tirto.id - Ahed Tamimi, seorang aktivis Palestina, dibebaskan Israel pada hari Kamis, 30 November 2023, waktu setempat. Ia termasuk salah satu dari 30 tahanan yang keluarkan dari penjara.
Melalui situs web, Dinas Penjara Israel akhirnya merilis 30 daftar warga Palestina yang dibebaskan pada hari tersebut.
Seperti diwartakan Reuters, salah satunya ialah perempuan bernama Ahed Tamimi yang berusia 22 tahun.
Menurut keterangan pejabat Palestina, Tamimi masuk daftar yang dilepaskan setelah mendekam di Penjara Damon, dekat Haifa, Israel.
Pembebasan Ahed Tamimi mewarnai ratusan orang Palestina yang dibebaskan Israel selama gencatan senjata antara militer Israel dengan pihak Hamas sejak hari Jumat, 24 November 2023, dan berakhir Kamis, 30 November 2023.
The Guardian berdasarkan laporan PBB menyebutkan 1 dari 5 warga Palestina hidup di penjara Israel usai diadili dengan tingkat hukuman lebih dari 98%.
Palestinian Prisoners Society mengatakan masih ada 7.200 orang yang ditahan Israel. Mereka termasuk 300 tahanan yang akan dibebaskan selama gencatan senjata.
Sejak konflik di Palestina memuncak pada Sabtu, 7 Oktober 2023, Israel dilaporkan telah menangkap 3.260 warga Palestina. 120 adalah perempuan dan lebih dari 200 lainnya masih anak-anak.
Profil Ahed Tamimi
Ahed Tamimi merupakan seorang perempuan Palestina. Ia lahir di Nabi Salih, Tepi Barat, pada 31 Januari 2001 silam.
Pada usianya yang menginjak 22 tahun, ia baru saja dibebaskan dari balik jeruji besi penjara Israel.
Pembebasan Tamimi termasuk hasil kesepakatan pertukaran tahanan selama proses gencatan senjata antara militer Israel dan Hamas dengan mediasi Qatar.
Selama ini, Ahed Tamimi telah menjadi simbol perlawanan rakyat Palestina terhadap invasi Israel, terutama yang terjadi di wilayah Tepi Barat.
Sejak usia 11 tahun alias masih sangat belia, Tamimi sudah berani melakukan aksi protes terhadap tentara militer.
Ia pun kerap berhadapan secara langsung menghadapi para serdadu yang bersenjata lengkap dan tentunya dengan usia yang jauh lebih dewasa.
Warga desa Nabi Salih, Tepi Barat itu ditangkap pihak Israel pada Senin, 6 November 2023. Ia dicurigai telah melakukan upaya penghasutan dan kekerasan melalui media sosial.
Ibu Tamimi sebenarnya sempat membantahnya sembari menegaskan klaim Israel hanya berdasarkan sebuah unggahan palsu di Instagram.
Jejak Perlawanan Ahed Tamimi Terhadap Israel
Pada tahun 2017, nama Ahed Tamimi sudah mulai muncul sebagai salah seorang aktivis Palestina. Padahal, usianya kala itu baru 16 tahun atau masih sangat remaja.
Tamimi dengan beraninya menampar seorang tentara Israel ketika pasukan itu menyerbu masuk ke desa Nabi Saleh di Tepi Barat.
Pasca insiden penamparan tersebut, Tamimi akhirnya dijatuhi hukuman 8 bulan penjara. Ia mengakui kesalahan atas dakwaan yang lebih ringan, yakni upaya penyerangan terhadap tentara Israel.
Dua tahun sebelumnya atau ketika usianya 14 tahun, ia dilaporkan menggigit seorang tentara Israel yang mencoba menahan adik laki-lakinya.
Bersama warga Palestina, Ahed Tamimi selama bertahun-tahun terus menyuarakan protes atas tindakan Israel yang merampas tanah di wilayah Tepi Barat.
Selama konflik Israel-Hamas sejak 7 Oktober 2023, Tamimi termasuk salah satu dari ratusan warga Tepi Barat yang ditangkap Israel. Mereka melakukan penangkapan dengan dalih sebagai upaya menggagalkan serangan.
Menurut keterangan BBC bersumber dari media Israel, Tamimi dituduh telah mengancam untuk membantai pemukim Yahudi.
Namun demikian, ibunya menyanggah dengan menyebutkan akun di media sosial itu bukan milik Tamimi.
"Ada puluhan halaman [online] atas nama Ahed dengan fotonya, yang tidak ada hubungannya dengan dia," katanya.
Tuduhan Israel lainnya terhadap Tamimi adalah dicurigai "menghasut kekerasan dan kegiatan teroris".
Ayah Tamimi, Bassem Tamimi, merupakan aktivis yang kerap mengorganisir unjuk rasa untuk menentang pendudukan Israel. Ia juga sudah biasa keluar masuk penjara Israel.
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra