar.

Semakin lama, durasi 'membiarkan bayi menangis sebelum masuk kamar' bisa ditambah. Bayi lama-lama akan mulai paham dan menyesuaikan diri sehingga bisa tidur sendiri. Sebagai catatan, orang tua boleh menenangkan bayi dengan cara apa pun, kecuali menggendongnya.

2. Metode Check and Console

Metode sleep training bayi yang satu ini merupakan variasi metode Ferber. Pada metode Ferber, orang tua boleh masuk ke kamar ketika bayi menangis. Sementara pada metode check and console, orang tua boleh masuk kamar walaupun bayi tidak menangis.

Tetap ada interval waktu di antara pengecekan, misalnya bayi dicek setiap 10 menit sekali dan ditenangkan. Setelah itu, orang tua kembali keluar dari kamar. Interval waktu ini bisa ditambah sampai akhirnya bayi terbiasa dan dapat tidur dengan sendirinya.

3. Metode Fading

Dalam metode ini, orang tua bisa meninggalkan bayi secara bertahap. Metode fading ini dilakukan dengan cara membiarkan bayi tertidur sendiri, sementara orang tuanya tetap berada di dalam kamar, bisa sambil berdiri atau duduk di samping tempat tidurnya.

Salah satu variasi metode fading adalah metode kursi. Caranya, letakkan kursi di samping kasur atau tempat tidur bayi. Saat jam tidur tiba, letakkan bayi yang sudah mengantuk di tempat tidurnya, sedangkan orang tua duduk di kursi yang ada di sampingnya. Meskipun bayi menangis, orang tua tetap harus duduk di kursi.

Saat bayi tertidur, orang tua boleh beranjak dan meninggalkan kamar. Jika bayi terbangun, orang tua boleh masuk ke kamar dan kembali duduk di kursi. Setiap malam, usahakan agar posisi kursi semakin lama semakin menjauh dari tempat tidur bayi seolah kehadiran orang tua “memudar” dari penglihatan bayi.

4. Metode Cry It Out (CIO)

Metode ini dilakukan dengan cara membiarkan bayi menangis. Sebelum menidurkan bayi, orang tua bisa melakukan rutinitas sebelum tidur, misalnya memakaikan baju tidur bayi, menggendongnya, menyanyikan lagu, dan sebagainya.

Setelah itu, tinggalkan bayi di tempat tidurnya dan keluar dari kamar. Bayi tentunya akan menangis, tapi orang tua dilarang masuk ke dalam kamar. Bayi otomatis akan kelelahan menangis dan akhirnya tertidur.

Meski metode ini cukup populer dan lebih cepat berhasil, sebagian orang tua tidak merekomendasikan metode ini karena dianggap bisa membuat bayi stres dan trauma.

5. Metode Tanpa Tangisan

Metode ini juga dikenal dengan nama gentle sleep training. Berbanding terbalik dengan CIO, metode ini justru melatih bayi belajar tidur sendiri tanpa harus menangis.

Cara menerapkan metode ini adalah melakukan rutinitas tidur yang konsisten setiap harinya, mulai dari aktivitas sebelum tidur hingga waktunya.

Pastikan melakukan aktivitas sebelum tidur sesuai urutan, misalnya mengganti baju bayi, menggendongnya, menyanyikan lagu, memeluknya, lalu mencium bayi. Lakukan semuanya sesuai urutan setiap hari hingga bayi bisa menghafalnya.

Ketika bayi sudah hafal dengan rutinitas tersebut, maka bayi akan paham kapan waktunya untuk tidur. Metode ini juga bisa digabungkan dengan metode lain seperti metode fading atau Ferber.

Baca juga artikel terkait BAYI TIDUR atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dhita Koesno