tirto.id - Sejarah pergerakan nasional Indonesia erat dengan nama Dokter Wahidin Sudirohusodo. Ia bukan dokter yang hidup untuk memperkaya diri. Wahidin peduli pada orang-orang yang disebut bumiputra atau oleh orang-orang Belanda sering disebut sebagai Inlander.
Wahidin ingin para bumiputra terdidik dan bisa maju dengan jalur sekolah. Usaha itu setidaknya sudah dilakukan Wahidin sejak 1906 dengan berkeliling Pulau Jawa menggalang dana pendidikan. “Wahidin Sudirohusodo terlebih dahulu telah mengambil inisiatif untuk membantu anak-anak pribumi guna memperoleh pendidikan yang lebih baik,” tulis Anhar Gonggong dalam Muhammad Husni Thmarin (1985:15). Upayanya mendapat dukungan beberapa bangsawan tradisional.
Selain itu, usahanya cukup dipuji segelintir orang Belanda. Seperti dikutip buku 100 Tahun Kebangkitan Nasional, Jejak Boedi Oetomo: Peristiwa, Tokoh dan Tempat (2008:37-42) dari artikel Van Een Studiefonds voor Inlander di Koran Jave Bode (05/11/1906), JE Jasper menulis “akhir-akhir ini telah nampak suatu usaha menggembirakan di kalangan kaum bumiputra untuk mengusahakan pendidikan yang baik bagi anak-anak mereka.”
Saat itu, kalangan bumiputra yang sadar sekolah masih sangat terbatas dan hanya berasal dari kalangan berada demi mengejar status sosial sebagai abdi pemerintah “hanya bercita-cita agar anaknya kelak menjadi pegawai negeri” Jasper menilai kondisi itu akan menjadi masa lalu setelah upaya perbaikan pendidikan kaum bumiputra.