Menuju konten utama

Mengenang Kembali Tragedi WTC 11 September 2001 di AS

Mengingat kembali peristiwa 11 September 2001 atau Tragedi WTC di Amerika Serikat, apa penyebabnya?

Mengenang Kembali Tragedi WTC 11 September 2001 di AS
Ilustrasi Mozaik WTC. tirto.id/Sabit

tirto.id - Tanggal 11 September menjadi momen tersendiri bagi warga Amerika Serikat. Tepat di tanggal tersebut, 23 tahun lalu, sebuah tragedi terjadi di Amerika Serikat. Negeri Paman Sam diserang rentetan teror.

Dua pesawat menabrak World Trade Center (WTC), menara kembar di kota New York, AS. Kedua pesawat tersebut masing-masing adalah American Airlines dengan penerbangan nomor 11 dan United Airlines nomor 175.

Satu pesawat lainnya, yaitu American Airlines Flight bernomor penerbangan 77, menghantam gedung pertahanan AS di Pentagon Washington. Sementara pesawat United Airlines Flight dengan nomor 93 menabrakkan diri sebuah lapangan.

Peristiwa ini terjadi pada pagi, 11 September 2001. Setiap tempat di lokasi kejadian teror meninggalkan banyak korban jiwa. Sebanyak 2.753 tewas di New York, 184 orang tewas di Pentagon, sedangkan 40 orang tewas dalam jatuhnya pesawat nomor penerbangan 93.

Sejarah & Latar Belakang Insiden 11 September 2001 Tragedi WTC

Peristiwa kelam yang melanda Amerika Serikat 23 tahun lalu itu pada akhirnya dikenal dengan sebutan "9/11 Tragedy". Singkatan 9/11 artinya merujuk pada rangkaian peristiwa teror yang terjadi pada 11 September 2001.

Organisasi teroris Al Qaeda menjadi pihak yang bertanggung jawab atas 9/11 Tragedy. Mereka telah mengirim 19 teroris untuk membajak empat pesawat komersial di Amerika Serikat.

Gedung WTC dan Pentagon menjadi sasaran dalam peristiwa teror ini. WTC dianggap sebagai lambang dari globalisasi, kekuatan ekonomi, dan kemakmuran Amerika Serikat.

Sementara itu, Pentagon merupakan markas besar Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Pentagon adalah simbol dari kedigdayaan militer AS. Karenanya, Pentagon tak luput dari target teroris.

Dengan membidik simbol-simbol Amerika ini, Al Qaeda seolah hendak menyebarkan pesan ketakutan ke seluruh dunia. Posisi Amerika Serikat di mata internasional diharapkan juga runtuh lewat peristiwa ini.

Para pembajak melenggang mulus dari keamanan di Portland, Maine. Mereka naik penerbangan ke Boston, tepatnya untuk menjangkau pesawat American Airlanes dengan nomor penerbangan 11.

Sebelum peristiwa 9/11 Tragedy, kemanan bandara-bandara di AS yang dikelola oleh pihak swasta memang dianggap cukup longgar. Keluarga atau pengantar dapat melewati pos-pos kemananan hingga gerbang menuju pesawat.

Tak ada pembongkaran tas calon penumpang. Penumpang tidak perlu melepas sepatu, sabuk, atau jaket. Bahkan, tongkat bisbol, jarum jahit, gunting, hingga set pisau serbaguna (panjang tak lebih dari 10 cm), boleh dibawa penumpang.

Keamanan yang relatif longgar ini turut berpengaruh pada lolosnya 19 pembajak ke bandara. Dengan begitu, mereka berhasil mengawali peristiwa yang menggetarkan seluruh Amerika Serikat.

Kesembilan belas pembajak itu tersebar dan masuk ke dalam empat pesawat berbeda. Ada 5 orang pembajak di pesawat dengan nomor penerbangan 11. Sebanyak 5 orang pembajak terbang menggunakan pesawat nomor 175.

Pesawat Airlines nomor penerbangan 77 diisi oleh 5 orang pembajak, di samping 6 awak dan 53 penumpang. Sementara itu, pesawat United Airlines nomor 93 memuat 4 pembajak.

Lolosnya para pembajak ke dalam empat pesawat komersil pada akhirnya memang berbuah celaka. Akibat pembajakan itu, dua pesawat menabrak gedung WTC dan satu pesawat menabrak pentagon.

Sisa satu pesawat lainnya jatuh di lapangan dekat Shanksville, Pennsylvania. Para pembajak di pesawat terakhir itu diduga mendapat perlawanan dari awak dan penumpang, sehingga tak sempat mengarahkannya ke sasaran awal.

Peristiwa 9/11 sempat memukul ekonomi Amerika Serikat. Kerugian yang ditimbulkan dari peristiwa 9/11 mencapai 123 miliar dolar AS. Nilai itu merupakan angka perkiraan selama 2-4 minggu selepas runtuhnya menara WTC.

Di samping itu, jumlah perjalanan maskapai selama beberapa tahun pasca 9/11 juga mengalami penurunan. AS harus merogoh kocek sekitar 60 miliar dolas AS untuk membiayai kerusakan di lokasi kejadian.

AS kemudian menelan kurang lebih 40 miliar dolar AS untuk nilai paket darurat anti-terorisme. Paket darurat itu disetujui kongres AS pada 14 September 2001. Sejak itu, AS menyerukan perang melawan teror.

Baca juga artikel terkait PERISTIWA atau tulisan lainnya dari Ahmad Yasin

tirto.id - Edusains
Kontributor: Ahmad Yasin
Penulis: Ahmad Yasin
Editor: Beni Jo