Menuju konten utama

Perbedaan Sholat Dhuha dengan Salat Isyraq

Menurut Al-Ghazali, ada perbedaan shalat Isyraq dan Dhuha. Meski pengerjaannya di waktu yang sama, niatnya harus diucapkan dengan lafal berbeda.

Perbedaan Sholat Dhuha dengan Salat Isyraq
Ilustrasi salat, ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/foc.

tirto.id - Beberapa ulama menyatakan bahwa nama lain shalat Dhuha adalah salat Isyraq. Namun, terdapat perbedaan shalat Isyraq dan Dhuha tentang pendapat ketentuan salatnya.

Selain salat Dhuha, ibadah sunah yang bisa dikerjakan ketika awal matahari terbit adalah salat Isyraq.

Dalam bahasa Arab, Isyraq artinya terbit atau terbuka. Jika disandingkan dengan kata salat, maknanya adalah salat sunah ketika matahari terbit.

Waktu pelaksanaan salat Isyraq tidak diatur secara spesifik di hadis-hadis Nabi Muhammad, tetapi para ulama menetapkan bahwa salat Isyraq didirikan ketika matahari berjarak satu tombak setelah terbitnya.

Tuntunan ibadah salat Isyraq terlukis dari firman Allah SWT dalam Al Qur'an surah Shaad: "Untuk bertasbih bersamanya (Dawud) di waktu petang dan pagi” (QS 38: 18)

Ketika Nabi Muhammad ditanya mengenai makna Isyraq di ayat tersebut, beliau menjawab, "Itulah salat Isyraq" (HR Hakim dan At-Thabari).

Perbedaan Shalat Isyraq dan Dhuha

Laman NU Online menulis perbedaan pendapat mengenai ketentuan salat Isyraq dan salat Dhuha. Beberapa ulama menyatakan bahwa salat Isyraq adalah nama lain dari salat Dhuha.

Hal ini dikarenakan salat Isyraq dikerjakan di waktu satu tombak selepas matahari terbit, yang waktunya tak berbeda dengan waktu Dhuha. Tidak salah jika menyebut salat Isyraq adalah salat Dhuha.

Sedangkan jika menganggap waktu salat Isyraq adalah tepat selepas matahari terbit, dikarenakan tidak ada ketentuan jadwal detilnya, maka ini telah melanggar waktu-waktu yang diimbau Nabi Muhammad sebagai waktu terlarang untuk pelaksanaan salat: salah satunya adalah ketika matahari terbit.

Akan tetapi, Al-Ghazali, ulama terkemuka Islam berpendapat bahwa salat Isyraq berbeda dari salat Dhuha berdasarkan banyak sumber hadis-hadis nabi yang menyinggung terkait salat Isyraq ini. Salah satunya berdasarkan hadis di atas.

Melalui penetapan bahwa salat Isyraq berbeda dari salat Dhuha, kendati pengerjaannya di waktu yang sama, maka niat salat Isyraq harus diucapkan dengan lafal berbeda, yaitu:

أصلي سنة الإشراق ركعتين مستقبل القبلة لله تعالى

Artinya: "Saya berniat salat sunah Isyraq dua raka'at dengan menghadap kiblat karena Allah SWT."

Waktu salat Isyraq dimulai ketika matahari terbit dengan ketinggian satu tombak dan berakhir di seperempat siang, ketika matahari sudah meninggi. Berdasarkan hal ini, ulama Imam Ibnu Utsaimin menyatakan bahwa waktu ini sama dengan waktu salat Dhuha.

Surat-surat yang disunahkan dibaca ketika salat Isyraq adalah surat Ad-Dhuha atau Al-Kafirun di rakaat pertama dan surat Al-Insyirah atau Al-Ikhlas di rakaat kedua (Panduan Shalat Sunnah Lengkap, Muhammad Sholikhin: 2013: 51-52)

Selepas pelaksanaan salat Isyraq, disunahkan membaca do’a sebagai berikut:

للّهُمّ يا نُوْرَ النُّوْرِ بِالطُّوْرِ وَكِتَابٍ مَسْطُوْرٍ فِي رَقٍّ مَنْشُوْرٍ وَالْبَيْتِ الْمَعْمُورِ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنِيْ نُوْرًاً أَسْتَهْدِيْ بِهِ إِلَيْكَ وَأَدُلُّ بِهِ عَلَيْكَ، وَيَصْحَبُنِيْ فِي حَيَاتِي وَبَعْدَ الْاِنْتِقَالِ مِنْ ظُلّامِ مِشْكَاتِي، وَأسْأَلُكَ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا، وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا، أَنْ تَجْعَلَ شَمْسَ مَعْرِفَتِكَ مُشْرِقَةً بِيْ لَا يَحْجُبُهَا غَيْمُ الْأَوْهَامِ، وَلَا يَعْتَرِيْهَا كُسُوْفُ قَمَرِ الْوَاحِدِيَّةِ عِنْدَ التّمَامِ، بَلْ أَدِمْ لَهَا الِإشْرَاقَ وَالظُّهُوْرَ عَلَى مَمَرِّ الْأَيَّامِ وَالدُّهُوْرِ، وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِّلهِ رَبّ الْعَالَمِيْنَ، اَللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِإِخْوَانِنَا فِي اللهِ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتاً أَجْمَعِيْنَ

Artinya: "Ya Allah, yang cahayaNya bersinar dengan wasilah bukit Thur dan kitab yang ditulis pada lembaran yang terbuka dan dengan wasilah Baitul Makmur, saya meminta kepadaMu agar Engkau memberi saya cahaya yang dengannya saya dapat mencari petunjukMu. Dan dengannya saya menunjukkan tentangMu yang terus menerus mengiringi dalam kehidupan saya dan setelah berpindah ke alam lain dari kegelapan liang kubur saya. Dan saya meminta kepadaMu dengan wasilah matahari beserta cahayanya di pagi hari dan kemuliaan yang wajud selain matahari, agar Engkau menjadikan matahari makrifat padaMu (yang ada pada saya) bersinar menerangi saya; tidak tertutup dengan mendung-mendung keraguan, tidak juga dilintasi gerhana pada rembulan kala purnama. Jadikanlah selalu bersinar dan selalu terlihat, seiring berjalannya hari dan tahun. Berilah rahmat ta'dzim, Ya Allah, kepada junjungan kami, Muhammad, penutup pada nabi dan rasul. Segala puji hanya milik Allah, tuhan penguasa alam. Ya Allah, ampunilah kami, kedua orang tua kami serta saudara-saudara seagama seluruhnya, baik yang masih hidup atau yang telah meninggal dunia."

Hukum salat Isyraq adalah sunah mustaqillah (anjuran tersendiri), sedangkan salat Dhuha adalah sunah mu'akkadah (anjuran ditekankan). Landasannya dari sabda NabI Muhammad, "Tiga hal yang diusahakan untuk tetap dikerjakan adalah: puasa tiga hari setiap bulan, dua raka;at salat Dhuha, dan salat witir sebelum tidur (HR. Bukhari dan Muslim).

Niat salat Dhuha adalah sebagai berikut:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Artinya: “Aku berniat sembahyang sunah Dhuha dua rakaat karena Allah SWT.”

Sedangkan do'a yang dianjurkan selepas salat Dhuha adalah:

اَللَّهُمَّ إِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاؤُكَ وَالبَهَاءَ بَهَاؤُكَ وَالجَمَالَ جَمَالُكَ وَالقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللَّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِي مَا آتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ اَللَّهُمَّ بِكَ أُصَاوِلُ وَبِكَ أُحَاوِلُ وَبِكَ أُقَاتِلُ ثُمَّ يَقُوْلُ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Artinya: “Ya Allah, sungguh waktu Dhuha adalah milikMu. Yang ada hanya keagunganMu. Tiada lagi selain keindahanMu. Hanya ada kekuatanMu. Yang ada hanya kuasaMu. Tidak ada yang lain kecuali lindunganMu. Tuhan saya, kalau rezeki di langit, turunkanlah. Kalau berada di bumi, keluarkanlah. Kalau sulit, mudahkanlah. Kalau haram, gantilah jadi yang suci. Bila jauh, dekatkanlah dengan hakikat Dhuha, keagungan, kekuatan, kekuasaanMu. Tuhan saya, berikanlah apa yang Kau anugerahkan kepada hamba-hambaMu yang saleh. Tuhan saya, denganMu saya bergerak. DenganMu saya berusaha. DenganMu, saya berjuang. Tuhan saya, ampunilah segala dosa saya. Turunkan rahmatMu kepada saya. Anugerahkanlah tobatMu untuk saya. Sungguh Engkau maha penerima tobat, lagi maha penyayang.”

Baca juga artikel terkait SHALAT DHUHA atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari
Penyelaras: Ibnu Azis