Menuju konten utama

Siapa Saja Tokoh Pendiri Budi Utomo?

Budi Utomo berdiri pada 20 mei 1908. Profil tokoh pendiri Budi Utomo kebanyakan berasal dari kalangan terpelajar. Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Siapa Saja Tokoh Pendiri Budi Utomo?
Organisasi Budi Utomo didirikan oleh para pelajar STOVIA. (FOTO/kesbangpol.kulonprogokab.go.id)

tirto.id - Budi Utomo, yang dibentuk pada 20 Mei 1908, merupakan organisasi pertama berskala nasional dan bersifat modern pertama di Indonesia. Para tokoh pendiri Budi Utomo kebanyakan berasal dari golongan terpelajar.

Tashadi dalam buku Dr. Wahidin Sudirohusodo (1992) menuliskan, latar belakang berdirinya Budi Utomo ialah kesengsaraan dan penderitaan akibat penjajahan Belanda yang semakin menekan rakyat.

Peran penting Budi Utomo, yang memantik perjuangan rakyat melawan penjajah sekaligus memelopori berdirinya organisasi berskala nasional, membuat tanggal berdirinya ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Peter Kasenda, dkk. dalam buku Dokter Soetomo (2013) mencatat, setelah Budi Utomo berdiri, sejumlah organisasi lain bermunculan, seperti Indische Partij (1912), Sarekat Islam (1912), Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang kemudian berubah nama menjadi PKI (1920), dan sebagainya.

Budi Utomo juga menginspirasi para pemuda untuk bersatu melawan penjajah, yang kemudian terwujud dalam Sumpah Pemuda 1928. Lantas, siapa saja yang terlibat dalam berdirinya organisasi Budi Utomo? Siapakah tokoh pendiri organisasi Budi Utomo? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini!

Siapa Saja yang Terlibat dalam Berdirinya Organisasi Budi Utomo?

Kebanyakan para tokoh yang terlibat dalam pendirian organisasi Budi Utomo merupakan siswa sekolah dokter STOVIA. Nama yang kerap disebut sebagai tokoh utama pendiri Budi Utomo adalah Soetomo dan Dr. Wahidin Soedirohoesodo.

Dilansir buku Makna Organisasi Boedi Oetomo untuk Hari Ini dan Esok (2013) terbitan Museum Kebangkitan Nasional, Soetomo bersama kawan-kawan di STOVIA sering berkumpul untuk membicarakan masalah diskriminasi yang menimpa masyarakat bumiputra.

Salah satu tokoh yang juga sering terlibat dalam perkumpulan tersebut ialah Dr. Wahidin Soedirohoesodo. Pensiunan dokter tersebut juga kerap mengembara dan melakukan kampanye terkait pendidikan bagi bumiputra.

Berkat sejumlah diskusi tersebut, muncul dalam benak Soetomo untuk mendirikan perkumpulan yang bergerak di bidang sosial. Bersama Wahidin dan siswa STOVIA lainnya, Soetomo mengajak untuk peduli terhadap kondisi masyarakat di luar tembok sekolah yang menderita akibat penjajahan.

Singkat sejarahnya, Budi Utomo secara resmi dibentuk pada Rabu, 20 Mei 1908, tepatnya jam 9 pagi, setelah pertemuan singkat sejumlah tokoh pelajar di ruang anatomi STOVIA.

Setelah beberapa bulan, kongres Budi Utomo pertama digelar pada 3 Oktober-5 Oktober 1908 di Yogyakarta. Kongres pertama tersebut dihadiri oleh 400 peserta dari berbagai kota.

Berdasarkan kepengurusan Budi Utomo baik sebelum dan sesudah kongres, berikut ini sejumlah tokoh pendiri Budi Utomo:

  1. R. Soetomo
  2. M Soelaiman
  3. Soewarno
  4. Goenawan Mangoenkoesoemo
  5. R. Angka
  6. M. Soewarno
  7. M. Mohamad
  8. Saleh
  9. M. Goembrek
  10. R.T. Arya Tirtakoesoemah
  11. Dr. Wahidin Soedirohoesodo
  12. Dwidjosewojo
  13. Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo

Profil Tokoh Pendiri Budi Utomo

Tokoh pendiri Budi Utomo ada banyak, setidaknya lebih dari 10 orang yang masuk dalam struktur kepengurusan, sebagaimana disebutkan di atas. Akan tetapi, berikut ini dirangkum profil 5 tokoh pendiri Budi Utomo:

1. Dr. Wahidin Soedirohoesodo

Berdirinya Budi Utomo merupakan buah dari gagasan Wahidin Soedirohoesodo yang kala itu tengah berkunjung ke STOVIA. Ketika itu, ia berdiskusi dengan Dr. Soetomo untuk mendirikan organisasi yang berfokus di bidang sosial dan pendidikan.

Wahidin Soedirohoesodo tak hanya dikenal sebagai penggerak berdirinya Budi Utomo. Pensiunan dokter tersebut juga dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional Indonesia. Dia memiliki kepedulian tinggi terhadap pendidikan dan kemajuan masyarakat pribumi (bumiputra) di bawah pemerintahan Hindia-Belanda. Sejak 1906, dia berusaha menggalang dana pendidikan dengan mengelilingi Pulau Jawa.

Pada tahun yang sama, Wahidin dan kawan-kawannya berhasil mengumpulkan 400 hingga 500 donatur untuk pendidikan. Para donatur kebanyakan merupakan bangsawan Jawa serta segelintir orang Belanda. Dia pun terus mempropagandakan ide-idenya, terutama tentang pendidikan bagi bumiputra.

Wahidin Soedirohoesodo lahir pada 7 Januari 1852 di Sleman, Yogyakarta. Setelah meninggal pada 26 Mei 1917, warisannya dalam memajukan pendidikan dan perjuangan kemerdekaan terus diingat dan dihormati.

2. R. Soetomo

Dr. Soetomo memiliki nama kecil Soebroto. Ia adalah seorang tokoh pergerakan nasional Indonesia yang memiliki peran penting dalam memajukan perjuangan kemerdekaan dan pendidikan. Ia lahir pada 30 Juli 1888 di Nganjuk, Jawa Timur.

Dengan latar belakang ayahnya yang merupakan seorang wedana terpandang, Soetomo tumbuh dengan baik dan berkecukupan secara ekonomi. Namun, pada masa kecil, ia dikenal sebagai seorang anak nakal yang malas belajar dan suka berkelahi.

Segalanya berubah ketika ayahnya meninggal pada Juli 1907. Soetomo, yang saat itu berusia 19 tahun, merasa bertanggung jawab untuk mendukung keluarganya. Kematian ayahnya mengubah arah hidupnya. Dia mulai memikirkan karier dan masa depannya. Dia juga semakin menyadari posisinya sebagai orang terdidik di lingkungan kolonial.

Pada 1907, Soetomo bertemu dengan Dokter Wahidin Soedirohoesodo yang sedang berkampanye untuk mengumpulkan beasiswa bagi pelajar bumiputra. Soetomo sangat tertarik dengan ide ini sehingga ikut berusaha merealisasikannya. Bersama Wahidin, Soetomo termasuk salah satu tokoh pendiri Budi Utomo. 30 tahun kemudian, tepatnya pada 30 Mei 1938, saat berumur 50 tahun, Soetomo tutup usia.

3. Goenawan Mangoenkoesoemo

Goenawan Mangoenkoesoemo, sahabat karib Soetomo, juga tercatat sebagai tokoh yang terlibat dalam berdirinya Budi Utomo. Pada awal berdirinya organisasi tersebut, Goenawan Mangoenkoesoemo ditetapkan sebagai sekretaris.

Raden Goenawan pun dikenal sebagai figur penting dalam sejarah Indonesia pada awal abad ke-20. Meski tergabung lebih awal di Budi Utomo, namanya lebih dikenal berkat peran aktifnya di Sarekat Islam (SI).

Goenawan Mangoenkoesoemo memiliki peran sentral dalam perkembangan SI di Jawa Barat. Pada awal 1913, ia sukses mendirikan cabang-cabang SI di beberapa daerah, seperti Bogor, Purwakarta, dan Tangerang. Pada tahun yang sama, ia juga terpilih sebagai Ketua SI cabang Betawi (Jakarta).

Raden Goenawan lahir pada 1880 di Madiun, Jawa Timur. Setelah menyelesaikan pendidikan di Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) di Probolinggo, ia bekerja sebagai juru tulis pangreh praja di Ngawi.

Namun, seiring waktu, dia menemukan ketertarikan terhadap pergerakan dan dunia jurnalistik. Dirinya pun memutuskan bergabung dengan Medan Prijaji yang dipimpin oleh Tirto Adhi Soerjo. Dari Tirto-lah ia mendalami jurnalisme dan memperdalam wawasan organisasi.

4. Tjipto Mangoenkoesoemo

Tjipto Mangoenkoesoemo, seorang dokter, wartawan, cum pejuang pergerakan nasional, mendedikasikan hidupnya untuk melawan rezim kolonial. Belum ada informasi yang jelas terkait tempat dan tanggal lahir Tjipto Mangoenkoesoemo. Yang dapat dipastikan dia berasal dari Jawa Tengah.

Tjipto termasuk salah satu tokoh pendiri organisasi Budi Utomo pada 1908 sekaligus generasi pertama di kepengurusan, bersama Wahidin Sudirohusodo, Radjiman Wedyodiningrat, dan Soetomo.

Akan tetapi, dikarenakan perbedaan pandangan dengan Radjiman Wedyodiningrat, Tjipto keluar dari Budi Utomo. Perbedaan pandangan ini berkaitan dengan keinginan Tjipto menjadikan Budi Utomo sebagai organisasi terbuka dan demokratis. Sementara itu, Radjiman Wedyodiningrat ingin menjaganya sebagai gerakan Jawa murni.

Setelah meninggalkan Budi Utomo, Tjipto membuka praktek dokter di Solo dan membantu memerangi wabah pes di Malang pada 1911. Dari kiprahnya tersebut, ia mendapatkan penghargaan dari pemerintah kolonial. Namun, penghargaan tersebut ditolaknya sebagai bentuk protes terhadap penjajah.

Tjipto wafat sebelum menyaksikan kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 8 Maret 1943.

5. Soeradji

Soeradji merupakan salah satu tokoh pendiri Budi Utomo yang memegang peran yang tak kalah penting dibanding lainnya. Soeradji kala itu berperan mengusulkan nama perkumpulan. Dari dua opsi yang ia tawarkan, yakni "Ekoproyo" dan "Boedi Oetomo", pilihan kedua akhirnya disepakati.

Soeradji dilahirkan pada 1887 di Uteran, sebuah desa di Kabupaten Ponorogo. Ia anak dari Tirtodarmo, seorang guru pensiunan dan kepala sekolah SR (Sekolah Rakyat). Soeradji menghadapi kendala biaya dalam pendidikannya, yang kemudian dibantu oleh Dr. Wahidin.

Setelah menyelesaikan pendidikan pada 1912, Soeradji berhasil menjadi seorang dokter. Dia mempraktikkan kedokterannya di berbagai tempat, termasuk Bandung, Palembang, dan Riau. Pada 1916, atas permintaan Dr. Wahidin, Soeradji dipulangkan ke Yogyakarta, yang kemudian dipasrahi untuk menyelesaikan wabah penyakit kulit pathek.

Dia kemudian dipindahkan ke Wonogiri dan Klaten. Dia juga dihadapkan pada masalah wabah penyakit busung lapar. Setelah itu, Soeradji menjalankan praktik dokter di berbagai tempat, termasuk wilayah kekuasaan Pakubuwono X. Berkat pengabdiannya kepada rakyat, dia diberi gelar Raden Toemenggoeng Tirtonegoro.

Selain praktik medisnya, Soeradji aktif dalam perjuangan kemerdekaan dan peduli terhadap isu-isu kemanusiaan. Dia mendirikan PMI Klaten pada 17 September 1946, yang berkantor di rumahnya.

Soeradji wafat pada 13 Desember 1959 dan dimakamkan di Mlati, Sleman, Yogyakarta. Sebagai penghormatan atas jasanya, pada 20 Desember 1997, RSUP Tegalyoso, Klaten, berganti nama menjadi "RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro.

Baca juga artikel terkait BUDI UTOMO atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin