tirto.id - Saleh Al Arouri, salah satu pemimpin Hamas, dilaporkan tewas pada Selasa, 2 Januari 2024. Ia menjadi sasaran serangan drone Israel di Dahiyeh, pinggiran Beirut, Lebanon.
Al-Jazeera memberitakan berdasarkan sumber saluran resmi Hamas, Al Arouri terbunuh oleh serangan zionis yang berbahaya. Izzat al-Sharq, anggota politbiro Hamas, menilai insiden tersebut sebagai pembunuhan yang dilakukan para pengecut.
Menurut Kantor Berita Nasional Lebanon, serangan pesawat tak berawak Israel ini telah menewaskan 6 orang.
Selain Saleh Al Arouri, petinggi Hamas yang menjadi korban meninggal adalah Samir Findi Abu Amer dan Azzam Al-Aqraa Abu Ammar. Nama terakhir termasuk pemimpin sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam.
"Ini sekali lagi membuktikan kegagalan total musuh untuk mencapai tujuan agresifnya di Jalur Gaza," ucap Izzat al-Rishq, pentolan Hamas lainnya.
Al Arouri menyadari bahwa dirinya selama ini sudah lama menjadi target pembunuhan Israel dan sekutunya.
Lewat sebuah wawancara bersama Al-Mayadeen, sebuah media yang berbasis di Beirut, bulan Agustus 2023, ia menuturkan,"Tidak aneh bagi kami jika para komandan dan kader gerakan ini menjadi martir."
Profil Saleh Al Arouri: Diburu Senilai $5 Juta AS
Mengutip laman AP News, Israel pernah menuding Saleh Al Arouri sebagai dalang di balik serangan-serangan di Tepi Barat.
Mereka menilai Arouri adalah komandan tertinggi militan yang selama ini melawan pasukan militer Israel.
Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, juga pernah mengancam untuk membunuh Saleh Al Arouri jelang serangan mendadak Hamas pada Sabtu, 7 Oktober 2023 lalu.
Sementara Departemen Keuangan AS sudah memasukkan nama Arouri dalam daftar teroris global sejak 2015.
Nyawa Arouri bahkan dihargai senilai $5 juta dolar AS apabila ada pihak yang memberikan informasi terkait keberadaannya.
Saleh Al Arouri merupakan pria 57 tahun. Ia dilahirkan di kota Aroura, Tepi Barat, pada 1966.
Menurut Antaranews sebagaimana mengutip Anadolu, pemilik nama lengkap Salah Mohammed Suleiman Arouri ini menyelesaikan kuliah di Universitas Hebron. Dirinya lulus dengan gelar sarjana Syariat Islam pada 1992.
Eks aktivis Ikhwanul Musilimin tersebut lalu bergabung dengan Hamas yang didirikan para seniornya.
Ia beberapa kali ditangkap pemerintah Israel dan dipenjarakan. Seperti pada 1990-1992 karena dituduh terlibat organisasi Hamas.
Al Arouri kembali ditangkap pada 1992 hingga mendekam di penjara Israel selama 15 tahun.
Setelah dibebaskan pada 2007, ia ditangkap lagi pada 2010. Mahkamah Agung Israel menjatuhkan vonis bebas tapi wajib di asingkan dari Palestina.
Pernah tinggal di Suriah selama 3 tahun, ia pindah ke Lebanon hingga terlacak oleh drone Israel.
Jabatannya di Hamas adalah wakil kepala biro politik. Tak hanya itu, ia terkenal sebagai salah satu pendiri sayap bersenjata kelompok Brigade Al Qassam.
The Jerusalem Post menuliskan Arouri berperan dalam kesepakatan Shalit tahun 2011. Seorang tentara Israel, Gilad Shalit, dibebaskan dan ditukar dengan 1.000 tawanan.
Pada 2014, Arouri dikaitkan dengan penculikan dan pembunuhan terhadap 3 remaja Israel. Ia lalu dilaporkan pernah menggelar pertemuan bersama Jihad Islam Palestina, pejabat Iran, dan Hizbullah di Lebanon pada September 2023.
Mereka menyerukan peningkatan serangan terhadap Israel dan memperingatkan perang akan datang ke Timur Tengah.
Pasca kematian Saleh Al Arouri di Lebanon oleh Israel, Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas, menyebutkan mereka tidak akan pernah dikalahkan meskipun para petingginya menjadi sasaran pembunuhan.
"Sebuah gerakan yang para pemimpin dan pendirinya gugur sebagai martir demi martabat rakyat dan bangsa, kita tidak akan pernah dikalahkan," ujar Haniyeh.