tirto.id - Perang Israel Hamas yang masih berlangsung hingga kini memiliki dampak yang sangat luas pada berbagai sektor di Palestina, terutama di Jalur Gaza.
Serangan udara dan pertempuran di darat yang terus berlanjut, menyebabkan kerusakan infrastruktur, kehilangan nyawa, dan luka-luka di kalangan warga Palestina.
Sektor kesehatan mengalami tekanan berat dengan rumah sakit yang penuh sesak, kekurangan pasokan medis, dan kesulitan dalam merawat korban luka.
Dampak perang ini melibatkan berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat Palestina dan menciptakan krisis kemanusiaan yang mendalam di wilayah tersebut.
Krisis Obat dan Energi di Rumah Sakit Gaza
Perang Israel-Hamas telah mengakibatkan krisis obat-obatan dan energi di rumah sakit Gaza. Dikutip dari Al Jazeera, Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila mengatakan bahwa saat ini hanya sembilan rumah sakit yang beroperasi di Jalur Gaza.
Parahnya, sembilan dari 35 rumah sakit yang masih beroperasi tak memiliki pasokan medis dan listrik yang memadai. Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina yang menjadi satu-satunya rumah sakit kanker di Gaza pun telah berhenti beroperasi sejak awal November 2023.
Sepanjang perang Israel-Hamas pecah, banyak rumah sakit mengalami penutupan atau pengurangan fungsi akibat serangan udara dan kekurangan pasokan. Misalnya, rumah sakit di Gaza utara dan Kota Gaza mengalami pemadaman listrik karena kurangnya bahan bakar dan adanya serangan Israel.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah menyebut situasi demikian “mengerikan dan berbahaya”. Ia mengatakan hal tersebut setelah rumah sakit terbesar di Gaza, Al-Shifa dan Al-Quds, menghentikan penerimaan pasien baru akibat serangan Israel.
Serangan yang terus terjadi menyebabkan kerusakan dan keterbatasan logistik sehingga RS Al-Shifa kekurangan obat-obatan dan bahan bakar sejak November 2023.
Saat ini perang Israel Hamas semakin mengganggu akses rumah sakit terhadap sumber daya yang penting. Kondisi ini menimbulkan ancaman yang serius terhadap penyediaan perawatan medis.
Bencana Kelaparan Terjadi di Gaza
Perang Israel-Hamas mengakibatkan bencana kelaparan di Palestina. Dilansir dari Antara, Palestina mendesak PBB untuk secara resmi mengumumkan bahwa Gaza mengalami bencana kelaparan.
Desakan ini muncul seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang kelaparan di Gaza mencapai lebih dari satu juta orang. Pada akhir Desember 2023, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah mencatat bahwa empat dari lima orang yang paling kelaparan di dunia berada di Gaza.
Selaras dengan hal tersebut, The United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) menegaskan kembali bahwa Gaza menghadapi ancaman kelaparan, dengan 40 persen penduduk terancam kelaparan.
Serangan terus menerus oleh Israel telah mengakibatkan kerusakan signifikan di Gaza, termasuk hancurnya 60 persen infrastruktur. Selain itu, dua juta penduduk yang mengungsi pun mengalami kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Jumlah Korban Palestina yang Tewas Bertambah
Sejak 7 Oktober 2023, serangan Israel ke Gaza telah menyebabkan puluhan ribu kematian. Dilansir dari Reuters, korban Palestina Israel terkini yang tewas mencapai 21.978 orang Palestina per 1 Januari 2023.
Kementerian kesehatan pun menambahkan bahwa dalam jumlah korban tersebut tercatat 156 warga Palestina terbunuh dan 246 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir.
Lebih lanjut, otoritas setempat menyebut bahwa korban tewas didominasi oleh perempuan dan anak-anak yang mencapai angka 70 persen.
Berdasarkan keterangan kementerian kesehatan di Gaza sejumlah 56.697 lainnya terluka akibat serangan Israel. Akibat terus bertambahnya korban, tim medis mengalami kesulitan merawat semua korban.
Mengutip Antara, juru bicara kementerian kesehatan, Ashraf al-Qudra, menyatakan bahwa jenis cedera yang dialami korban belum pernah terlihat dalam perang-perang sebelumnya.
Di sisi lain, tingkat keterisian tempat tidur di rumah-rumah sakit di selatan Jalur Gaza mencapai 350 persen. Meskipun bantuan kemanusiaan dan medis tiba di Gaza, al-Qudra menegaskan bahwa hal tersebut tidak memenuhi kebutuhan rumah sakit.
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Iswara N Raditya & Yonada Nancy