Menuju konten utama

Bagaimana Jam Tubuh Mengatur dan Memengaruhi Hidup Manusia?

Jam tubuh memengaruhi suhu tubuh, mental, suasana hati, nafsu makan, hasrat seksual, hingga soal kekebalan tubuh.

Bagaimana Jam Tubuh Mengatur dan Memengaruhi Hidup Manusia?
Ilustrasi Bangun Tidur. foto/IStockphoto

tirto.id - Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dengan waktu. Waktu bukan hanya sekedar penanda sebuah momen atau pengatur aktivitas supaya lebih teratur dan produktif. Ilmu pengetahuan rupanya menemukan bahwa tubuh manusia, sejatinya sudah terikat dengan waktu sejak awal.

Meski tidak dapat merasakan, mendengar atau menyentuhnya, di dalam tubuh manusia terdapat jam, yang biasa disebut dengan jam tubuh (body clock). Jam tubuh ini yang tanpa kita sadari mengatur dan memengaruhi hidup manusia setiap hari selama 24 jam.

Salah satu hal paling dasar yang diatur oleh jam tubuh adalah siklus tidur dan bangun manusia atau yang disebut dengan ritme sirkadian.

Siklus ini membuat seseorang merasa mengantuk saat malam semakin larut dan terjaga ketika pagi hari. Bahkan jika seseorang tidak mengetahui jam berapa, kondisi tersebut terjadi secara otomatis.

Ritme alami ini disinkronkan dengan matahari sehingga pada saat siang hari, sinyal akan dikirim untuk membuat hormon yang membuat terjaga menjadi aktif.

Sementara di malam hari, saat cahaya yang masuk ke mata berkurang, hormon yang disebut melatonin akan dilepaskan sehingga membuat seseorang merasa mengantuk dan membantu tetap tidur.

"Banyak fungsi tubuh Anda dan aktivitas normal sehari-hari terpola dalam siklus 24 jam ini," jelas Dr. Michael Sesma, ahli biologi sirkadian dari National Institute of Health.

Sebelumnya, di masa lalu orang berasumsi bahwa ritme harian tersebut terjadi karena adanya pengaruh dari cahaya siang hari yang kemudian membuat seseorang terbangun. Namun sebuah eksperimen di tahun 1938 membuktikan kesalahan itu.

Ilmuwan tidur dari University of Chicago, Nathaniel Kleitman dan asistennya Bruce Richardson berkemah selama 32 hari dalam kegelapan total Gua Mammoth di Kentucky untuk melihat bagaimana tubuh akan merespon tanpa adanya cahaya siang hari. Apa yang mereka temukan adalah bahkan tanpa cahaya siang hari, tubuh mereka mengikuti siklus tidur yang teratur.

Namun jam tubuh tidak hanya hanya soal mengatur tidur atau bangun. Jam internal itu memengaruhi banyak hal mulai dari suhu tubuh, mental, suasana hati, nafsu makan, hasrat seksual, hingga soal kekebalan tubuh.

Ambil contoh bagaimana jam tubuh memengaruhi metabolisme seseorang. Peneliti telah menemukan bahwa makan di malam hari, mendekati saat melatonin dilepaskan (hormon yang membuat mengantuk) dapat menganggu ritme alami tubuh.

Hal tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan peningkatan lemak tubuh dan penambahan berat badan yang sering dikaitkan dengan obesitas, penyakit jantung, dan diabetes.

Ritme harian juga telah terbukti memengaruhi keefektifan dan efek samping dari obat-obatan tertentu, termasuk yang digunakan untuk mengobati kanker.

Bahkan kejadian yang berhubungan dengan kesehatan dapat dikaitkan pula dengan jam biologis, misalnya serangan jantung lebih mungkin terjadi di pagi hari, saat kadar hormon yang disebut kortisol mulai meningkat setiap hari.

Infografik Jam Tubuh

Infografik Jam Tubuh. tirto.id/Fuad

Di Mana Jam Tubuh Berada?

Manusia bukan satu-satunya mahluk yang memiliki sistem jam internal. Semua vertebrata mulai dari mamalia, burung, reptil, amfibi, dan ikan,memilikinya. Termasuk seperti tumbuhan, jamur, dan bakteri.

Jam biologis ini yang menjelaskan mengapa kucing paling aktif saat fajar dan senja dan mengapa bunga mekar pada waktu tertentu dalam sehari.

Kendati telah telah lama mengetahui bahwa ritme harian dipengaruhi atau diatur oleh semacam jam di tubuh manusia. Tapi mereka tidak tahu persis di mana itu sampai pertengahan abad ke-20.

Para ilmuwan ini baru menemukan jawaban ketika melakukan operasi pada hamster. Mereka mengambil bagian kecil dari otak hamster yang disebut nukleus suprachiasmatic (SCN) yang terdapat di bagian otak Hipotalamus. Setelah itu hamster kehilangan ritmenya dan berlari setiap saat, siang, dan malam.

Studi tersebut menjadi langkah besar pertama dalam pemahaman mengenai jam tubuh manusia, sekaligus menunjukkan bahwa tubuh manusia diatur oleh jam biologis yang ada di otak.

The Sleep Health Foundation menjelaskan ritme harian itu bisa terbentuk ketika gen khusus yang mengatur SCN mengaktifkan pembuatan protein.

Saat protein ini menumpuk bersama dengan bahan kimia lainnya, bahan-bahan itu mematikan gen tersebut. Selanjutnya, tingkat protein turun ke titik di mana gen dapat diaktifkan kembali dan siklus dimulai kembali. Begitu seterusnya dalam 24 jam.

Tantangan Dunia Modern

Kenyataannya, jam tubuh berperan dalam hampir setiap bagian fisiologi manusia, namun kini ada tantangan tersendiri yang harus dihadapi yaitu dunia modern. Faktor ini secara tidak disadari perlahan dapat mengubah jam tubuh seseorang.

"Masyarakat sepanjang waktu menciptakan tantangan bagi jam internal kita. Ada banyak situasi modern yang dapat menganggu ritme dan beberapa dapat menyebabkan masalah kesehatan," kata Sesma.

Misalnya saja, pekerja shift yang harus bekerja setelah matahari terbenam. Hal ini bertentangan dengan jam biologis. Mereka bisa saja lelah di tempat kerja dan sulit tidur di siang hari setelah bekerja.

Studi juga menunjukkan pekerja shift memiliki peningkatan risiko penyakit jantung, gangguan pencernaan, kanker, depresi dan masalah kesehatan lainnya.

Sebuah penelitian baru pun mengungkapkan orang yang akan lebih terdampak dengan perubahan jam tubuh adalah pria.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science Translational Medicine ini menyebut pria cenderung memiliki kesehatan yang dapat menyebabkan penyakit jantung dan stroke jika jam tubuh mereka tidak selaras.

Temuan ini didapat setelah para ahli menganalisis data kesehatan dari lebih dari 92.000 orang dengan riwayat kerja shift (pekerjaan yang berlangsung di luar jam 7 pagi-6 sore, baik secara tetap atau bergilir).

Sementara menurut peneliti, perempuan lebih tangguh dalam menghadapi perubahan jam tubuh. Pekerja shift perempuan juga ditemukan tidur lebih nyenyak daripada pria.

Tantangan dunia modern lainnya adalah paparan barang-barang elektronik seperti salah satunya ponsel, yang saat ini tidak bisa dilepaskan dari kehidupan seseorang, bahkan hingga menjelang tidur.

Perangkat tersebut memancarkan cahaya yang diperkaya dengan panjang gelombang pendek, dikenal sebagai cahaya biru. Cahaya yang terpancar ini telah terbukti mengurangi atau menunda produksi alami melatonin di malam hari dan mengurangi rasa kantuk.

Cahaya biru juga dapat mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan dalam fase tidur yaitu slow wave dan Rapid Eye Movement (REM), dua tahap dalam siklus tidur yang penting untuk fungsi kognitif.

Ini yang akhirnya mengacaukan jam tubuh dan pada akhirnya menimbulkan segala macam reaksi tidak sehat. Yang terlihat dengan jelas tentu saja kualitas tidur yang buruk dan cenderung merasa lelah keesokan harinya.

Menjaga Jam Tubuh untuk Kesehatan dan Produktivitas

Dengan berbagai uraian ini, menjaga siklus harian tubuh agar tetap seimbang merupakan salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan untuk kesehatan secara keseluruhan. Tapi bukan hanya itu saja, memahami ritme tubuh sendiri juga dapat memberikan efek positif terhadap produktivitas seseorang.

Dengan mempelajari cara kerja jam tubuh, Donna McGeorge penulis buku, pembicara dan coach produktivitas menyebutkan, seseorang dapat memahami bahwa ada waktu optimal untuk kinerja otak yang lebih baik saat bekerja.

Ini artinya, seseorang bisa menjadwalkan pekerjaan terpenting saat tubuh dan otak berada dalam kondisi paling terjaga, waspada, dan siap beraksi.

Sebagian besar kewaspadaan puncak seseorang ada saat pukul 10.00 dan koordinasi terbaik sekitar pukul 14.30.

Jadi masuk akal jika tugas yang membutuhkan perhatian dan fokus paling penting dilakukan di pagi hari dan tugas berulang yang membutuhkan koordinasi paling baik dilakukan di sore hari.

Mengubah jadwal harian agar lebih cocok dengan jam tubuh dapat memakan waktu, tetapi menilik pada benefitnya terhadap produktivitas dan kesehatan, tidak ada salahnya mencoba untuk menerapkannya.

Baca juga artikel terkait JAM TIDUR atau tulisan lainnya dari MN Yunita

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: MN Yunita
Penulis: MN Yunita
Editor: Lilin Rosa Santi