tirto.id - Karya sastra epik Arab yang cukup melegenda dan masih digemari sampai sekarang adalah Hikayat 1001 Malam. Bisa dikatakan Hikayat 1001 Malam adalah "buku ibu" dalam sastra tradisional Arab. Sastra ini muncul pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al Rashid dari Bani Abbas di abad 8 masehi.
Pada kekhalifahan yang pemerintahannya berada di Baghdad itu, terdapat kumpulan cerita tradisional dari berbagai bangsa dengan bahasa Persia yang dinamakan Hazar Afsanah (Seribu Legenda). Di dalamnya berisi cerita rakyat India dan Persia. Lalu, seorang para pendongeng Muslim meracik kembali cerita tersebut dengan warna lokal Arab.
Namun, ada pula yang berpendapat kalau Hikayat 1001 Malam merupakan kumpulan cerita yang terhimpun dari berbagai ramainya perdagangan di zaman kekhalifahan tersebut. Pasalnya, banyak pedagang Cina, India, Afrika, dan Eropa yang singgah di sana. Cerita tradisional berbagai bangsa dikumpulkan dalam buku Hazar Afsanah.
Buku tersebut dialihbahasa ke bahasa Arab oleh Abu Abdullah Muhammad Al Gahshigar di abad 9. Lalu, ditambahkan dua sosok yakni Syahrazad dan Syariar ke dalam kerangka cerita di abad 14. Itulah yang kemudian menjadi bentuk modern pertama dari Hikayat 1001 Malam dalam bahasa Arab yang diterbitkan di Kairo pada 1835.
Hikayat 1001 Malam menggunakan teknik sastra (literary technique) yang disebut cerita berbingkai. Dalam gaya bertutur ini, terdapat cerita di dalam cerita yang disampaikan oleh tokoh-tokoh pada cerita cerita tersebut. Dalam Jurnal The GIST volume 3 Nomor 2 (2020) disebutkan, cerita berbingkai bisa dikisahkan melalui penuturan salah satu atau beberapa karakter dalam cerita.
Sementara itu, teknik cerita berbingkai juga memengaruhi kesusastraan Melayu. Laman Badan Bahasa Kemendikbud mengatakan, cerita berbingkai yang berasal dari India masuk ke kesusastraan Melayu lewat Arab Persia. Oleh sebab itu, kisahnya cukup didominasi pengaruh Islam ketimbang Hindu.
Struktur isi dalam cerita berbingkai terdiri dari pokok cerita dan sisipan. Penokohannya bisa berupa tokoh manusia atau tokoh binatang.
Jika karakter tokohnya adalah manusia, umumnya berasal dari kalangan istana atau rakyat jelata. Apabila binatang yang menjadi tokohnya, maka sifatnya personifikasi atau seolah-olah hidup seperti manusia.
Cerita berbingkai memiliki beberapa ciri seperti selalu memiliki sisipan, umumnya bersifat romantik, ditemukan banyak kiasan atau sindiran, banyak peristiwa atau benda ajaib, dan tajuk cerita memakai watak utama dan muncul anak cerita. Misalnya, dalam Hikayat 1001 Malam, beberapa tokohnya yaitu Scheherazade dan Shahryar.
Dikisahkan Ratu Sassanid bernama Scheherazade yang menceritakan kisah menarik pada suaminya Raja Shahryar. Scheherazade menceritakan kisah itu setiap malamnya. Setiap kali bercerita, kisahnya dibuat menegangkan dan menggantung.
Shahryar selalu penasaran dengan cerita-cerita yang dibawa Scheherazade. Padahal, penuturan cerita-cerita itu setiap malam adalah cara cerdik Scheherazade agar Shahryar menunda hukuman mati atas dirinya. Walhasil Scheherazade harus membawakan cerita setiap malamnya.
Popularitas Hikayat 1001 Malam makin mencuat ketika mulai dihadirkan kisah-kisah lainnya. Contohnya cerita Aladdin dan Lampu Wasiat, Ali Baba, Sinbad Si Pelaut, hingga 40 Pencuri membuat 1001 Malam menarik untuk diikuti dan disimak. Sementara itu, cerita berbingkai khas Melayu dapat pula ditemukan misalnya pada Hikayat Bayan Budiman dan Hikayat Bakhtiar.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Alexander Haryanto