Menuju konten utama

Ringkasan Hikayat Bayan Budiman, Tokoh, dan Kesimpulan Ceritanya

Hikayat Bayan Budiman menceritakan tentang pengabdian seekor burung kepada manusia. Berikut ini ringkasan Hikayat Bayan Budiman dan tokoh-tokohnya.

Ringkasan Hikayat Bayan Budiman, Tokoh, dan Kesimpulan Ceritanya
Ilustrasi Hikayat. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Hikayat Bayan Budiman adalah salah satu cerita dari khasanah sastra Melayu klasik yang populer. Namun, asal-usul cerita Hikayat Bayan Budiman sulit dilacak.

Mengutip situs web Malay Concordance Project, cerita di Hikayat Bayan Budiman disinyalir berakar dari kumpulan kisah kuno berbahasa Sanskerta berjudul Sukasaptati (Tujuh Puluh Kisah Burung Beo).

Kisah tersebut lantas diterjemahkan ke bahasa Melayu lewat beberapa manuskrip. Versi paling awal terjemahannya di bahasa Melayu diduga telah muncul sejak 1371 M (773 H), berkat seseorang bernama Kadi Hassan. Meskipun demikian, teks Hikayat Bayan Budiman dalam bahasa Melayu baru sempurna pada sekitar tahun 1600 M.

Widyawati Oktavia melalui artikel bertajuk "Transkrip Edisi Kritis Hikayat Bayan Budiman," dalam Jurnal Human Narratives (2020), mencatat ada beberapa manuskrip Hikayat Bayan Budiman yang tersebar di berbagai negara.

Sejumlah naskah kuno Hikayat Bayan Budiman saat ini tersimpan di Malaysia, Indonesia, Inggris, belanda, dan Prancis. Naskah yang tertua tersimpan di Bodleian Library (Oxford), dan bertarikh tahun 1600.

Di Indonesia, Perpustakaan Nasional menyimpan 6 naskah Hikayat Bayan Budiman. Akan tetapi, hanya dua yang dalam kondisi baik yakni Hikayat Bayan Budiman III dan Hikayat Bayan Budiman V.

Apakah Bayan Budiman Termasuk Cerita Hikayat?

Hikayat Bayan Budiman termasuk jenis cerita berbingkai, yakni cerita yang memiliki dua struktur, meliputi cerita pokok (induk) dan cerita sisipan. Dilansir dari Jurnal Ilmu Budaya Vol.2, No.2 (2005), cerita pokok atau induk merangkai semua cerita sisipan menjadi satu cerita yang utuh. Bila cerita sisipan dipisahkan dari cerita pokok, ia dapat dilihat sebagai cerita yang berdiri sendiri.

Di antara ciri umum cerita berbingkai, yakni tokoh binatang selalu diberi persona seperti memiliki sifat manusia. Selain pandai bercerita, tokoh binatang dalam cerita berbingkai juga pandai memberi nasihat untuk tuannya.

Yang menjadi pertanyaan kemudian, apakah Bayan Budiman bisa disebut cerita hikayat?

Merujuk pada penjelasan Zamzam Nurhuda dalam makalah Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra berjudul “Sentuhan Hikayat Islam Terhadap Kesusastraan Indonesia," hikayat sering kali disebut juga sebagai prosa "Sastra Klasik Melayu." Sebab, ada banyak judul karya sastra melayu klasik yang memuat kata "hikayat."

Di sisi lain, ada sejumlah karakteristik umum dari hikayat, mulai dari: penulisnya anonim; ceritanya berlatar istana; mengandung kemustahilan; mengisahkan kesaktian tokohnya; alurnya berbingkai; hingga mengandung nasihat nilai-nilai moral tradisional. Hikayat juga bisa dibilang sebagai kembaran dari cerita rakyat.

Sementara itu, cerita Hikayat Bayan Budiman mengisahkan seekor burung Bayan yang setia pada tuannya, Khoja Maimun. Kesetiaannya ditunjukkan oleh burung Bayan dengan berusaha menyelamatkan kehormatan tuannya dari pengkhianatan istrinya.

Usaha si Bayan itu dilakukan dengan memberi nasihat kepada istri Khoja Maimun melalui cerita. Dari cerita-cerita itu, muncul sejumlah tokoh lain dalam Hikayat Bayan Budiman.

Melihat karakteristik kisah tersebut, bisa disimpulkan, Bayan Budiman merupakan cerita hikayat.

Tokoh-tokoh dalam Cerita Hikayat Bayan Budiman

Selain burung Bayan dan Khoja Maimun berserta istrinya, masih terdapat tokoh-tokoh lain dalam Hikayat Bayan Budiman. Watak tokoh Hikayat Bayan Budiman pun beragam.

Tokoh-tokoh dalam Hikayat Bayan Budiman mencakup pula sejumlah karakter yang muncul dari cerita-cerita nasihat Bayan kepada istri Khoja Maimun.

Siapa saja tokoh Hikayat Bayan Budiman tersebut? Berikut sejumlah tokoh dalam cerita Hikayat Bayan Budiman beserta penjelasan karakter dan wataknya:

1. Burung Bayan

Burung Bayan merupakan tokoh utama dalam hikayat ini. Burung itu merupakan seorang raja dari kawanan burung Bayan.

Dalam cerita pertama berjudul “Burung Bayan,” disebutkan bahwa Bayan adalah burung yang dapat berbicara, baik hati, dan memiliki sifat-sifat terpuji layaknya manusia. Bayan pandai bercerita tentang segala hal yang mengandung hikmah. Bayan tidak mau berbuat jahat, keji dan berbicara yang tidak ada manfaatnya. Maka itu, ia disebut sebagai burung Bayan yang budiman.

2. Orang Tua Penjual Burung

Tokoh orang tua penjual burung digambarkan di cerita kedua berjudul “Bayan Ditangkap Orang Tua Penjual Burung.” Orang tua yang hidup bersama istri dan anaknya itu sehari-harinya bekerja menangkap burung dan ayam di hutan.

Suatu hari, dia masuk kembali ke hutan setelah mengoleskan lem perekat pada daun dan ranting di pohon yang paling besar. Upayanya itu berhasil menangkap kawanan burung Bayan yang berjumlah 100. Namun, atas kecerdikan Raja Bayan, 99 burung lainnya bisa lolos. Namun, sialnya si Raja Bayan justru tertangkap.

3. Khoja Maimun

Khoja Maimun adalah seorang saudagar kaya yang menyelamatkan Bayan dari orang tua penjual burung yang menangkapnya. Suatu kali, Khoja Maimun membeli Bayan di dalam sangkar dari orang tua penjual burung dengan harga yang cukup tinggi, yakni enam ratus dinar. Setelah itu, Khoja Maimun membebaskan burung Bayan tadi dari sangkarnya.

4. Istri Khoja Maimun

Khoja Maimun tinggal di sebuah rumah bersama istrinya. Pasangan yang tidak dikaruniai anak itu sangat senang dengan kehadiran si burung Bayan. Pada keduanya, Bayan sering membagikan cerita-cerita penuh hikmah.

Saat Khoja Maimun pergi berlayar, Bayan pun memberikan cerita-cerita tentang kesetiaan pada sang istri. Cerita-cerita itu menemani malam-malam istri Khoja yang sepi.

5. Putra Raja

Bersamaan dengan Khoja Maimun pergi berlayar, di kampungnya kedatangan iring-iringan berkuda warga istana kerajaan. Saat itulah, Putra Raja melihat kecantikan dari istri Khoja Maimun yang membuatnya jatuh cinta pada perempuan bersuami tersebut.

6. Mak Inang

Mak Inang merupakan orang kepercayaan Putra Raja yang telah merawatnya sedari kecil. Putra Raja telah menganggap Mak Inang seperti ibu kandungnya. Mak Inang juga menjadi tempat curahan hati Putra Raja.

Kegelisahan Putra Raja setelah ditolak cintanya oleh istri Khoja Maimun pun disampaikan pada Mak Inang. Mak Inang ini kemudian juga membantu Putra Raja untuk mendapatkan cinta istri Khoja Maimun.

7. Sabariah

Sabariah merupakan istri salihah yang diceritakan Bayan pada istri Khoja Maimun. Meski telah ditinggal mati oleh suaminya, Khoja Iskandariah, Sabariah terus mempertahankan kesetiannya. Dia bahkan membangun musala dan merawat kebun yang dipenuhi berbagai tanaman dan bunga-bunga di dekat kuburan suaminya.

8. Raja Syahrazin Ziran dan Menteri Kiasi

Kedua tokoh ini muncul dalam cerita Bayan kepada istri Khoja Maimun tentang saudara yang berkhianat. Menteri Kiasi adalah orang yang paling dipercaya oleh Raja Syahrazin Ziran. Namun, Menteri Kiasi berkhianat saat Raja Syahrazin Rizan bepergian ke hutan.

Ringkasan Cerita Hikayat Bayan Budiman

Ringkasan Hikayat Bayan Budiman berikut ini bersumber dari cerita berjudul sama yang disadur oleh Ekawati dari tulisan Haniah. Karya itu diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2016).

Cerita Hikayat Bayan Budiman tersebut menyajikan 8 kisah berbeda, yang menghadirkan berbagai elemen menarik sekaligus nasihat sarat nilai-nilai moral. Dalam versi lain, kisah yang tersaji lebih banyak, yakni hingga 24 cerita.

Delapan kisah dalam Hikayat Bayan Budiman itu adalah:

  • Burung Bayan;
  • Bayan Ditangkap Orang Tua Penjual Burung;
  • Burung Bayan Dipelihara Saudagar;
  • Saudagar Pergi Berlayar;
  • Bayang Bercerita tentang Istri yang Salihah;
  • Putra Raja Datang ke Rumah Khoja Maimun;
  • Bayan Bercerita tentang Seorang Istri Durhaka;
  • Bayan Bercerita tentang Saudara yang Berkhianat.

Berikut ini rangkuman cerita Hikayat Bayan Budiman:

Cerita Hikayat Bayan Budiman bermula dari sebuah perangkap yang ditempatkan seorang penjual burung yang sudah tua. Perangkap dari lem perekat yang dipasang di pohon itu untuk menangkap kawanan burung Bayan yang terdiri dari 100 ekor. Kawanan burung itu pun akhirnya terperangkap.

Namun, Raja Bayan dan para burungnya merencanakan pelarian cerdik dengan berpura-pura mati. Rencana ini hampir berhasil, tetapi satu burung, yaitu Raja Bayan, tertangkap.

Lantas, orang tua penjual burung tadi membawa Bayan ke pasar untuk dijual. Saat itulah, saudagar Khoja Maimun membeli Raja Bayan dengan harga yang tinggi. Ternyata, Khoja membeli burung tersebut hanya untuk membebaskannya dari sangkar.

Raja Bayan (si burung) pun bersyukur dan memutuskan untuk mengabdikan dirinya pada Khoja Maimun. Meskipun awalnya ditolak sang tuan, si Raja Bayan tetap mengikuti Khoja Maimun hingga bertemu istri sang saudagar.

Istri Khoja menyambut kehadiran Bayan dengan perasaan bahagia. Kehadiran Raja Bayan bisa meramaikan rumah pasangan yang belum mendapatkan momongan tersebut.

Namun, kehidupan mereka menjadi rumit tatkala Putra Raja melihat istri Khoja Maimun dan jatuh cinta padanya. Istri Khoja Maimun sebenarnya sudah dengan hormat menolak cinta Putra Raja. Namun, Putra Raja terus berusaha mendapatkan hatinya. Dia bahkan mencari bantuan dari berbagai pihak, termasuk "orang pintar."

Bayan, yang tugasnya adalah menjaga istri Khoja Maimun, memberikan nasihat melalui cerita-cerita tentang kesetiaan, kepatuhan, dan pengkhianatan.

Dengan menyampaikan cerita-cerita tersebut, burung Bayan berharap dapat mengalihkan perasaan istri Khoja Maimun dari rayuan Putra Raja.

Cerita-cerita dari mulut Bayan itu akhirnya berhasil menyelamatkan perasaan istri Khoja Maimun. Dia juga berhasil mencegah pertemuan istri Khoja Maimun dan Putra Raja.

Dalam hikayat ini, Bayan menjadi tokoh yang sentral yang memberi nasihat dan pelajaran moral. Nasihat yang terkandung dalam cerita ini juga mencerminkan amanat dari Hikayat Bayan Budiman.

Kesimpulan Cerita Hikayat Bayan Budiman

Sejumlahamanat Hikayat Bayan Budimanbisa diketahui dari kesimpulan ceritanya. Kisah dalam Hikayat Bayan Budiman memuat nilai-nilai etika dan moral yang mendalam, seperti kesetiaan, ketulusan, dan kebaikan terhadap sesama makhluk.

Adapun sejumlah kesimpulan cerita Hikayat Bayan Budiman adalah sebagai berikut:

1. Kesetiaan dan Pengabdian

Hikayat Bayan Budiman menekankan nilai kesetiaan dan pengabdian, khususnya dalam hubungan pernikahan. Bayan, burung yang setia pada Khoja Maimun, berusaha mengabdi dengan mencegah istri tuannya berkhianat pada suami. Kisah ini juga menggambarkan pentingnya kesetiaan dalam hubungan suami-istri.

2. Kewajiban istri menjaga kehormatan suami

Hikayat Bayan Budiman menekankan kewajiban seorang istri untuk menjaga kehormatan suaminya, terutama ketika pasangan tidak berada di rumah. Ini mencerminkan nilai-nilai tradisional yang menekankan peran istri dalam menjaga kehormatan keluarga.

3. Kejujuran dan integritas moral

Kejujuran dan integritas moral adalah nilai yang terus muncul dalam cerita-cerita burung Bayan. Raja Bayan itu mengajarkan pentingnya menjalani hidup dengan integritas moral yang tinggi.

4. Keteguhan hati dan kesabaran

Cerita Hikayat Bayan Budiman memuat amanat pentingnya keteguhan hati dan kesabaran dalam menjalani kehidupan. Hal itu ditunjukkan salah satunya lewat kisah Raja Bayan dan burung-burung temannya yang tetap menjaga keteguhan hati dan kesabaran saat mereka menghadapi kesulitan.

Langkah si burung Bayan yang berupaya mencegah hubungan terlarang antara istri Khoja dan Putra Raja juga menunjukkan keteguhan hati dan sikap tidak mudah menyerah.

Baca juga artikel terkait BAHASA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Addi M Idhom